nusabali

Dari Sastrawan ke Yajamana Panca Balikrama

Mengenang Dharma Upapati Ida Pedanda Gede Wayahan Tianyar

  • www.nusabali.com-dari-sastrawan-ke-yajamana-panca-balikrama

10 hari sebelum lebar, Ida Pedanda telah memberikan isyarat kepada putranya, akan kembali ke Sang Maha Pencipta.

Madharma Wacana Dalam Setiap Diksa Pariksa

DHARMA Upapati PHDI Karangasem Ida Pedanda Gede Wayahan Tianyar (almarhum), dari Geria Menara, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Karangasem, saat masih nyeneng (hidup), sangat sering hadir dalam ada upacara Diksa Pariksa (pengujian calon sulinggih,Red).  

Pedanda memberikan dharma wacana guna mengingatkan sang calon sulinggih tentang swadarmaning sulinggih.

Diksa pariksa merupakan salah satu rangkaian Karya Rsi Yadnya Padiksaan. Upacara ini wajib menghadirkan guru nabe, guru waktra, dan guru saksi. Diksa pariksa itu dilaksanakan sesuai amanat Bhisama Sabha Pandita PHDI Pusat Nomor 4/BHISAMA Sabha Pandita Pusat/V/2005, per 7 Mei 2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Diksa Dviyati. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas sradha, bhakti dan yasa kerti.

Diksa pariksa itu juga sesuai Ketetapan Maha Sabha PHDI II No V/KRP/PHDI/68 tentang Tata Keagamaan Kasulinggihan, Upacara dan Tempat Suci. Juga tertuang dalam keputusan seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek Agama Hindu ke-14 tahun 1986-1987 tentang Pedoman Pelaksanaan Diksa.

Dalam setiap dharma wacananya, kepada semua calon diksita, Ida Pedanda selalu mengingatkan, tugas sulinggih di antaranya ngaloka palasraya (muput upacara), penadahan upadesa (memberikan pencerahan kepada umat), nyurya sewana (menyucikan diri setiap pagi dan mohon kerahayuan jagat), dan lain-lain. Menyitir

Lontar Sarasamuscaya, Ida Pedanda menyebut sulinggih berpredikat satya wadi yakni selalu menyuarakan kebenaran, satya apta yakni patut dihormati dan diteladani, sang patirthan sebagai tempat mendapatkan penyucian. Sedangkan dalam Lontar Ekapratama disebutkan sulinggih sebagai katrini katon atau wakil Tuhan. Sedangkan dalam kitab Taiteria Upanisad disebutkan sebagai acharya dewa bhawa atau perwujudan dewa.

"Sang sulinggih, orang yang sudah disucikan, makanya tugasnya mengantarkan upacara, memberikan pencerahan dan bimbingan kepada umat sedharma," jelas Ida Pedanda, dalam suatu kesempatan madharma wacana.

Sulinggih juga dijadikan lambang kebenaran, apa yang diucapkan, itulah kebenaran yang selayaknya ditaati. Sebab, seharian sepenuhnya mengamalkan ajaran dharma.

Almarhum yang saat walaka bernama, Ida Bagus Maka adalah mantan anggota DPRD Karangasem tahun 1992-1997 dari Fraksi Golkar. Dalam setiap melayani umat sedharma selalu ditemani sang istri, Jro Istri Rna.

Putra dari Ida Bagus Rai Suya dan Jro Istri Taman ini semasih walaka aktif sebagai guru SD, juga bergelut bidang budaya, khususnya sastra Jawa Kuno dan Sastra Bali.

Selama menjalani bhahtera hidupnya, pengabdiannya terbilang lengkap, sebagai pendidik, pegiat kebudayaan, politisi, dan memberikan pencerahan kepada umat. *k16

Komentar