nusabali

Polres Ajak Warga Papua Santap Malam

  • www.nusabali.com-polres-ajak-warga-papua-santap-malam

Polres Gianyar mengajak sekitar 15 warga Papua, Irian Jaya, baik yang berstatus pekerja maupun pelajar, unutk santap malam di sebuah warung di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Rabu (21/8) malam.

GIANYAR, NusaBali

Acara ini sebagai upaya menjaga kondusitivitas warga Papua di wilayah hukum  Polres Gianyar, pascarusuh di Manokwari, Provinsi Papua Barat.

Di sela-sela santap malam, Kapolres Gianyar AKBP Priyanto Priyo Hutomo melalui Kasatbinmas AKP Gede Endrawan didampingi Kasat Intelkam AKP Ida Bagus Dana Ginawa, dan Kapolsek Blahbatuh, Kompol Ketut Dwikora berbincang-bincang dengan warga Papua. Dari diskusi ringan tersebut, terungkap bahwa sejumlah warga Papua telah belasan tahun tinggal dan menetap di Bali, khususnya di Gianyar. Selama itu, mereka mengaku tidak pernah mengalami masalah. Warga Papua yang ada di Gianyar pun mengaku kaget atas aksi kerusuhan di Manokwari tersebut.

Seperti diungkapkan Oktavianus Otcew,33, seorang pekerja asal Distrik Atsy Kabupaten Asmat, Papua Barat. Dia mengisahkan pertama kali bekerja sebagai pemandu wisata di objek wisata Taman Nusa di Desa Sidan, Gianyar. Oktavianus berperan sebagai kepala suku di rumah khas Papua yang dijaganya hingga sekitar tahun 2016. Guna menambah pengalaman, dia pun kini bekerja di sebuah vila kawasan Ubud. “Saya sudah di Bali selama 13 tahun. Selama itu tidak pernah ada kendala apa pun atau pun selisih dengan saudara. Semuanya aman dan damai,” jelasnya. Mendengar aksi pilu di daerah asalnya, Oktavianus hanya bisa menasehati diri sendiri dan warga Papua yang merantau di Gianyar agar tidak terpancing emosi. “Saya sebelum Bom Bali sudah disini, baru kemarin dengan isu dan kondisi seperti itu (rusuh di Papua, Red). Pada adik-adik yang saat ini ada disini, semuanya tergantung pada kita. Kalau saya lebih sering mengalah, supaya masalah selesai dengan damai. Terima dengan hati dingin, karena kalau kita balas pasti tidak akan selesai,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan, Thawe Odillia Fietha Way,16, pelajar asal Kabupaten Mappi, Papua yang mengikuti program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) di SMAN 1 Sukawati. “Saya anak kedua dari empat bersaudara. Satu-satunya perempuan dan cuma saya sendiri yang berani merantau,” ungkapnya. Selama tinggal dan sekolah di Gianyar, Odillia mengaku masyarakat Bali sangat wellcome. “Di sekolah tidak ada bullying, syukur dapat sekolah di Sukawati. Orangtua kos sering menasihati kami agar tidak keluar malam. Bahwa kami sekolah disini untuk membahagiakan orangtua,” jelasnya.

Satu lagi warga Papua yang merasa telah menjadi orang Bali yakni Alfrebs Rematoby,38, salah satu relawan PMI Gianyar. Alfrebs mengaku sudah di Bali sejak Tahun 2001 langsung bekerja sebagai tenaga sukarelawan di Puskesmas Tampaksiring. Selanjutnya sejak Tahun 2007 bergabung di PMI Kabupaten Gianyar. “Orang Bali sudah saya anggap seperti saudara,” ungkapnya.

Kasatbinmas Polres Gianyar AKP Gede Endrawan mengatakan, Polres Gianyar mengajak warga Papua di Gianyar agar tidak mudah terpancing informasi berita yang belum pasti kebenarannya. Karena berita itu bisa menjadi alat adu domba oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. “Adik-adik, kami sudah anggap sebagai saudara. Karena kita satu keluarga besar Indonesia. Siapapun yang ada di wilayah ini, kami lindungi, tidak diskriminatif,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyarankan pada warga Papua di Gianyar yang apabila mengalami permasalahan agar berkoordinasi dengan kepolisian. *nvi

Komentar