nusabali

Rumah Digusur, Emas dan Uang Ikut Lenyap

  • www.nusabali.com-rumah-digusur-emas-dan-uang-ikut-lenyap

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kalimat yang pas untuk menggambarkan nasib 36 kepala keluarga (KK) warga di Kampung Bugis, Desa Serangan, Denpasar Selatan, yang rumahnya diratakan petugas dalam eksekusi lahan sengketa, Selasa (3/1).

DENPASAR, NusaBali
Selain kehilangan tempat tinggalnya, beberapa warga Kampung Bugis mengaku kehilangan barang berharga seperti emas dan uang, saat para buruh angkut dari PN Denpasar mengeluarkan barang-barangnya dari rumah yang akan dirobohkan.

Salah satu korban, Husin, mengaku kaget ketika melihat barang-barang yang semula di dalam rumahnya sudah berada di luar rumah. Saat masuk ke dalam, Husin mengaku tidak menemukan lemari berisi perhiasan, uang, dan surat berharga. “Saya tidak ada di rumah sewaktu rumah dikosongkan. Karena saya ikut dengan warga lain protes eksekusi,” cerita Husin.

Akibat kejadian tersebut, Husin mengaku kehilangan perhiasan emas dan sejumlah uang. “Saya lupa jumlahnya berapa? Tapi, waktu saya cek di lemari, cuma tersisa surat berharga dan ijazah anak-anak saya,” keluh Husin.

Paparan senada juga disampaikan warga Kampung Bugis lainnya, Maisah. Dia mengaku kehilangan tas berisi perhiasan emas dan uang sekitar Rp 3 juta. Saat kembali ke rumahnya, Maisah menemukan lemari yang berisi barang berharga sudah berada di luar. “Saat dicek, emas dan uang sudah hilang,” katanya.

Begitu tahu emas dan uangnya hilang, Maisah pun langsung berteriak histeris. teriakannya membuat beberapa petugas kepolisian menuju rumah Maisah. Petugas kepolisian curiga dengan gerak-gerik buruh angkut berseragam oranye yang disediakan PN Denpasar. Buruh angkut berseragam oranye itu pun langsung diperiksa polisi.

Hasilnya? Benar saja, dari saku salah satu buruh angkut bernama Natan, ditemukan emas milik warga Kampung Bugis yang hilang. Natan pun harus berurusan dengan pihak kepolisian.

Beberapa warga Kampung Bugis korban eksekusi mengatakan tidak menyangka petugas melakukan kekerasan dan memaksa keluarkan barang-barangnya. Padahal, hampir seluruh warga belum siap mengeluarkan barang-barang dari dalam rumahnya. “Kami tidak tahu kalau jadinya seperti ini. Makanya, barang-barang kami masih di dalam rumah semuanya. Waktu kami balik ke rumah, semua barang sudah dikeluarkan,” jelas salah seorang warga.

Sedangkan Kapolresta Denpasar, Kombes Hadi Purnomo, meminta warga Kampung Bugis yang merasa kehilangan barangnya untuk melapor ke kantor polisi terdekat. Kombes Hadi berjanji akan memproses laporan warga. “Sebenarnya, sebelum eksekusi dilakukan, kami sudah minta warga untuk mengeuarkan barang-barangnya, termasuk barang berharga,” ujar Kombes Hadi saat dikonfirmasi NusaBali.

Sementara itu, pantauan hingga Selasa sore, hampir semua warga yang rumahnya dieksekusi masih telantar, karena mereka belum memiliki tempat tinggal. Barang-barang milik warga juga masih berserakan di sekitar areal ya sudah rata dengan tanah. Beberapa di antara mereka bahkan pasrah dan membiarkan barang-barangnya terkena hujan yang sempat mengguyur Kampung Bugis selama beberapa menit.

Di sisi lain, Ida Tjokorda Pemecutan XI, Raja dari Putri Pemecutan-Denpasar yang ikatan sejarah dengan warga pandatang di Kampung Bugis, menyatakan pihaknya prihatin. Tjok Pemecutan pun memperhatikan nasib warga Kampung Bugis yang tempat tinggalnya tergusur.

“Bagaimana pun, mereka ini kan warga kita juga. Saya mohon mereka diperhatikan terutama tempat tinggal sementara,” ujar Tjok Pemecutan yang kemarin berada di Kampung Bugis sejak pagi.

Informasi terakhir, pihak Desa Serangan akan menyiapkan tenda-tenda sementara untuk menampung barang milik warga yang belum mendapatkan tempat tinggal. * rez

Komentar