nusabali

Kenang Spirit Umbu Landu Paranggi Menanam Kecintaan pada Sastra

Keseruan Komunitas JKP-Dedari Art Institute Gelar Lomba Baca Puisi se-Bali-Nusra

  • www.nusabali.com-kenang-spirit-umbu-landu-paranggi-menanam-kecintaan-pada-sastra
  • www.nusabali.com-kenang-spirit-umbu-landu-paranggi-menanam-kecintaan-pada-sastra
  • www.nusabali.com-kenang-spirit-umbu-landu-paranggi-menanam-kecintaan-pada-sastra
  • www.nusabali.com-kenang-spirit-umbu-landu-paranggi-menanam-kecintaan-pada-sastra

Melihat antusiasme peserta, dr Sahadewa berharap kegiatan lomba baca puisi ini bisa dilakukan menasional untuk tahun-tahun mendatang, tak hanya se-Bali Nusra.

DENPASAR, NusaBali

Sosok Umbu Landu Paranggi (ULP) selalu lekat dalam ingatan para penyair yang mengenalnya. Meski raganya telah pergi satu tahun lalu, namun spiritnya tetap hidup dan menyala. Konsep tanam-taman yang dibangun semasa hidupnya dalam upaya menumbuhkan benih-benih kecintaan pada dunia sastra, kini dilanjutkan oleh Komunitas JKP (Jatijagat Kehidupan Puisi) bersama Dedari Art Institute dengan menyelenggarakan Lomba Baca Puisi se-Bali dan Nusra, Minggu (10/7) di Sekretariat JKP, Jalan Cok Agung Tresna, Denpasar.

Tak disangka peserta yang mendaftar cukup membeludak. Dari informasi panitia, peminat lomba baca puisi se-Bali Nusra mencapai 84 orang peserta, dengan rincian 66 peserta perempuan dan 18 peserta laki-laki. Dari segi usia peserta pun bervariasi, mulai terkecil usia 10 tahun dan tertua usia 55 tahun. Lomba ini menjadi menarik karena tak ada batasan usia. Adapun peserta terjauh datang dari Jakarta, namun ber-KTP Bali. Sedangkan khusus peserta yang berdomisili di Bali, peserta terjauh berasal dari Kabupaten Karangasem.

“Bahkan ada yang dari jam 7 pagi sudah datang. Luar biasa. Peserta yang datang dari Klungkung, Karangasem, dari Kupang, Flores, dan masih banyak lagi. Sebetulnya ada beberapa peserta yang ingin datang dari Jawa, namun kami batasi. Karena ini lomba se-Bali Nusra,” ungkap Ketua Panitia Lomba Baca Puisi, Ngurah Arya Dimas Hendratno.

Dimas mengungkapkan, awal mula ide mengadakan lomba ini digerakkan oleh dr Dewa Putu Sahadewa bersama kawan-kawan di Komunitas JKP. Di balik lomba ini, ada semacam idealisme agar Umbu selalu dapat dikenang. “Gagasan ini lahir karena keinginan dr Sahadewa dan juga kawan-kawan semua di sini untuk selalu mengupayakan spirit Umbu Landu Paranggi yang sudah meninggal 1 tahun lalu. Kami sebagai muridnya ingin selalu meletakkan semangat Umbu di hati,” terang Dimas.



Menariknya, lomba ini memperebutkan hadiah dan Piala Bergilir Umbu Landu Paranggi, yang menandakan event serupa akan digelar setiap tahun alias berkesinambungan. Piala Bergilir Umbu Landu Paranggi yang diukir oleh Wayan Gede Susana and Brother dari Mas Ubud, Gianyar ini berbentuk patung berbahan kayu cendana dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Piala bergilir ini secara khusus disumbangkan oleh Dewa Putu Sahadewa selaku pencetus lomba.

“Adanya piala ini diharapkan terus bisa menyemarakkan puisi. Tahun depan dijaga piala bergilirnya, karena kita akan upayakan kembali lomba dan bisa piala bergilir itu berpindah kepada teman yang lain. Semoga lomba ini bisa menjadikan kita lebih bisa menyatu dalam seni yang kita sebut dengan seni baca puisi,” jelasnya.

Di sisi lain, khusus untuk tahun 2022, lomba ini diselenggarakan berkaitan dengan program roadshow dan perayaan buku puisi Siwanggama (Pustaka Ekspresi, 2022) karya Dewa Putu Sahadewa. “Kegiatan ini dilaksanakan oleh komunitas Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP) bekerjasama dengan Dedari Art Institute dan didukung oleh Pustaka Ekspresi, Villa Umah Putih, dan Dewanta Mental Healthcare (DMH),” tambahnya.

Lomba baca puisi dinilai langsung oleh tiga juri antara lain Oka Rusmini, Agung Bhawantara, dan Mira Astra MM. Dari hasil penilaian, ketiga juri berdiskusi dengan alot. Sebab hampir semua penampilan peserta bagus. Namun memang ada disertai beberapa catatan seperti pemahaman terhadap puisi masih relatif lemah yang menyebabkan penafsiran terhadap isi puisi juga menjadi lemah. Banyak puisi yang potensial dan bagus di awal penampilan, tapi tidak konsisten menjaga penghayatannya sehingga kedodoran di bagian tengah dan akhir serta beberapa catatan lainnya. Dari lomba tersebut, dipilih lima orang pembaca puisi berbakat, tiga orang juara harapan, serta tiga orang juara utama.



Inisiator lomba baca puisi, dr Dewa Putu Sahadewa mengatakan ajakan untuk mengikuti lomba baca puisi tentu saja bukan hanya untuk memperebutkan piala dan hadiah. Lebih dari itu, adalah untuk menumbuhkan kecintaan kita semua terhadap puisi. Dan, semangat Umbu Landu Paranggi tetap hidup bukan hanya di dunia sastra Indonesia. JKP tidak berhenti untuk menghembuskan nafas puisi, menyalakan api sastra dalam sanubari kita semua.

“Sastra adalah puncak dari bahasa, puisi adalah puisi adalan intisari madu manisnya sastra. Mari kita mencinta puisi, mari kita menanam kata-kata yang indah yang bisa mengejawantahkan apa yang ada dalam perasaan, pikiran dan jiwa kita sebagai sebuah karya yang utuh dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Bisa menginspirasi dan memotivasi,” katanya. Melihat antusiasme peserta, dr Sahadewa pun berharap kegiatan lomba baca puisi ini bisa dilakukan menasional untuk tahun-tahun mendatang, tak hanya se-Bali Nusra saja.

“Mudah-mudahan tahun depan bukan hanya peserta dari Bali Nusra, tapi nasional kita bisa undang untuk ikut lomba. Mungkin bisa dimulai dari lomba penulisan puisi. Terus berlatih, membaca, menulis, dan cinta puisi. Seperti konsep Tanam-Taman, seperti yang diajarkan Umbu,” kata dokter kandungan di RSIA Dedari Kupang, NTT ini.

Antusiasme peserta juga membuat haru putri Umbu Landu Paranggi, yakni Rambu Anarara Paranggi yang hadir khusus ke Sekretariat JKP. “Saya dan keluarga besar sangat mengapresiasi. Kehadiran kami di sini untuk mengungkapkan rasa terima kasih. Jika ada hal lain yang bisa mewakilkan terima kasih, maka kami akan sampaikan. Tetapi di bawah kolong langit ini, tidak ada yang lebih indah, tidak ada yang lebih pantas dari terima kasih itu sendiri,” ungkapnya. *ind

Komentar