nusabali

Puluhan Sisia Serempak Mati Raga untuk ‘Masuki’ Dunia Kematian

  • www.nusabali.com-puluhan-sisia-serempak-mati-raga-untuk-masuki-dunia-kematian

Sebelum dibungkus kain kafan, seluruh sisia berjumlah 55 orang dihias pembantu nabe dengan sarana kematian secara Hindu, kedua jempol kaki diikat benang, lalu kedua tangan ditaruh di atas dada sambil pegang bunga teratai warna putih.

Ritual Mistis di Padepokan Kuru Setra Teratai Mas, Desa Kayuputih Melaka, Buleleng (1)

SINGARAJA, NusaBali
Ritual unik berbau mistis digelar di Padepokan Kuru Setra Teratai Mas, Desa Kayuputih Melaka, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Para sisia (murid) berjumlah 55 orang yang semuanya laki-laki mengikuti prosesi kematian ‘mati raga’ (Diksa Pati) untuk mendalami ajaran Yama Tatwa alias memasuki dunia kematian pada Anggara Kliwon Kulantir, Selasa (22/12) malam. 

Sesuai namanya yakni ‘mati raga’, seluruh sisia Padepokan Kuru Setra Teratai Mas terlihat seperti orang yang telah meninggal saat prosesi ritual Diksa Pati, Selasa malam. Mereka semua dibungkus dengan kain kafan sepanjang 2 meter, setelah terlebih dulu diupacarai layaknya orang meninggal.

Prosesi Diksa Pati diawali Selasa malam pukul 20.30 Wita dengan ritual di mana seluruh 55 sisia serempak menidurkan diri di atas tikar yang sudah disiapkan. Karena arealnya sempit, sebagian ada yang tidur di atas bale (tempat tidur), sebagian lagi di atas tanah. Bahkan, beberapa di atara mereka terpaksa menidrkan diri di atas tempat pengusungan jenazah (page).

Bedanya dengan prosesi upacara untuk orang meninggal sungguhan, para sisia yang mengikuti ritual mati raga ini masih berpakain lengkap, dengan baju seragam perguruan Padepokan Kuru Setra Teratai Mas, dan memakai kamben dengan saput warna poleng corak hitam merah. Setelah seluruh sisia tidur di atas tikar, kemudian datang sejumlah pembantu nabe (guru). Para pembantu nabe ini langsung menghias seluruh 55 sisia tersebut dengan sarana kematian secara Hindu. Wajah para sisia dicuci, kemudian diisi bedak, lanjut diisi kembang rijasa, serta pecahan kaca di kedua bola matanya, dan sarana lainnya. 

Di ujung kaki, kedua jempol para sisia kemudian diikat dengan tali benang, layaknya prosesi ritual untuk orang meninggal. Sedangkan kedua tangan para sisia berada di atas dada sambil memegang bunga teratai berwana putih. Terakhir, seluruh tubuh masing-masing sisia dibungkus menggunakan kain kafan.

Setelah prosesi berlangsung sekitar 1,5 jam, tepat malam pukul 22.00 Wita, muncul pria bertubuh tinggi besar dengan pakain khas poleng corak merah putih, mendatangi satu persatu sisia yang bak orang mati. Kemudian, pria berpakaian poleng ini memercikkan tirta pengentas (air suci).

Setelah memercikan tirta pengentas ke seluruh 55 sisia, pria berpakaian poleng yang notabene merupakan nabe (guru) Padepokan Kuru Setra Teratai Mas ini lantas melafalkan mantra-mantra. Sesekali, sang nabeterlihat samar-sama meniup ke arah langit. Ternyata, tiupan itu untuk nerang (menjauhkan awan mendung agar tidak turun hujan). 
Malam itu, awan mendung cukup tebal menyelimuti wilayah Desa Kayuputih Melaka, Kecamatan Sukasada, dan sekitarnya. Suasana pun menjadi agak gerah malam itu. 

Bahkan, suasana jadi semakin mencekam ketika seluruh lampu dipadamkan, karena prosesi puncak sedang berlangsung. Sang nabe mewanti-wanti agar keluarga maupun kerabat dari para sisia yang melakoni ritual mati raga jangan sampai keluar dari areal pekarangan---lokasi prosesi ritual. Jika sampai keluar dari pekarangan, bisa membahayakan nyawa sissia bersangkutan. 

Selanjutnya...

Komentar