nusabali

Happening Art Lintas Media, Seniman Saling Respons dengan Kreativitas

  • www.nusabali.com-happening-art-lintas-media-seniman-saling-respons-dengan-kreativitas

DENPASAR, NusaBali.com – Sejumlah seniman tampil ekspresif dengan medianya masing-masing sambil membentuk kolaborasi yang saling melengkapi saat perform di Jatijagat Kehidupan Puisi, Jalan Cok Agung Tresna 109 Renon, Denpasar.

Kolaborasi seniman tersebut diadakan oleh Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP) bekerjasama dengan Bali Mangsi Foundation dan Dermaga Seni Buleleng (DSB), pada Sabtu (26/6/2021). 

Meski asyik mengerjakan karya mereka masing-masing, terlihat bahwa mereka sebenarnya sebuah kesatuan orkestra yang menyatu dalam satu alunan yang tunggal. 

Seniman dari lintas media tersebut, yakni Kata, Rupa, dan Suara, menghadirkan saling silang kreatif penyair, perupa, dan pemusik dalam sebentuk happening art yang disajikan mulai  pukul 17.00 hingga 20.00 Wita.

Sebagai silahturahmi dan ajang berbagi ekspresi, Paras Paros Seni ini didasari sinergi kreatif saling asah, asih, asuh, guna meraih kebersamaan penciptaan yang guyub, hangat dan berkelanjutan, sekaligus pengharapan lahirnya karya-karya unggul penuh kemungkinan.

Salah satu pendiri Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP), Dewa Putu Sahadewa, mengatakan bahwa event ini selain menghadirkan penulis puisi, tetapi juga perupa, dan pemusik, di mana ketiga macam seniman tersebut membentuk suatu kolaborasi.

 “Pada 23 Februari 2021 saya meluncurkan suatu buku yang menampilkan suatu kolaborasi antara perupa dan penyair. Saya menulis puisi dari lukisan-lukisan Made Gunawan, judul bukunya Gajah Mina,” ujar Sahadewa.  

Kolaborasi tersebut ingin dikembangkan lagi, kali ini dengan mengajak pemusik. Jadi dengan demikian puisi dapat diterjemakan menjadi lukisan atau lukisan diterjemahkan ke puisi, musik diterjemahkan ke puisi, atau musik diterjemahkan ke lukisan. Jadi ada kolaborasi yang saling berinteraksi serta salin merespons. 

“Melalui kegiatan ini, saya juga ingin melihat kepekaan yang dimiliki oleh seorang seniman terhadap lingkungannya ataupun aktivitas sesama seniman lainnya,” kata Sahadewa yang juga seorang dokter kandungan dan praktik di Kupang, Nusa Tenggara Timur ini. 

Sahadewa menjelaskan bahwa event kolaborasi ini sengaja dibuat dalam bentuk perfomance atau pertunjukan supaya terlihat lebih menarik. Dengan begitu  karya-karya yang dihasilkan tidak harus terselesaikan dan bisa dilanjutkan di lain waktu dan di lain tempat untuk mencapai karya yang lebih utuh. 

“Sekarang ini perfomance, saling merespons, saling memberikan rangsangan kreatif. Di dalam kehidupan pun sangat penting bagi kita untuk berkolaborasi,” tutur Sahadewa.  

Sementara itu, Hartanto, Pendiri Bali Mangsi Foundation, yang merupakan salah satu penyelenggara acara ini menyebut bahwa di saat pandemi kreativitas seniman tidak boleh terhenti. “Apapun keadaan yang ada, seni, harus tetap hidup,” ujar Hartanto. 

Ia menuturkan, selain untuk memotivasi diri sendiri, adanya kreativitas seni juga untuk memotivasi masyarakat.  “Jadi jangan pesimis dengan keadaan ini. Dengan optimisime pasti ada jalan keluar,” ujarnya.  

Sementara salah satu seniman yang tampil dalam acara tersebut, I Wayan Sujana, mengatakan bahwa ajang ini digunakan untuk mengembangkan seni parsipatori, terutama drawing novel. 

“Jadi saya drawing menggunakan novel bekas, novel bekas ini saya anggap artefak yang mewakili sastrawan. Jadi saya ingin berkolaborasi dengan sastrawan, tapi melalui artefak novel,” ujar Suklu, panggilan akrabnya.   

Dalam penampilannya, Suklu mendrawing novel kemudian diserahkan kepada beberapa sastrawan untuk nantinya direspons kembali melalui kata, kalimat, atau frasa terkait dengan visual yang ia berikan sebelumnya.  

“Ini nanti saya akan olah menjadi karya grafis yang ada beberapa edisi, memonumenkan peristiwa. Jadi saya mencoba merespons novel, kemudian saya isi fiksi visual, kemudian balik lagi saya berikan ke sastrawan untuk merespons itu dengan kata, puisi, atau frasa,” terang dosen ISI Denpasar tersebut.  

Suklu mengatakan sangat gembira dengan diadakannya ajang ini. Menurutnya kegiatan seperti ini pastinya akan memunculkan kejutan-kejutan.  “Bisa jadi, kalau terus dilakukan, ini akan memunculkan peradaban baru. Ini yang saya harapkan. Tampilnya satu produk yang mewakili zamannya,” kata seniman asal Klungkung tersebut.  

Selain Suklu da Sahadewa, seniman lain yang tampil dalam kegiatan ini di antaranya Hartanto, Warih Wisatsana, Gde Artawan, Wayan Jengki Sunarta, Mira MM Astra, Made Gunawan, Made Kaek, Made Sumadiyasa, Bakti Wiyasa, Galung Wiratmaja, Putu Sudiana Bonuz, Kadek Dedy Sumantra Yasa, Bonk Ava, Ayu Chumani, Mediana Ayuning Putri, Heri Windi Anggara, dan Pandu Sukma D.

Acara ditutup dengan pidato dari Profesor I Nyoman Dharma Putra, guru besar sastra Universitas Udayana, yang juga dapat dilihat sebagai respons terhadap penampilan para seniman sebelumnya.  *adi

Komentar