nusabali

Siswa SD Berlomba Nyurat Aksara Bali

  • www.nusabali.com-siswa-sd-berlomba-nyurat-aksara-bali

Setelah diawali dengan festival nyurat aksara Bali massal saat pembukaan Bulan Bahasa Bali 2020 pada 1 Februari lalu, kegiatan nyurat aksara kembali diselenggarakan.

DENPASAR, NusaBali

Kali ini dalam bentuk lomba nyurat aksara Bali tingkat SD di Gedung Ksirarnawa Lantai Bawah, Senin (24/2). Pelajar SD masing-masing kabupaten/kota nampak antusias mengikuti lomba nyurat aksara tersebut.

Kepala Bidang Dokumentasi Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, AA Ngurah Bagawinata mengatakan, lomba nyurat aksara Bali di tingkat SD ini diikuti oleh masing-masing kabupaten/kota. Peserta sebelumnya telah diseleksi di kabupaten/kota. “Lomba nyurat aksara Bali dengan peserta siswa SD ini sebagai salah satu implementasi pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali. Kemarin waktu pembukaan sudah dilakukan juga nyurat aksara massal. Nah, sekarang dilombakan sebagai upaya membudayakan aksara di tengah-tengah generasi muda,” ujarnya.

Lomba nyurat aksara Bali ini, lanjut Bagawinata, tentunya akan terus diadakan sebagai upaya melestarikan aksara Bali. Jika dilatih terus menerus, harapannya bisa menjadi suatu upaya penguatan karakter diri sebagai orang Bali. “Yang namanya gerakan harus terus dilakukan. Kalau mereka (generasi muda, red) sudah terus menggunakan aksara dan bahasa ibunya, maka mereka akan mengenal karakter mereka sebagai orang Bali. Budaya adalah jati diri kita,” terang Bagawinata.

Salah satu juri, Ketut Sudarsana mengatakan, dengan diadakan lomba seperti ini dapat merangsang anak-anak untuk belajar dan mempersiapkan diri dengan baik. Menumbuhkembangkan kegemaran menulis aksara Bali tidak boleh putus hanya di tingkat lomba yang diadakan setahun sekali. Melainkan, kata Sudarsana, harus masuk ke banjar-banjar lewat pasraman. “Tiap-tiap desa adat rutin mengadakan pasraman menulis aksara Bali. Dengan kontinuitas seperti ini kita yakin, aksara, bahasa dan sastra Bali ini akan ajeg karena sudah masuk ranah adat,” ungkapnya.

Menurutnya, keberadaan aksara, bahasa, dan sastra Bali di zaman yang sudah berkembang pesat ini diharapkan tetap eksis hingga masa-masa mendatang. Di samping pelestarian lewat sumber-sumber ajaran agama Hindu di Bali yang menggunakan aksara, bahasa dan sastra Bali, pelestarian saat ini tidak bisa juga dilepaskan dari hal-hal yang bersifat kekinian. “Orang yang tekun mempelajari aksara, bahasa dan sastra Bali, melestarikan, serta menggunakannya di kehidupan sehari-hari, tetap bisa hidup layak (sejahtera, red),” tandas Sudarsana.

Dari perlombaan nyurat aksara Bali, keluar sebagai juara I Ni Putu Bintang Santiari perwakilan dari Gianyar, juara II diraih Shandy Musfira Rhamadani dari Badung, dan juara III Ni Putu Dita Amelia Putri dari Kota Denpasar. *ind

Komentar