nusabali

Sulit Tidur

  • www.nusabali.com-sulit-tidur

ZAMAN sekarang gemar sekali orang membuat grup WhatsApp (WA). Asyik bergosip bertiga saja mereka bikin grup. Jadilah ada banyak grup WA macam-macam, mulai yang cuma curhat-curhatan sampai yang benar-benar serius bisnis besar-besaran. Anggotanya macam-macam, yang pasti semua melek huruf.

Bisa dipastikan para pensiunan punya grup WA. Di situ mereka bertegur sapa, bertukar pikiran, apa gerangan sebaiknya dikerjakan mengisi hari-hari yang terasa kosong melompong. Banyak info muncul di grup. Ada yang mengaku sibuk jadi MC (momong cucu), ada yang tiba-tiba jadi pedagang patung alias bengong duduk-duduk saja. Tak sedikit yang justru merasa merdeka, bahkan siap mulai usaha baru buka warung sembako. Yang punya lahan garapan, pulang kampung berkebun cengkih, vanili, jeruk, dan kopi. Tak heran, jika grup WA kaum pensiunan ini juga beranggotakan mereka yang menjelang pensiun, biar bisa mengintip, persiapan menempuh purna bakti.

Di sebuah grup WA, seorang yang belum setahun pensiun mengutarakan perasaannya yang gelisah gundah gulana. “Saya sulit tidur,” tulisnya. “Kalau duduk saya mengantuk, tapi begitu telentang di ranjang, mata sulit terpejam, sampai dini hari, ayam berkokok, tak juga saya bisa tidur.”

Seorang rekan berkomentar setengah bergurau, “Kalau sudah di ranjang pejamkan mata, bisalah tidur, pasti. Bagaimana bisa kita tidur kalau mata masih terbuka?”

Ada yang memberi saran, berjalan-jalan dulu menjelang tidur. “Tak apa berputar-putar melangkah di pekarangan, kurang lebih sepuluh menit, pasti bisa tidur. Sudah kubuktikan.”

“Ya, harus rajin olga kalau mau bisa tidur nyenyak, setiap hari setengah jam. Malam, pasti tidur lelap.”
“Lha, bagaimana mau tidur lelap, wong tidur saja sulit,” sahut yang mengaku susah tidur.
“Begini, begini, cobalah bermeditasi, khusukkan diri, ringankan tubuh, bayangkan semesta raya. Pasti bisa tidur,” komen seorang paling sepuh di grup WA yang beranggotakan 34 pensiunan, dan 5 calon pensiun itu.
Tapi si sulit tidur tetap mengaku sulit tidur. “Aku bahkan mulai kehilangan nafsu makan,” ujarnya membalas komen. “Jamu, vitamin, minuman herbal, sudah kucoba, tetap sulit tidur. Paling dua jam aku bisa tidur, itu pun tidur ringan. Susah aku dapat deep sleep, tidur pulas. Score tidurku selalu di bawah 50, dari angka tertinggi 100.”

Seorang penekun spiritual kemudian menganjurkan agar si sulit tidur itu jangan terlalu banyak mikir. “Ikhlas saja,” saran spiritualis itu. “Sulit tidur itu pertanda kita tidak ikhlas.”

Si sulit tidur mengaku kurang paham tentang pengertian ikhlas itu. Si spiritualis menjawab, “Misalnya, kalau dulu ketika kita aktif sering dapat rezeki nomplok, dapat ceperan karena kita pimpinan proyek, sekarang kan tidak lagi itu kita nikmati saat pensiun. Nah, ikhlaskan saja semua itu. Kehidupan tertinggi yang semestinya kita capai adalah rasa ikhlas itu. Pasti kita damai dan pasrah. Sulit memang untuk mencapainya, tapi bukan berarti tidak bisa kalau terus menerus kita berupaya meraihnya.”

Tapi, yang diberi saran itu tetap susah tidur. Sampai suatu pagi yang cerah di hari purnama, WA grup itu menerima komen dari seorang anggota, dulu dia guru. Dia menganjurkan, membaca buku, koran atau majalah dahulu sambil tidur-tiduran, sangat membantu proses agar kita bisa tidur. “Dijamin deh, mata kita akan memberat, mengantuk, tak terasa buku akan melorot, atau majalah akan tertelungkup di dada, karena tanpa kita sadari kita tertidur,” komennya.

Si sulit tidur mencobanya. Dia membaca bacaan yang ringan, dongeng-dongeng dari buku tipis-tipis. Suatu saat dia membaca buku kumpulan puisi, yang terang, gampang dipahami, kuat diksinya, membuat haru. Astaga, dia mengantuk. Dan benar, dia tertidur.

Di hari lain, dia membaca cerpen dari buku antologi para cerpenis tua dan muda. Atau dia baca feature perjalanan ke tempat-tempat terpencil laporan wartawan majalah dan koran. Astaga, dia gampang tertidur.

Perlahan-lahan, karena cukup tidur, dia jadi bugar kembali. Tubuhnya makin berisi, pipinya cemil. Di grup dia kemudian menulis. “Benar dah, kalau ingin tidur, membacalah terlebih dahulu. Dengan membaca pikiran kita jadi fokus yang kita baca. Pikiran tidak meruyak ke mana-mana.”

Beberapa anggota grup yang mengaku tidak gampang tidur mencoba cara itu. Dan astaga, ampuh! Mereka mengaku mudah tertidur. Para anggota grup WA itu lantas sepakat hendak menyebarkan penemuan itu, terutama bagi penderita insomnia. Grup itu kini punya jargon: “kalau mau tidur, membacalah!”

Seorang anggota grup yang pernah menjadi redaktur pelaksana sebuah majalah mingguan nyeletuk, “Kepanjangan jargon itu. Semestinya cukup ditulis, ‘membaca dahulu, tidur kemudian’. Lebih ringkas dan padat.”

“Ah, terserahlah,” tanggap beberapa anggota grup. “Yang penting, dengan membaca kita bisa tidur.” 7

Komentar