nusabali

Cangkok Ginjal Pertama di RS Sanglah

  • www.nusabali.com-cangkok-ginjal-pertama-di-rs-sanglah

Versi Kementrian Kesehatan, transplantasi ginjal dapat dicover BPJS dengan total plafon Rp 250 juta.

Sementara itu, pasien transplantasi ginjal perdana di RS Sanglah, Septian Ariwibowo, bersama ibundanya, Tuti Hamidah, selaku pendonor ginal, langsung dirawat di ruang Intensif Care Unit (ICU) RS Sanglah seusai operasi, Senin siang. Anak dan ibunya ini ditunggui semumlah keluarganya.

Kepada NusaBali, adik kandung pasien Septian Aribowo yakni Ahmad Zainudin, 25, mengaku lega setelah melihat proses transplantasi kakaknya di RS Sanglah berjalan lancar. Menurut Zainudin, dirinya mengaku baru datang dari Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (16/1) lalu, untuk melihat dan mendampingi kakak serta ibundanya dalam tranplantasi ginjal. 

Zainudin menceritakan, Septian Aribowo sebelumnya sempat direncanakan akan menjalani transplantasi ginjal, 28 Desember 2015 lalu. Namun, karena suatu hal, transplantasi ginjal baru dilaksanakan Senin kemarin.

Menurut Zainudin, kakaknya mulai merasakan gejala gagal ginjal, September 2015 silam. Gejalanya, antara lain, cepat mengalami kelelahan dan berat badan yang turun secara drastis. Begitu merasakan gejala-gejala tersebut, Septian Aribowo kemudian mencoba melakukan cek laboratorium. Hasilnya, kadar racun Kreatinin dalam tubuhnya cukup tinggi.

"Ayah kami dulu meninggal dunia sekitar tahun 2006 karena penyakit gagal ginjal. Penyebabnya, karena ayah mengonsumsi obat asam urat setiap hari, jadinya ketergantungan obat. Sekarang, Mas Septian menghadapi penyakit yang sama. Mungkin karena suka konsumsi minuman berasa (minuman yang memiliki rasa), karena memang suka sekali ninum begitu," papar Zainudin.

Menurut Zainudin, kakaknya yang menderita gagal ginjal ini harus terbang ke Jogjakarta hanya untuk berkonsultasi dengan dokter ahli ginjal yang pernah menangani ayahnya dulu. Akhirnya, Septian Aribowo yang bekerja di salah satu BPR di wilayah Bali memutuskan untuk melakukan cuci darah 2 kali seminggu. Selanjutnya, pasien ini memutuskan untuk lakukan trasnplantasi ginjal yang didonor ibundanya, Tutik Hamidah.

"Beruntung sekali ibu mau mendonorkan satu ginjalnya. Kebetulan, ginjal ibu juga sehat. Karena sebenarnya sangat sulit mencari pendonor ginjal, apalagi harus cocok," tutur Zainudin.

Dia menyatakan, ibundanya rela mendonorkan satu ginjalnya lantaran tidak ingin melihat putranya sakit. Awalnya, Septian Aribowo tidak mengakui menderita gagal ginjal kepada ibunya. Hingga suatu ketika, ibunya kaget melihat kondisi putranya yang pucat dan terlihat lebih kurus.

"Setelah mendengar hal itu, ibu langsung lemas dan rela mendonorkan ginjalnya. Ibu tidak mau apa yang menimpa ayah, terjadi juga dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu, umur Mas Septian juga masih muda dan baru punya anak perempuan berumur 1 tahun," paparnya. 7 i

Komentar