nusabali

Lomba Gong Kebyar Dewasa Suguhkan Karya Tabuh Inovatif

  • www.nusabali.com-lomba-gong-kebyar-dewasa-suguhkan-karya-tabuh-inovatif

MANGUPURA, NusaBali - Festival Seni Budaya serangkaian HUT ke-14 Mangupura memasuki hari ke-10 pada Jumat (10/11). Berbagai kegiatan seni budaya digelar.

Setelah Gong Kebyar Anak-anak (GKA) dan Gong Kebyar Wanita (GKW), kini giliran Gong Kebyar Dewasa (GKD) yang dilombakan selama tiga hari, 8-10 November 2023 di panggung terbuka sisi utara Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung.

Para penonton yang sebagian besar merupakan suporter masing-masing peserta tampak sudah ramai satu jam sebelum lomba dimulai. Mereka mengambil tempat duduk di samping kiri dan kanan tenda undangan. Tepat pukul 19.30 Wita, dua sekaa gong kebyar secara bergantian memasuki panggung disambut oleh riuh teriakan penonton. Ribuan ponsel pun mengabadikan momen kala para penabuh menyampaikan salam hormat dan meneriakkan yel-yel. Begitu juga ketika para peserta mulai menunjukkan kemampuan menabuhnya.

Seperti GKA dan GKW, perlombaan Gong Kebyar Dewasa juga menggunakan format mebarung. Tampil mebarung di hari pertama, Rabu (8/11) yakni GKD wakil dari Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan. Sedangkan di hari kedua, Kamis (9/11) yakni GKD wakil dari Kecamatan Mengwi dan Kuta Utara. Sementara sebagai pamungkas, Jumat (10/11), mempertemukan GKD wakil dari Kecamatan Petang dan Abiansemal.

Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung I Gde Eka Sudarwitha, mengatakan setelah sembilan hari pelaksanaan lomba gong kebyar, baik GKA (2-4 November 2023), GKW (5-7 November 2023), dan GKD (8-10 November 2023), pihaknya melihat para peserta yang tampil menunjukkan kreativitas yang luar biasa. Bahkan menurutnya, banyak terjadi pengolahan tabuh yang inovatif.

“Kalau dari sisi kualitas sudah menujukkan kreativitas yang luar biasa. Bahkan ada irama maupun melodi tabuh yang baru dan inovatif. Berbeda dengan sebelumnya yang bisa dikatakan gendingnya itu sifatnya tradisi. Pengolahan tabuhnya sudah banyak sekarang yang inovatif,” ujarnya.

Mantan Camat Petang ini menambahkan untuk penunjukan sekaa yang tampil dalam lomba gong kebyar ini, pihaknya berkolaborasi dengan kecamatan dan Listibiya kecamatan, yang sudah melakukan pemetaan dan pendekatan-pendekatan terhadap sekaa seni yang sudah ada di desa-desa. “Begitu juga dengan tim juri yang kami tunjuk, mereka telah mengetahui peta perkembangan seni budaya di Badung, sehingga diharapkan nantinya juga bisa memberikan masukan kepada peserta,” kata Sudarwitha.

Lebih lanjut Sudarwitha mengungkapkan, semua perlombaan yang mengadopsi materi dari Pesta Kesenian Bali (PKB) ini merupakan upaya Badung dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya di Gumi Keris. Selain itu, sebagai upaya dalam mencari bibit-bibit sekaa yang ada di desa-desa di Badung. Karenanya, dalam kriteria ditegaskan agar sekaa yang tampil berasal dari satu desa adat atau desa dinas.

“Ini merupakan upaya mencari calon bibit sekaa. Jadi kami kriteriakan bahwa sekaa yang tampil ini berasal satu desa adat atau desa dinas yang ada di kecamatan masing-masing. Jadi senimannya bukan gabungan dari beberapa desa,” jelas Sudarwitha.

Dia meyakini, dengan kriteria seperti ini akan mendorong sekaa yang tampil tersebut terus berkembang dan tak bubar setelah Festival Seni Budaya ini selesai. Justru sekaa-sekaa ini selanjutnya akan bermanfaat bagi kegiatan seni di masyarakat dan lingkungan sekitar. “Jadi ketika Festival Seni Budaya ini selesai sekaa tersebut akan terus dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya ketika ada upacara agama, mereka bisa ngayah. Begitu juga ketika ada event lainnya, mereka bisa bermanfaat bagi lingkungannya sendiri,” kata Sudarwitha. @ ind

Komentar