nusabali

Keluarga Disabilitas Berharap Bantuan Kursi Roda

  • www.nusabali.com-keluarga-disabilitas-berharap-bantuan-kursi-roda

Komang Setiari, 13, tidak bisa melakukan aktivitas layaknya anak-anak seusianya.

BANGLI, NusaBali
Anak dari keluarga miskin ini hanya bisa duduk karena kedua kakinya tidak berfungsi normal. Kedua tangannya juga sulit digenggamkan, sehingga makan harus disuapi. Orangtua Komang Setiari berharap dapat bantuan kursi roda. Harapannya, Komang Setiari yang disabilitas bisa diajak keliling tanpa harus digendong.  

Ayah Komang Setiari, I Nengah Kurma, 40, menuturkan anaknya mengalami cacat fisik sejak lahir. Kondisi ini baru diketahui saat anak-anak sebaya Komang Setiari sudah mulai bisa berjalan. “Anak sebayanya sudah bisa berjalan, tapi anak saya kakinya lemas dan bentuknya tidak sempurna,” ungkap Kurma didampingi istri, Ni Ketut Ariani, 36, Selasa (25/9). Berbagai upaya pengobatan sudah dilakukan baik medis maupun non medis, namun tidak ada perubahan.

Dikatakan, Komang Setiari lahir prematur. “Lahirnya normal tapi ibunya belum waktunya melahirkan. Lahir dengan berat 1 kilogram,” ujarnya. Kurma mengatakan, Komang Setiari dirawat selama dua hari di rumah sakit, setelah itu bayi dan ibunya diizinkan pulang oleh dokter. “Saya disuruh pulang, saat itu sudah pasrah, takut anak saya tidak bertahan,” imbuhnya. Kurma berharap dapat bantuan kursi roda. Sebab kursi roda bantuan sebelumnya sudah rusak sehingga kemana-mana anaknya harus digendong. Jika pendidikannya normal, Komang Setiari semestinya sudah SMP.

Di usianya yang menginjak remaja, Komang Setiari harus dibantu untuk makan dan buang air. “Kadang makan disuapi oleh adiknya yang masih berumur 6 tahun,” sebut pria yang buruh serabutan ini. Penghasilan Kurma tidaklah seberapa. “Hanya dapat penghasilan Rp 40 ribu sehingga kesulitan untuk pengobatan Komang,” ungkap warga Banjar Penarukan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Bangli. Ia mensyukuri dapat KIS, namun untuk berobat masih perlu biaya ojek karena tidak punya motor sendiri untuk dibawa ke rumah sakit.

Keluarga ini tinggal di rumah sederhana, lantai rumah masih semen, dan bangunan tua. Mereka menempati bangunan milik Nyoman Wistra, kakak Kurma. Di bangunan itu hanya ada satu kasur. Saat malam ada yang tidur di kasur ada pula di lantai beralas karpet. “Istri dan anak saya paling kecil tidur di kasur, saya dan Komang di bawah. Khawatir juga kalau Komang tidur di dipan takut jatuh saat turun,” imbuhnya. *es

Komentar