nusabali

Hydrocephalus, Widartayasa Hanya Dirawat di Rumah

  • www.nusabali.com-hydrocephalus-widartayasa-hanya-dirawat-di-rumah

Keterbatasan biaya membuat I Nengah Widartayasa, usia 3,5 bulan penderita hydrocephalus hanya dirawat di rumah. Bahkan untuk menyusu, harus dilakukan melalui selang.

BANGLI, NusaBali
Baru berusia 3,5 bulan, I Nengah Widartayasa harus mengalami derita. Kepala anak kedua dari pasangan suami istri I Nengah Jatiana, 32, dan Ni Wayan Mustini, ini dari hari ke hari terus membesar. Dari awalnya tonjolan sebesar telur bebek di kepala belakang, kini hampir seluruh kepala Widartayasa membesar karena hydrocephalus.  

Sempat dirawat di RSUP Sanglah Denpasar selama 15 hari, namun Widartayasa terpaksa dibawa pulang ke rumah mereka di Banjar Kebon Kaja, Desa Peninjoan Kecamatam Tembuku. Salah satu alasannya karena biaya. Sejak saat itu Widartayasa dirawat di rumah saja.

Ditemui di RSUD Bangli, Rabu (13/4), Jatiana dan istrinya Ni Wayan Mustini menyatakan tak mampu membiayai pengobatan anak mereka yang biayanya diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah. “Untuk pemasangan selang saja katanya sampai sepuluh juta,” ucap Jatiana menerawang. 

Biaya tersebut belum termasuk perawatan lainnya, yang dari informasi diperoleh Jatiana sampai puluhan juta. “Saya hanya kerja sebagai buruh serabutan,” kata Jatiana.  
Dengan penghasilan yang tidak menentu, tak memungkinkan Jatiana dan istrinya Mustini membiayai pengobatan hingga operasi Widartayasa. “Kalau dapat maburuh, dapat upah delapan puluh ribu rupiah,” beber  Jatiana. 

Upah tersebut hanya sekadar untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Itu pun belum tentu cukup. Sedang Mustini, istrinya tak mungkin kerja karena harus menunggui dan mengasuh Widartayasa serta Ni Wayan Tirta Andariani, 8, anak sulung mereka. Juga harus menjaga orangtua mereka (ibunya) yang sudah lingsir. Karena itulah, Widartayasa hanya dirawat di rumah saja.

Hal yang sama disampaikan Mustini. Dia tentu sangat berharap anaknya sembuh sebagaimana mestinya, sebagai bayi yang normal. “Kalau popoknya basah, nangis,” kata Mustini tentang kondisi Widartayasa.

Cerita Mustini ketika mengandung Widartayasa, dia rutin periksa kandungan setiap bulan. Dia periksa kandungan pada bidan praktik swasta. Menurutnya tidak ada keluhan. Hanya saja, Mustini tidak melakukan pemeriksaan USG.  Hal itu dibenarkan, Putu Wulan, bidan desa yang bertugas di Desa Peninjoan. “Ini ada bukunya,” kata Putu Wulan bersama Ni Ketut Suciani, koordinator bidan di Puskesmas Tembuku, memperlihatkan buku catatan pemeriksaan kehamilan Mustini. “Rutin periksa di bidan praktik,” sebut Putu Wulan 

Kedua bidan tersebut, Putu Wulan dan Ni Ketut Suciani, Rabu kemarin mengantar   Jatiana dan Mustini serta bayi mereka ke RSU Bangli. Selain kedua bidan tersebut, juga terlihat Camat Tembuku Anak Agung Purnama. “Mudah- mudahan dengan bantuan semua pihak segera bisa ditangani,” ujar Agung Purnama. 

Dia berharap Widartayasa bisa sembuh dari penyakitnya. Camat Agung Purnama,  menuturkan, dia langsung ke RSU Bangli setelah mengetahui kondisi Widartayasa, yang menyedihkan. “Tadi seusai rapat saya langsung ke sini,” ujarnya. 

Setelah pemeriksaan pada tengah hari kemarin di RSU Bangli, Jatiana dan Mustini kembali mengajak pulang Widartayasa, ke Banjar Kebon Kaja Desa Peninjoan. Rencananya, Kamis (14/4), akan dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar kembali. “Besok (hari ini) akan diantar ke Sanglah,“ kata Camat Agung Purnama. 

Dari pantauan, tubuh Widartayasa tampak sedemikian lemah, dengan ukuran kepala yang tampak tidak normal. Untuk menyusu, Widartayasa juga tidak bisa. Karenanya susu  diasup menggunakan selang kecil ke mulutnya. 7 k17

Komentar