nusabali

Siswa Meninggal Saat Tunggu Sesi Pembelajaran Tatap Muka

Mengeluh Sakit Kepala, Sempat Minta Dijemput ke SMPN 1 Ubud

  • www.nusabali.com-siswa-meninggal-saat-tunggu-sesi-pembelajaran-tatap-muka

Dari keterangan dokter Puskesmas Ubud I, korban Dewa Gede Agung Krisna Juliartawan meninggal akibat serangan jantung.

GIANYAR, NusaBali
Seorang siswa SMPN 1 Ubud, Gianyar, Dewa Gede Agung Krisna Juliartawan, 16, meninggal mendadak saat menunggu Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sesi kedua di sekolahnya, Kamis (1/4) pagi pukul 09.30 Wita. Sebelum meninggal, siswa Kelas IX C SMPN 1 Ubud ini sempat menelepon orangtuanya sembari mengeluhkan sakit kepala.

Saat menelepon orangtuanya seraya mengeluhkan sakit kepala, korban Dewa Gede Agung Krisna Juliartawan meminta agar segera dijemput ke sekolah. Namun, begitu orangtuanya tiba di SMPN 1 Ubud yang berlokasi Jalan Raya Ubud kawasam Kelurahan/Kecamatan Ubud, siswa berusia 16 tahun ini ditemukan sudah ditemukan lemas dan pingsan. Nyawa siswa siswa asal Banjar Dukuh Griya, Desa Pejeng Kawan, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar ini gagal diselamatkan, karena keburu menghembuskan napas terakhir saat dilarikan ke Puskesmas Ubud I di Jalan Dewi Sita Ubud.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar, I Wayan Sadra, ketika dikonfirmasi NusabBali, Jumat (2/4), mengatakan pihaknya sudah mendapat laporan terkait kematian mendadak siswa SMPN 1 Ubud saat menunggu sesi kedua PTM di sekolahnya. Berdasarkan laporan yang disampaikan pihak SMPN 1 Ubud ke Disdik Gianyar, kata Wayan Sadra, disebutkan bahwa saat kejadian maut pagi itu, situasi di sekolah relatif sepi. Pasalnya, PTM sesi pertama telah selesai pukul 09.00 Wita. Seluruh siswa yang mengikuti PTM sesi pertama pun sudah pulang dari sekolah ke rumah masing-masing.

Selanjutnya, sekitar pukul 09.10 Wita, mulai berdatangan siswa SMPN 1 Ubud yang mendapat jadwal PTM sesi kedua, termasuk korban Dewa Gede Agung Krisna Juliartawan. “Korban atas nama Dewa Gede Agung Krisna Juliartawan sampai di sekolah dengan diantar oleh orangtuanya,” papar Wayan Sadra.

Setibanya di sekolah pagi itu, korban Dewa Agung Krisna langsung menuju Ruang Kelas IX C di Lantai II. Namun, saat itu pembelajaran belum dimulai, karena sesi II PTM baru dimulai sekitar pukul 09.30 Wita. Nah, sesampainya di kelas, korban mengeluh sakit kepala. Korban pun menghubungi orangtuanya melalui HP seraya minta agar dijemput kembali ke sekolah.

“Begitu mendapat telepon tersebut, orangtuanya datang menjemput da sempat berkomunikasi dengan anaknya. Tapi, saat mau diajak pulang, korban Dewa Agung Krisna malah lemas dan jatuh pingsan,” terang Wayan Sadra.

Korban Dewa Agung Krisna sendiri sempat ditangani di Ruang UKS SMPN 1 Ubud, sembari menunggu kendaraan untuk merujuknya ke Puskesmas Ubud I. Namun sayang, nyawanya tidak terselamatkan. Korban keburu meninggal saat dilarikan ke Puskesmas. “Berdasarkan keterangan dokter Puskesmas yang menanganinya, anak itu mengalami imfarc miocard atau kematian akibat serangan jantung,” katanya.

Menurut Wayan Sadra, pihaknya sudah meminta penjelasan detail dari Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 1 Ubud, AA Putra Suta Wibawa SPd, terkait kematian tragis siswanya tersebut. Terungkap, kejadian tersebut di luar prediksi. Sebab, seluruh siswa sebelum masuk ke area sekolah sudah dicek suhu tubuh. “Saat kejadian, tidak ada laporan dari Satgas. Semua siswa tidak ada suhu tubunnya yang melewati ambang batas untuk diizinkan masuk sekolah,” tandas Wayan Sadra.

Paparan senada juga disampaikan ayah korban, Dewa Gede Artana, saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Dukuh Griya, Desa Pejeng Kawan, Kecamatan Tampaksiring, Jumat pagi. Menurut Dewa Gede Artana, saat kejadian maut pagi itu, dia menyaksikan langsung kondisi anak sulungnya ini.

Dewa Artana menyebutkan, kematian tragis Dewa Agung Krisna membuat keluarganya shock berat. Sebab, semasa hidup, putra sulungnya ini tidak pernah memiliki riwayat penyakit apa pun, termasuk gangguan jantung. Sebelum berangkat sekolah pagi itu, korban Dewa Agung Krisna juga dalam kondisi sehat. “Sebelum berangkat sekolah, Dode (sapaan akrab korban Dewa Agung Krisna, Red) seperti biasa: sempat sarapan dan minum susu. Tidak ada mengeluh sakit, sehat-sehat saja. Bahkan, dia ceria seperti biasanya,” ungkap Dewa Artana.

Keluarga pun tidak habis pikir, bagaimana peristiwa seperti ini menimpa Dewa Agung Krisna. “Keluarga jelas shock berat, terutama ibunya. Anak masih seger oger, tidak ada gejala apa pun saat berangkat sekolah. Kalau sendainya bilang sakit, kan nggak saya kasi ke sekolah,” terang Dewa Artana.

Dewa Artana mengakui anaknya yang duduk di Kelas IX C SMPN 1 Ubud pagi itu mendapat jadwal PTM sesi kedua. Dewa Artana sendiri yang mengantarkan korban ke sekolah. “Seperti biasa, saya antar Dode sampai depan sekolah. Setelah anak saya naik tangga, saya pulang,” kenangnya.

Namun, baru saja tiba di rumah dan belum sempat menaruh helm, Dewa Artana sudah dihubungi oleh putra sulungnya dari sekolah. “HP ibunya bordering di kamar. Saya angkat, ternyata dari Dode. Dia bilang sakit kepala," jelas Dewa Artana, yang kesehariannya sebagai karyawan Hotel Maya Ubud.

Dalam percakapan tersebut, kata Dewa Artana, almarhum minta agar ayahnya segera menjemput ke sekolah. “Saat itu juga saya langsung ke SMPN 1 Ubud. Buru-buru, nggak nanya apa-apa lagi. Sampai di jalan raya depan sekolah, saya kabari anak saya ‘Ajik sudah di depan’,” tutur Dewa Artana. “Namun, karena mengaku tak kuat berjalan, anak saya meminta agar dijemput langsung ke ruang kelas.”

Saat dicari ke runag kelas di Lantai II, korban Dewa Agung Krisna ditemukan ayahnya sudah dalam posisi duduk bersandar, dengan kaki telentang. Keringat dingin mengucur dari tubuh siswa Kelas IX SMPN 1 Ubud ini. “Saya dapati sudah lemes, saya tanya dia nggak nyaut,” cerita Dewa Artana.

Kemudian, bersama sejumlah teman sekelas anaknya, Dewa Artana membopong putranya ini menuju halaman sekolah. Selanjutnya, dia meminta pertolongan guru agar dicarikan kendaraan untuk membawa korban ke Puskesmas. Dengan mobil pinjaman, Dewa Artana kemudian membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat, yakni Puskesmas Ubud I. “Perkiraan saya, Dode meninggal dalam perjalanan ke Puskesmas. Saat dipasang Oksigen di Puskesmas, tidak mau masuk. Petugas Puskesmas bilang Dode sudah meninggal,” keluh Dewa Artana.

Apa penyebab meninggalnya siswa SMPN 1 Ubud ini, masih misterius. Polisi menyarankan dilakukan otopsi jenazah, namun pihak keluarga menolak karena sudah menerima kejadian maut ini sebagai musibah. “Bagaimana pun, Dode sudah pergi. Kalaupun dilakukan otopsi dan ada hasil, tentu akan banyak muncul hal negatif. Lebih baik saya ikhlaskan,” kata Dewa Artana.

Hari itu pula, jenazah Dewa Agung Krisna dibawa pulang dari Puskesmas I Ubud ke rumah duka. Sempat semalaman disemayamkan di ruman duka, jenazah siswa SMPN 1 Ubud ini kemudian dimakamkan di Setra Adat Pejeng Kawan pada Sukra Pon Julungwangi, Jumat petang pukul 18.00 Wita.

Korban Dewa Gede Agung Krisna Juliartawan sendiri merupakan anak sulung dari dua bersaudara pasangan Dewa Agung Artana dan Anak Agung Rai Sasih. Almarhum sejak kecil dikenal suka berkesenian, terutama seni tabuh. Sampai ajal menjemputnya, anak ini masih tercatat sebagai anggota Sanggar Gita Semara Desa Peliatan, Kecamatan Ubud. Bersama sanggar ini pula, Dewa Agung Krisna sempat dipercaya tampil makendang menyambut kedatangan Presiden Jokowi dalam kegiatan IMF di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, beberapa waktu lalu. *nvi

Komentar