nusabali

Made Bagia Tiap Hari Jualan Koran Keliling dengan Disangga Tongkat

  • www.nusabali.com-made-bagia-tiap-hari-jualan-koran-keliling-dengan-disangga-tongkat

Dalam kondisi kaki diamputasi, Made Bagia tiap hari pulang pergi naik motor dari Desa Gerokgak ke Kota Singaraja dengan jarak tempuh 1,5 jam, demi jualan koran di traffic light Perempatan Pantai Penimbangan

Balada I Made Bagia, Pria Asal Gerokgak-Buleleng yang Kakinya Diamputasi Ditabrak Truk


SINGARAJA, NusaBali
Dari sekian banyak loper koran yang beroperasi di Kota Singaraja, Buleleng, I Made Bagia, 38, termasuk salah satu yang mudah dikenali. Pasalnya, loper koran asal Banjar Batu Agung, Desa/Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini harus mengais rezeki sambil berdiri menggunakan bantuan tongkat, lantaran kaki kananya diamputasi.

Setiap harinya, Made Bagia beroperasi menjajakan koran di sekitar traffic light Pe-rempatan Pantai Penimbangan, Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, yang berlokasi di tepi barat Kota Singaraja. Dengan disangga sepasang tongkat, pria berusia 38 tahun ini selalu bersemangat menawarkan koran kepada pengendara motor yang sedang berhenti akibat lampu merah menyala. Sengatan panas terik matahari tidak pernah jadi halangan baginya.

Perjalanan hidup Made Bagia sebagai penjual koran keliling sangatlah panjang dan memilukan. Made Bagia sendiri sebetulnya berasal dari Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng Timur. Akibat keterbatasan ekonomi, sejak kecil Made Bagia diajak orangtuanya hijrah ke Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak, Buleleng Barat. Di Desa Gerokgak, mereka menempati sebuah gubuk yang dibangun di atas tanah negara dengan Hak Guna Pakai (HKP).

Setelah kedua orangtuanya meninggal, Made Bagia mewarisi gubuk tersebut. Made Bagia cari nafkah dengan menjadi penjual koran keliling, sejak 18 tahun silam, ketika kakinya masih normal. “Saya sudah menjual koran jauh sebelum kaki saya diamputasi,” kenang Made Bagia saat ditemui NusaBali sedang menjajakan koran di sekitar traffic light Perempatan Pantai Penimbangan Singaraja, Kamis (13/10) lalu.

Made Bagia mengisahkan, pahitnya kehidupan sudah dijalaninya sejak kecil. Kemiskinan kedua orangtuanya membuat Made Bagia kecil terus bersemangat menjalani hidup. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk merantau ke Karangasem untuk jualan koran keliling tahun 1998 silam, ketika kondisi fisiknya masih lengkap dan sehat.


SELANJUTNYA . . .

Komentar