nusabali

Mahasiswa Undiksha Pamerkan Tugas Akhir

  • www.nusabali.com-mahasiswa-undiksha-pamerkan-tugas-akhir

SINGARAJA, NusaBali - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja angkatan tahun 2020 menggelar pameran seni di Galeri Paduraksa Gedung Fakultas Bahasa dan Seni Undiksha, Singaraja. Pameran dengan tema Upload ke Dunia Nyata ini akan berlangsung selama sepekan mulai tanggal 22 hingga 29 April 2024.

Ketua Panitia Pameran, Allyce Win mengatakan, pameran seni ini diikuti 15 mahasiswa. Dalam pameran ini mereka menghadirkan karya-karya terbaru mahasiswa Seni Rupa Undiksha dalam tugas akhir. Karya-karya yang dipamerkan berupa lukisan, foto, kriya, patung, grafis, hingga tekstil. Dengan mengambil topik kebudayaan, religi, musik, hingga ekologi.

Allyce menyampaikan, Upload ke Dunia Nyata dipilih sebagai tema berlatar pada masa Covid-19. Saat itu, kata dia, ada banyak perubahan dalam praktik perkuliahan. Sebagai mahasiswa “angkatan Covid-19”, ia dan mahasiswa lain mengikuti perkuliahan secara daring. Tugas-tugas yang diberikan dosen pun di-upload atau diunggah.

“Tema diambil karena latar belakang kami angkatan 2020 perkuliahan online karena Covid-19 selama 3 semester. Jadi aktifitasnya upload mengupload tugas. Sekarang dengan pameran ini kami harap bisa mengunggah diri kita ke dunia nyata,” kata dia.

Dalam pameran ini, masing-masing mahasiswa menampilkan karya terbaiknya untuk ditampilkan ke publik. Kata dia, tidak ada tema khusus dalam karya-karya yang dipamerkan. “Pameran ini tidak ada tema yang mengerucut. Semua karya ada berbagai macam konsep. Satu mahasiswa ada yang memamerkan tiga karya,” lanjut Allyce.

Salah satu mahasiswa yang berpartisipasi dalam pameran, I Nyoman Suta Kadik Purtama membuat karya prasi yang dikemas dengan bentuk komik. Karya ini ia buat menjadi tiga bagian dengan tema Sapuh Leger. Menceritakan ritual pengruwatan pembersihan jiwa anak yang lahir pada Wuku Tumpek Wayang.

“Prasi ini saya rancang dengan menggabungkan prasi konvensional dengan unsur-unsur modern seperti komik. Sapuh Leger dipilih karena menurut saya ini adalah cerita yang unik. Lakon Sapuh Leger menunjukkan betapa kreatifnya leluhur masyarakat Hindu yang menciptakan cerita karangan yang memiliki nilai luhur,” kata dia.

Pengerjaan karya tersebut ia memakan waktu selama tiga bulan sejak November hingga Januari. Ia menggunakan medium kertas karton untuk menggambar dengan pisau pengerupak. Sementara karakter dalam prasi tersebut ia adopsi dengan gambar-gambar seniman tradisional asal Ubud, I Gusti Nyoman Lempad.7 mzk

Komentar