nusabali

Juara Teruna Bali 2014 Tewas Gantung Diri

  • www.nusabali.com-juara-teruna-bali-2014-tewas-gantung-diri

Korban Dewa Gede Nusadi Mesiana tidak mau ikut saat diajak orangtuanya pulang ke Desa Tista pas Penyajaan Galungan.

Surat tulis tangan berbahasa Inggris yang ditujukan korbvan Dewa Nusadi Mesiana kepada kedua orangtuanya itu telah diamankan polisi ke Mapolsek Kuta Selatan, sebagai barang bukti. Sedangkan jasad korban kemarin siang dibawa ke RS Sanglah, Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut, sebelum dibawa keluarganya pulang ke rumah duka buat dimakamkan.

Korban Dewa Nusadi Mesiana merupakan anak sulung dari tiga bersaudara keluarga pasangan Dewa Ketut Winaya dan dan Dewa Ayu Sri Armini. Ayahnya, Dewa Ketut Winaya, berasal dari Desa Pakraman Sidembunut, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli yang sejak kecil merantau ke Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Kesehariannya, Dewa Winaya bekerja sebagai karyawan sebuah perusahaan asuransi. Sedangkan ibunda korban, Dewa Ayu Sri Armini, kesehariannya seorang ibu rumah tangga.

Korban Dewa Nusadi Mesiana termasuk siswa berprestasi, terutama di bidang non akademis. Korban sempat terpilih sebagai juara I Lomba Teruna Bali 2014. Selain itu, teruna berusia 18 tahun ini juga berprestasi di bidang olahraga cabang renang dan sempat menjuarai berbagai lomba.

Hal ini juga diakui ayah korban, Dewa Winanya, dalam keterangan persnya di depan Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, Kamis kemarin. “Anak saya itu pernah meraih juara I Lombang Teruna Se-Bali Tahun 2014. Dia juga punya kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa Prancis. Dia pun pernah juara renang. Banyak pialanya di rumah," katanya.

Dewa Winaya dan istrinya, Dewa Sri Armini, sangat sedih dan terpukul atas kematian tragis putra sulungnya ini. Mereka terkenang dengan segala apa yang ditinggalkan korban Dewa Nusadi Mesiana. Menurut Dewa Winaya, sebetulnya putra sulungnya yang kemudian tewas ulahpati ini mau diajak pulang ke rumah kakeknya di Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.

"Saya tinggal dia (korban) pulang ke Desa Tista saat Penampahan Galungan (Senin, 8 Februari 2016) dan rencananya baru balik hari ini (kemarin). Saya ajak ikut pulang kampung, tapi dia nggak mau. Dia bilang ‘Gus De di rumah saja, nggak ikut pulang, nggak apa-apa sendiri’. Saya tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya," kenang Dewa Winaya sambil menyeka air mata.

Dewa Winanya pun kembali menangis ketika mengingat sepucuk surat tulis tangan berbahasa Inggris tertanggal 5 Februari 2016 yang ditinggalkan putra sulungnya. Namun, Dewa Winaya mengaku tidak tahu pasti apa sejatinya motif yang melatarebelakangi aksi ulahpati putra sulungnya itu. "Sama sekali tidak tahu apa yang menyebabkan sampai anak saya begini. Saya juga tidak ada firasat apa pun sebelumnya.”

Namun demikian, kakek korban yakni Dewa Gede Mesi, yang kemarin jauh-jauh datang dari Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, Buleleng, mengaku sempat bermimpi aneh sebelum cucunya tewas ulahpati. Dalam mimpinya, merajan kamulan (pura keluarga)-nya ditabrak mobil hingga roboh. "Ternyata, cucu saya meninggal seperti ini,’ keluh Dewa Gede Mesi di RS Sanglah, Kamis kemarin.

Sementara itu, jenazah kotrban Dewa Nusadi Mesiana telah dibawa ke rumah duka di Desa pakraman Sidembunut, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli, Kamis kemarin. Menurut Dewa gede Mesi, jenazah cucunya akan dimakamkan di tanah leluhur. “Tapi, kapan upacaranya, belum ditentukan, masih akan dirembukkan keluarga. Demikian pula apakah dimakamkan atau mekingsan ring gni, masih dirundingkan dulu," katanya. 7 da,i

Komentar