nusabali

Ribuan Burung Emprit Berjatuhan Akibat Hujan, Lalu Mati

Peristiwa Unik di Pohon Asem Kembar Setra Desa Adat Sema, Kecamatan Blahbatuh

  • www.nusabali.com-ribuan-burung-emprit-berjatuhan-akibat-hujan-lalu-mati

GIANYAR, NusaBali
Peristiwa heboh terjadi di Setra Desa Adat Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Kamis (9/9) pagi.

Ribuan burung emprit berjatuhan dari pohon asem kembar dan kemudian mati, diduga karena kedinginan akibat basah kuyup diguyur hujan lebat. Kepala Dusun (Kadus) Banjar Sema, Desa Pering, I Wayan Ari Partama, mengatakan kemarin pagi memang sempat turun hujan lebat. Saat itulah ribuan burung emprit yang bertengger di pohon asem areal Setra Desa Adat Sema berjatuhan.


Menurut Ari Pratama, beberapa di antara burung-burung ukuran kecil yang berjatuhan tersebut berhasil terbang kembali seytelah tubuhnya mengering. Namun, sebagian besar dari ribuan burung emprit ini mati kedinginan. “Ini terjadi akibat derasnya guyuran hujan,” jelas Ari Pramana di lokasi TKP, Kamis kemarin.

Ari Pratama menyebutkan, fenomena ini terjadi karena burung hinggap di pohon asem yang berdaun kecil-kecil. Karenanya, daun tidak mampu melindungi burung dari guyuran hujan lebat. "Ketika hujan lebat, air langsung mengenai bulu burung hingga basah kuyup. Hal tersebut membuat burung tidak bisa terbang hingga banyak yang jatuh," katanya.

Versi Ari Pratama, ini bukan kali pertama terjadi peristiwa burung emprit berjatuhan dari pohon asem di Setra Desa Adat Sema hingga mati. Peristiwa serupa juga pernah terjadi 6 bulan lalu. "Kejadiannya persis sama. Setelah hujan lebat, ribuan burung emprit berjatuhan hingga mati. Pohon asem itu memang dijadikan markas tempat hinggap, usai mencari makan di ladang petani,” terang Ari Pratama.

Jadi, Ari Pratama memastikan tidak ada persepsi ribuan burung emprit berjatuhan dan mati karena diracun. "Tidak ada keracunan, itu murni karena basah kuyup akibat diguyur hujan. Ini harus ditegaskan, biar tidak salah nanti. Sejak dulu burung emprit memang suka memilih rumah di pohon asem,” tandas Ari Pratama.

Di sisi lain, seorang krama Desa Adat Sema, I Nyoman Watra, mengatakan burung emprit biasanya datang ke pohon asem kembar di setra pada malam hari. Menurut Watra, pohon asem kembar itu dipakai tempat persinggahan oleh burun emprit setiap 3 tahun sekali. Namun, dia tidak bisa menjelaskan kenapa burung emprit datang secara berkala.

“Dulu waktu dilaksanakan upacara ngaben massal juga pernah terjadi fenomena seperti ini. Kala itu, ribuan burung datang,” jelas Watra secara terpisah, Kamis kemarin.

Khusus kejadian kemarin, menurut Watra, diduga burung emprit tidak bisa bertengger di pohon asem karena basah kuyup akibat hujan deras. Akibatnya, ribuan burung emprit mati kedinginan.

“Jumlah burung yang jatuh dan mati sangat banyak, mencapai ribuan. Bahkainya bahkan banyak yang berserakan sampai di jalan menuju rumah warga sekitar  areal setra. Karena pohon asem kembar ini disakralkan, maka tidak ada yang berani mengusik bangkai burung itu secara sembarangan,” beber pria yang kesehariannya bekerja sebagai sopir ini.

Sementara itu, ribuan bangkai burung emprit yang berjatuhan akibat bayah kuyup diguyur hujan di Setra Desa Adat Sema sudah dikuburkan oleh anggota STT Putra Casana, Desa Adat Sema, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita. Saking banyaknya bangai burung, warga sampai menggunakan sejumlah kereta dorong dan karung untuk mengangkutnya ke liang kubur yang telah disiapkan di sekitar lokasi. *nvi

Komentar