nusabali

Sarasehan PKB Bahas Laut Jadi Inspirasi Seni

  • www.nusabali.com-sarasehan-pkb-bahas-laut-jadi-inspirasi-seni

DENPASAR, NusaBali - Widyatula (Sarasehan) bertajuk "Samudra Rupa Rasmi" serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45, di Gedung Citta Kelangen Lt II, ISI Denpasar, Senin (3/7), menghadirkan narasumber Prof Dr M Agus Burhan MHum dan Anak Agung Gde Anom Sukawati, mengupas bahari dengan kajian yang berbeda.

Pada widyatula yang dipandu moderator I Wayan Karja, dosen seni rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof Agus Burhan menyampaikan kronologi secara historis bagaimana budaya bahari itu menginspirasi para seniman untuk menciptakan karya seni. Sementara Gde Anom Sukawati melihat dari sejarah perkembangan seni lukis gaya Pita Maha Ubud.

Prof Agus Burhan menyampaikan kronologi secara historis bagaimana budaya bahari itu menginspirasi para seniman untuk menciptakan karya seni, baik seni klasik ataupun modern.

Dari seni klasik dicontohkan pada relief Candi Borobudur, juga seni modern hingga kontemporer yang kini sedang berkembang. Sejak zaman dahulu, nilai kelautan itu dijadikan inspirasi oleh para seniman dalam menciptakan karya seni.

Bahari yang menyimpan berbagai keunikan dijabarkan ke dalam seni lukis.

Termasuk seni-seni lainnya. Bahkan, kegiatan tradisi berkaitan dengan laut itu telah menjadi inspirasi para seniman, khususnya seni rupa sejak zaman lampau.

Nusantara yang memiliki lebih banyak lautan daripada daratan itu, tak hanya menjadi sumber kehidupan, tetapi mendorong daya cipta bagi para pecinta seni, khususnya para seniman.

"Seni rupa kontemporer menuju pada peralihan dari modern. Seni modern tak boleh mengungkapkan hal-hal yang sudah diungkap oleh seniman sebelumnya. Artinya, tidak ada kesamaan. Harus ada kebaruan selain murni dan asli," papar Prof Agus Burhan.

Sementara Gde Anom Sukawati, melihat dari sejarah perkembangan seni lukis gaya Pita Maha Ubud. Gde Anom Sukawati merupakan cucu seniman Anak Agung Gde Meregeg dan putra Anak Agung Gede Raka Puja yang berperan penting dalam perjalanan seni lukis gaya Ubud.

Kakeknya, Meregeg, berperan penting dalam perkembangan seni lukis gaya Pita Maha. Pengalaman-pengalaman itu ditransfer secara kekeluargaan secara otodidak berdasarkan tutur cerita keluarga. Akhirnya, menjadi pondasi yang kuat untuk berkarya meneruskan seni lukis terutama seni lukis gaya Pita Maha.

Gde Anom Sukawati mengatakan, cara membedakan lukisan gaya Ubud dan lainnya, salah satunya adalah seni lukis tradisional Ubud itu berpengaruh di daerah Ubud, seperti Padang Tegal, Taman, Teba Saya, dan lainnya.

"Dalam lukisan tradisional Ubud sudah mengadopsi seni barat, seperti pengaturan objek, pengaturan di depan dan di belakang, dan pengaturan dekat dan jauh, serta gelap dan terang. Lukisan gaya Ubud itu ditekan pada gelap dan terang serta penyinaran. Sedangkan kalau dari tema bervariasi," jelas Gde Anom Sukawati.

Walau demikian, Gde Anom Sukawati merasa khawatir kesenian lukis tradisional akan hilang diancam oleh kemajuan zaman. Memang, kekhawatiran ini selalu muncul dari dulu sampai sekarang.

"Seniman tradisi itu memiliki kekhawatiran terhadap karya seni tradisi akan punah karena perubahan zaman, faktor ekonomi, pariwisata, dan yang lainya. Itu yang akan memberikan pengaruh pada pergeseran nilai dan minat anak muda untuk berkarya tradisi," kata Wayan Karja.

Apalagi, satu karya seni tradisi itu bisa dikerjakan sampai mingguan, bulanan bahkan sampai tahunan untuk menyelesaikan satu karya. Hal itu menjadi sesuatu yang tidak banyak menarik kaum muda untuk menekuni seni tradisi.

"Nah, inilah yang menjadi kekhwatiran, Gde Anom Sukawati, termasuk pula seniman-seniman lainnya," ujar Wayan Karja. 7 cr78

Komentar