nusabali

3 Tahun Vakum, SMK Saraswati Amlapura Dihidupkan

Dilengkapi Asrama Gratis, Siswa Bisa Magang ke Jerman

  • www.nusabali.com-3-tahun-vakum-smk-saraswati-amlapura-dihidupkan

Untuk tahun ajaran 2020/2021, SMK Saraswati mendapatkan 27 siswa, dengan latar belakang ekonomi kurang mampu, tetapi memiliki semangat belajar yang tinggi.

AMLAPURA, NusaBali

Setelah tiga tahun ajaran SMK Saraswati Amlapura vakum dari tahun ajaran 2017/2018 hingga 2019/2020, kali ini dihidupkan kembali mulai tahun ajaran 2020/2021, dengan merekrut 27 siswa miskin dari desa-desa pinggiran. Siswa difasilitasi dapat asrama lengkap dengan kebutuhannya, serta wifi gratis. Tidak tanggung-tanggung, untuk siswa yang benar-benar tidak mampu juga dibebaskan dari SPP.

Tidak hanya itu, sekolah ini juga menyiapkan training ke Jerman bergaji Rp 16 juta. “Ini satu-satunya SMK di Bali, yang memiliki akses ke luar negeri, dan training standar internasional bahkan mendapatkan gaji,” ujar Kepala Sekolah SMK Saraswati, Drs I Nyoman Putu Astawa MSi saat ditemui di ruang kerjanya, di Jalan Letda Bajra 6 Amlapura, Sabtu (20/3).

Mulanya, I Nyoman Putu Astawa saat melakukan kunjungan kerja ke SMK Saraswati Amlapura, April 2020. Tokoh pendidikan inipun merasa prihatin karena sekolah ini tiga tahun tanpa siswa. Padahal memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, baik ruang belajar, lab, ruang guru dan sarana penunjang lainnya. Astawa lalu berkoordinasi dengan pihak yayasan dan langsung diberikan kewenangan penuh sebagai pengelola sekaligus Kasek SMK Saraswati Amlapura.

Sejak dapat kepercayaan itu, Astawa langsung sosialisasi ke masyarakat terutama ke desa-desa pinggiran untuk merekrut siswa kurang mampu. Untuk tahun ajaran 2020/2021, SMK Saraswati mendapatkan 27 siswa, dengan latar belakang ekonomi kurang mampu, tetapi memiliki semangat belajar yang tinggi.

Mengingat kebanyakan siswa dari jauh tidak memiliki sarana sepeda motor, maka seluruh siswa laki-laki sebanyak 11 orang dari Desa Seraya Timur, Karangasem dibuatkan asrama tinggal di sekolah. Biaya sehari-hari ditanggung pengelola, di samping dapat menikmati belajar daring dengan memanfaatkan wifi sekolah secara gratis.

Setiap saat ada saja orang tua siswa datang menengok ke asrama, membawa kebutuhan sehari-hari. Kebetulan ada yang orangtuanya nelayan, membawa oleh-oleh ikan laut, lalu dimasak dan dinikmati bersama. Sedangkan sekolah itu sendiri tanpa ada biaya operasional, dengan merekrut 12 guru termasuk 4 guru produktif dan 2 pegawai tata usaha, mampu menggelar pembelajaran secara daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan).

Sarana pendukung pembelajaran selain ruang kelas, ada lima lab: front office, house keeping, restoran, hotel dan spa. Siswa sejak awal ditekankan agar fasih menguasai bahasa Inggris, karena disiapkan untuk training di kapal pesiar ke Jerman, selama 8 bulan. "Saya selama ini keliling sosialisasikan, dan saya yakinkan tamatan SMP dari keluarga tidak mampu, dijamin sekolahnya akan tamat SMK dan siap kerja," lanjut pendiri komunitas guru Forkopen (Forum Koordinasi Pendidikan) Karangasem tahun 2002, dari Jro Kelodan, Banjar Puseh, Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem.

Hanya saja, jurusan yang dibuka untuk sementara, bidang perhotelan. Tahun ajaran berikutnya jika terjadi penambahan siswa, ada rencana membuka jurusan baru.

Mengenai biaya operasional yang dibutuhkan, katanya, selama ini memanfaatkan relasi dimiliki I Nyoman Putu Astawa. "Saya punya relasi, sehingga tidak sampai kekurangan biaya sesuai yang dibutuhkan, walau tidak banyak terpenting ada niat, kemauan membangun Karangasem bidang pendidikan," jelas pendiri SMA Jagadhita Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, yang telah berstatus kakek dengan 4 cucu.

Salah satu siswa kemudian dipanggil atas nama Ni Nyoman Sarini dari Banjar Baruna, Desa Bugbug, diuji penguasaan mata pelajaran bahasa Inggris, selama enam bulan belajar. "Justru saya belajar bahasa Inggris di sini, selama di SMP sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris. Saya bercita-cita kerja di luar negeri," kata Suarini. *k16

Komentar