nusabali

Markah Buku, Dominan Diminati Wisman

  • www.nusabali.com-markah-buku-dominan-diminati-wisman

BANGLI, NusaBali - Pengrajin asal Desa Gunung Bau, Kecamatan Kintamani, Bangli, I Wayan Rupawan, membuat kerajinan berupa markah buku.

Markah ini biasanya dipakai oleh pembaca buku untuk membatasi halaman buku yang sudah dibaca dan belum dibaca.

Produk kerajinan tersebut dominan diminati wisatawan mancanegara. Dari penjualan markah buku tersebut Rupawan mendapat jutaan rupiah per bulan.

Rupawan yang penyandang disabilitas ini juga membuat kerajinan lain berbahan batok kelapa. Dia bersama istri juga membuat aksesoris berbahan batu, kerang, dan lainnya.


Rupawan menambahkan, untuk pembuatan markah buku menggunakan bahan berupa bambu jelepung. Prosesnya, diawali memotong bambu sesuai ukuran yang diinginkan. Baru setelahnya dibentuk atau diukir. ‘’Setidaknya, ada tujuh jenis motif model ukiran mulai dari bentuk Ganesha, Budha hingga Lumba-lumba," jelasnya, beberapa waktu lalu.

Diakui,  dalam sehari dia bisa membuat 20 buah markah buku. Rupawan mengaku hasil kerajinannya,  terutama markah buku dan batok kelapa, dijual di sebuah galeri yang ada di Yayasan Senang Hati. Yayasan di Gianyar itu bekerjasama dengan travel wisata untuk menjadi tempat makan siang tamu-tamu mancanegara. "Beberapa hasil kerajian dari teman-teman penyandang disabilitas juga dipajang disana," sambungnya.

Satu buah markah buku dia jual dengan harga Rp 25.000. Kebanyakan pembeli adalah tamu-tamu luar negeri, terutama dari Perancis. Pria tiga anak ini menyampaikan untuk saat ini penjualan bookmark berangsur-angsur mulai membaik, pasca pandemi Covid-19 ini. "Karena dari tamu sudah mulai ada kunjungan ke yayasan. Dalam sebulan, rata-rata bisa jual 70 sampai 80 keping. Secara nominal, kisarannya mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta," ujar.

Dia juga membuat produk kerajinan dari batok kelapa untuk hiasan meja. Dia mengku tidak ada kendala untuk mencari bahan baku pembuatan kerajinan ini. Sebab dirinya memanfaatkan kelapa sisa upacara adat. Untuk kerajinan ini harganya berkisar Rp 70.000 - Rp 150.000. Tergantung dari desain dan tingkat kesulitannya.

Dia sangat ingin mengikuti pameran dalam acara-acara di Bangli. Salah satunya, saat Penglipuran Village Festival di Desa Wisata Penglipuran, Bangli. Hanya saja informasi terkait acara seperti ini diakui cenderung minim. Dia mengaku tidak memiliki kontak penghubung dengan pihak penyelenggara.

Rupawan berharap dinas-dinas terkait bisa menjadi penghubung saat ada event yang diselenggarakan di Bangli. Sehingga para pelaku UMKM dan juga penyandang disabilitas bisa ikut serta dalam acara tersebut. "Kami seperti ini (disabilitas), tapi kami juga memiliki hasil karya yang bisa dipamerkan dan dijual," imbuhnya.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Rupawan cukup sering mengirim hasil karyanya ke luar negeri. Berkat bantuan temannya, kerajian berupa aksesori, tas laptop dapat dijual keluar negeri.7esa

Komentar