nusabali

Pasar Kumbasari, Pasar Seni Satu-satunya Kota Denpasar yang Luput dari Pandang

  • www.nusabali.com-pasar-kumbasari-pasar-seni-satu-satunya-kota-denpasar-yang-luput-dari-pandang
  • www.nusabali.com-pasar-kumbasari-pasar-seni-satu-satunya-kota-denpasar-yang-luput-dari-pandang
  • www.nusabali.com-pasar-kumbasari-pasar-seni-satu-satunya-kota-denpasar-yang-luput-dari-pandang

DENPASAR, NusaBali.com - Pasar Kumbasari selama ini berada di bawah bayang-bayang Pasar Badung yang identik dengan pasar kebutuhan pokok. Citra ini menular ke Pasar Kumbasari yang rohnya adalah pasar seni namun selama ini luput dari banyak pandangan mata.

Pasar Seni Kumbasari, begitulah sejatinya nama pasar yang terlihat berpenampilan kuno di tepi barat Tukad Badung itu. Pasar yang sudah mengalami tiga kali tahapan revitalisasi ini disebut sebagai pasar seni satu-satunya di Kota Denpasar.

Bangunan pasar tua di Kawasan Heritage Gajah Mada ini terdiri dari lima lantai. Empat di antaranya telah berfungsi. Dari empat lantai yang hidup, hanya satu lantai untuk pegadang kebutuhan pokok dan piranti upacara yakni lantai satu.

Sementara tiga lantai lainnya diisi oleh pedagang pakaian, suvenir, dan kerajinan. Tiga lantai inilah yang menghidupi Pasar Kumbasari dan sempat ramai pada tahun 2000-an.

Pengelola Unit Pasar Kumbasari ketika dijumpai pada Kamis (27/7/2023) menjelaskan, ada 300 kios yang diisi dengan produk seni di lantai tiga dan empat. Sisanya ada 97 kios pedagang pakaian di lantai dua, dan hanya 30 kios/los untuk pedagang sembako dan kebutuhan upacara.

Usai pandemi, kini 95 persen tempat di Pasar Kumbasari dikatakan sudah beroperasi. Di mana, pada kala pandemi, 90 persen tempat di salah satu unit Perumda Pasar Sewakadarma ini berhenti beroperasi.

"Mungkin, tidak banyak yang tahu. Pasar Kumbasari ini adalah pusat grosir yang memasok produk-produk untuk art shop di Sanur, Kuta, Canggu, dan Ubud," kata Kadek Sukariada, pemilik Ari Shop di lantai empat Pasar Kumbasari.

Kadek mengungkapkan, pamor Pasar Kumbasari sebagai pasar seni memang tidak seglamor pasar seni di Sukawati dan Ubud. Padahal, barang-barang seni art shop di daerah wisata berasal dari grosiran Pasar Kumbasari.

"Kami mengambil barang langsung dari perajin. Art shop mengambil di kami secara grosiran," imbuh Kadek yang sudah beroperasi di Pasar Kumbasari sejak tahun 2003.

Produk-produk seni di Pasar Kumbasari sangat bervariasi. Mulai dari produk kerajinan kayu, kuningan, cushion, keramik, kaca, rotan dan masih banyak lagi. Tipikal barang art shop dapat dijumpai semuanya di sini.

Karena bersifat grosiran, barang art shop di Pasar Kumbasari terbilang jauh lebih murah daripada di tangan ketiga. Bahkan, Kadek mengklaim beberapa barang yang distok dari tokonya ada yang dijual kembali dengan harga 10 kali lipat lebih mahal.

Kadek pun tidak menyalahkan tindakan itu karena bagaimana pun biaya operasi art shop, termasuk biaya sewanya, sangat mahal. Sebab, art shop biasanya berada di daerah wisata dengan nilai properti yang lebih tinggi dari pasar yang dikelola pemerintah.

Akan tetapi, salah satu penyebab meredupnya pamor Pasar Seni Kumbasari selain akibat pandemi adalah menjamurnya art shop di pinggir jalan. Meski lebih mahal dari segi harga produknya, art shop lebih mudah diakses ketimbang pasar.

Di samping itu, Pasar Kumbasari sendiri belum terlihat jelas 'batang hidungnya' dari Jalan Gajah Mada. Tidak seperti penampakan Pasar Badung yang terpampang jelas dari bantaran Tukad Badung.

Area pasar yang terlihat dari Jalan Gajah Mada hanya plang nama pasar berukuran kecil dan plang parkir. Sisi bangunan yang mengarah ke jalan raya hampir sepenuhnya 'ditempeli' toko-toko Kawasan Heritage Gajah Mada.

Baik pengelola Pasar Kumbasari dan Kadek pun mengakui hal ini. Beberapa pengunjung bahkan disebut baru tahu, pasar yang terhubung dengan Pasar Badung itu adalah Pasar Kumbasari dan ada pasar seninya.

Menanggapi situasi ini, Direktur Utama Perumda Pasar Sewakadarma IB Kompyang Wiranata membeberkan bahwa pihaknya telah menyusun roadmap pengembangan Pasar Kumbasari sebagai atraksi wisata.

Pria yang akrab disapa Guskowi ini menegaskan, revitalisasi Pasar Kumbasari akan tuntas pada tahun ini. Setelah mempercantik bagian luar dan penyediaan akses parkir, yang sedang berjalan saat ini adalah mempoles bagian dalamnya.

"Atas inisiatif Pemkot Denpasar, kami memang ingin menghidupkan kembali potensi Pasar Seni Kumbasari ini sebagai tempat kunjungan wisata," jelas Guskowi ketika dihubungi pada Kamis sore.

Lanjut mantan Ketua Komisi II DPRD Kota Denpasar dari Fraksi PDI-P ini, Pasar Kumbasari sejatinya memang untuk atraksi wisata lantaran memiliki pasar seni. Ia bahkan memiliki visi menjadikan pasar di Kawasan Heritage Gajah Mada sebagai Malioboro-nya Kota Denpasar lewat potensi Pasar Kumbasari.

"Tapi kami di Perumda Pasar kan tidak bisa sejauh itu, OPD (Dinas Pariwisata) yang seharusnya mengambil langkah serius. Kami membantu menyiapkan tempatnya dan tahapan revitalisasinya rampung tahun ini," tutur Guskowi.

Saat NusaBali.com mengunjungi Pasar Seni Kumbasari pada Kamis pagi, bagian dalam pasar memang tengah dibenahi. Lantai lorong yang menyekat kios-kios pasar seni telah dilepas dan ditutupi kardus.

Wisatawan domestik dan mancanegara pun sudah terlihat beberapa, meskipun penjualan masih didominasi grosiran untuk dijual kembali. Data yang dicatat Unit Pasar Kumbasari, rata-rata ada 40-50 kunjungan wisatawan per hari pada periode April-Mei 2023 lalu.

Guskowi meminta Dinas Pariwisata Kota Denpasar untuk serius menggarap pengembangan wisata Pasar Seni Kumbasari sebagai bagian Kawasan Heritage Gajah Mada. Entah itu digalakkan promosinya maupun menyediakan paket study tour wajib ke pasar seni.

"Kalau siswa di Bali study tour ke Yogyakarta itu kan pasti diarahkan ke Malioboro. Mengapa kita tidak lakukan hal yang sama di Denpasar?" tandas Guskowi. *rat

Komentar