nusabali

Isi Waktu Luang Anak di Masa Pandemi

Komunitas Baturulangun Gelar Les Melukis Gaya Batuan

  • www.nusabali.com-isi-waktu-luang-anak-di-masa-pandemi

GIANYAR, NusaBali
Komunitas atau Perkumpulan Pelukis Baturulangun, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, tetap melaksanakan les melukis bagi anak-anak desa setempat di masa pandemi.

Les rutin dilakukan setiap hari Minggu dengan penerapan protokol kesehatan. Anak-anak wajib mengenakan masker dan menjaga jarak saat les melukis. Kegiatan pelestarian seni ini tetap diselenggarakan untuk mengisi waktu kosong agar positif untuk anak-anak. Minimal dalam waktu dua jam, anak-anak terlepas dari pengaruh gadget.

Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun I Ketut Sadia menjelaskan program les ini sudah dicetuskan sejak Tahun 2015. Bermula dari terbentuknya perkumpulan Tahun 2012, guna menggugah pelukis-pelukis gaya Batuan yang nyaris berhenti berkarya. Setelah berhasil mengumpulkan dan menggugah para pelukis, dilakukan inovasi agar lukisna gaya Batuan bisa tetap lestari. "Pelukis gaya Batuan sempat jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari. Dengan berdirinya perkumpulan, seniman yang sudah beralih ke pekerjaan lain bisa kembali ke wadah perkumpulan, kembali semangat untuk melukis," jelas Ketut Sadia.

Program les melukis ini, kata Sadia dibuat agar anak-anak tertarik dengan seni budaya. "Kami juga sudah kerjasama dengan Pemerintah Desa Batuan. Jadi ada 4 SD di sini yang ekstrakurikuler nya melukis, khususnya kelas 3 sampai 6. Nilai ekstrakurikulernya diambil dari les melukis ini," jelas pelukis asal Banjar Pekandelan ini.

Sampai sekarang ada sekitar 130an anak-anak yang mengikuti les. Namun karena pandemi, pelaksanaan les dibatasi agar tidak berkerumun. "Sebelum pandemi, kami mengajar ke sekolah-sekolah setiap hari Sabtu. Semenjak pandemi, sekolah libur. Les nya dialihkan ke balai desa," jelasnya.

Anak-anak Baturulangun pun sudah sering mengikuti pameran maupun perlombaan. Termasuk ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). "Sudah ada yang dapat juara I lomba melukis dalam ajang Mitsubishi Open di Jakarta. Karyanya dikirim ke Jepang juga juara I," ujar Ketut Sadia.

Ditambahkan pelukis lain, I Wayan Diana pelestarian seni di Batuan erat kaitannya dengan Prasasti Baturan yang berangkat tahun 944 Cakap atau 1022 Masehi. "Banyak kesenian tercantum dalam prasasti, salah satunya seni lukis. Maka itu, Desember 2022 nanti kami punya cita-cita memperingati 1 milenium atau 1.000 tahun berdirinya Desa Adat Batuan," jelasnya.

Salah satu perintah prasasti yakni pelestarian seni guna memelihara peninggalan Raja zaman Bali Kuno. "Sehingga beragam seni Karawitan, pahat, lukis, seni lain yang berkaitan dengan upacara yadnya tetap lestari hingga saat ini di desa Batuan," ujar Wayan Diana. Pihaknya berharap, ke depan seni tetap lestari supaya tetap ada dan tidak punah. "Kami tidak ingin punah, harapan kami di usia 1.000 tahun nanti bisa membuat sebuah buku, sehingga generasi muda mengetahui asal muasal dan tanggung jawab seni ke depan," ujarnya. Ditambahkan penasihat perkumpulan Made Sujendra, les melukis bagi anak-anak ini tidak pernah memaksa anak-anak. "Kami rekrut anak-anak agar mereka menyadari pentingnya seni di Bali, mengisi ruang kosong mereka agar paham karakter orang Batuan. Tapi kami tidak memaksa cepat bisa. Akan selalu ada proses sesuai psikologis mereka," jelasnya.

Komitmen pelestarian seni lukis ini juga mendapat perhatian dari Pemerhati Seni Gianyar, Wayan Adi Parbawa. "Saya bersama tim biasa keliling Gianyar melihat langsung geliat seni. Terlebih di masa pandemi, ternyata les melukis di Batuan ini tetap digelar mengisi ruang anak dengan hal positif," ungkap laki-laki yang akrab disapa Yantu ini. *nvi

Komentar