nusabali

Ida Ayu Putu Satyani Terbaik Kedua Nasional Kategori Kasek SD

  • www.nusabali.com-ida-ayu-putu-satyani-terbaik-kedua-nasional-kategori-kasek-sd

Kasek SDN 8 Mas, Kecamatan Ubud, Ida Ayu Putu Satyani, berhasil raih medali perak dalam Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 berkat karya tulis ilmiahnya yang berjudul ‘Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas Melalui Manajemen Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global’

Guru Asal Bali yang Berjaya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Best Practice Nasional 2018

GIANYAR, NusaBali
Kepala Sekolah (Kasek) SDN 8 Mas, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Ida Ayu Putu Satyani SPd MPd, 47, termasuk di antara 5 guru berprestasi asal Bali yang berjaya dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Best Practice Nasional 2018 di Jakarta, 5-6 Mei lalu. Ida Ayu (Dayu) Putu Satyani berhasil meraih medali perak alias juara II kategori Kasek SD, berkat karya tulis ilmiahnya yang berjudul ‘Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas Melalui Manajemen Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global’.

Dalam laga final Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 ini, Dayu Putu Satyani berhasil memenangi persaingan dengan 28 finalis lainnya dari berbagai provinsi se-Indonesia. Guru asal Griya Purnama, Banjar Gelumpang, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini hanya kalah dari Siyam M, Kasek SDN Giwangan (Jogjakarta) yang berhasil menyabet medali emas.

Kepada NusaBali, Dayu Satyani mengatakan keberhasilannya sabet medali perak Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 berawal dari Lomba Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Provinsi Bali Tahun 2017. "Dari sana saya dapat informasi kalau setiap tahun ada Lomba Best Practice Nasional di bulan Mei dan Simposium di bulan November," kenang Dayu Satyani saat dionfirmasi NusaBali per telepon di sela acara menerima penghargaan sebagai juara II Lomba KTI Best Practice 2018 di Mataram, NTB, Senin (7/5).

Maka, Dayu Satyani pun untuk kali pertama mengikuti kedua ajang bergengsei tersebut. Pertama, dia mengikuti Simposium, November 2017 lalu. Kala itu, guru kelahiran Gianyar, 17 Januari 1971, ini berhasil lolos ke babak final dengan menampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Mewujudkan SDN 8 Mas yang APIK melalui Manajemen TOLeRANSI’.

Hanya saja, karya tulisnya tersebut cuma mampu menempati peringkat 42 dai 90 finalis se-Indonesia. Sedangkan yang berhak atas penghargaan hanya peringkat 1 sampai 40. Nah, kegagalannya di kompetisi perdana itu kemudian memicu motivasi Dayu Satyani untuk terus berjuang. "Saya jadi tambah bersemangat ikut Lomba KTI Best Practice Nasional," terang Dayu Satyani yang sudah selama 9 tahun menjabat sebagai Kasek SDN 8 Mas, sjak 2009.

Hebatnya, dalam partisipasi pertamanya di ajang Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 ini, Dayu Satyanni langsung tembus peringkat runner-up. Ini menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Lagipula, ini praktis melengkapi kebahagiaan sebelumnya, di mana Dayu Satyani sempat dianugerahi penghargaan sebagai ‘Kartini Masa Kini’ oleh Yayasan Sosial CCI bersama SMK Penerbangan Cakra Nusantara, tepat saat peringatan Hari Kartini, 21 April 2018 lalu.

Dalam laga final Lomba KTI Best Practice Nasional 2018 yang digelar di Swiss-Belresidences Kalibata, Jalan Raya Kalibata, Pancoran Jakarta, 5-6 Mei 2018, Dayu Satyati berjaya berkat karya tulis ilmiah berjudul ‘Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas melalui Manajemen Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global’.

Menurut Dayu Satyatn, karya tulis ‘Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas melalui Manajemen Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global’ ini merupakan revisi dari karya tulis sebelumnya berjudul ‘Mewujudkan SDN 8 Mas yang APIK melalui Manajemen TOLeRANSI’ yang gagal meraih penghargaan di ajang kompetisi Simposium, November 2017.

Karya tulis berjudul ‘Mewujudkan SDN 8 Mas yang APIK melalui Manajemen TOLeRANSI’ direvisi lagi sesuai ketentuan lomba. Sebab, alamannya dibatasi, sehingga sulit memaparkannya secara lengkap. “Judul karya tulis hasil revisi pun diubah menjadi 'Mewujudkan Metamorfosis SDN 8 Mas melalui Manajemen Keterlibatan Masyarakat Lokal dan Global’,” tandas ibu dua anak dari pernikahannya dengan Ida Bagus Suadnyana ini.

Dalam presentasinya, Dayu Satyani mengungkapkan perubahan yang terjadi di SDN 8 Mas berproses secara bertahap, dari waktu ke waktu menuju ke arah kesempurnaan. "Perubahan ini terjadi berkat kerjasama dengan masyarakat sekitar dan masyarakat asing (global)," papar Dayu Satyani.

Dia menjelaskan, manajemen ini mulai diterapkan di SDN 6 Mas sejak 2010 atau setahun setelah diangkat menjadi kepala sekolah. Lambat laun, sekolahnya mampu meningkat kualitas secara fisik, kreativitas, maupun prestasinya. "Hampir setiap tahun SDN 8 Mas bisa mengantarkan siswa menjadi juara Olimpiade. Saat ini, seorang siswa kami jadi juara I Olimpiade Matematika Tingkat Kabupaten Gianyar," kata Dayu Satyani.

Selain mengungkap kelebihan-kelebihan SDN 8 Mas, dalam presentasinya Dayu Satyati juga memaparkan kendala yang dia hadapi selama bertugas. Salah satunya, masalah kekurangan guru. "Ternyata kekurangan guru ini menjadi pertanyaan dan perhatian dewan juri," cerita Dayu Satyani, yang sempat jadi guru di SDN 1 Kedewatan (Kecamatanm Ubud periode 1993-1998) dan guru di SDN 5 Lodtunduh (Kecamatan Ubud periode 1998-2009).

Dayu Satyani memaparkan, saat ini SDN 8 Mas hanya memiliki seorang guru PNS. Mulanya, sempat ada 3 guru PNS. Namun, 2 orang di antara mereka dipindahkan ke tempat lain tanpa ada penggantinya. “Jadi, kami dalam posisi kekurangan 2 guru PNS," katanya seraya berharap pemerintah segera mengisi kekurangan guru PNS di SDN 8 Mas ini. *nvi

Komentar