nusabali

Tim Denpasar IT Community Bikin Bangga! Raih Medali Perunggu IPITEX di Thailand

Ciptakan 'Tas Jaga Jarak' dan 'Tempat Sampah Remote Control'

  • www.nusabali.com-tim-denpasar-it-community-bikin-bangga-raih-medali-perunggu-ipitex-di-thailand
  • www.nusabali.com-tim-denpasar-it-community-bikin-bangga-raih-medali-perunggu-ipitex-di-thailand

DENPASAR, NusaBali.com – Pelajar Kota Denpasar yang tergabung dalam Tim Denpasar IT Community 1 dan 2, masing-masing berhasil meraih medali perunggu di ajang Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation And Technology Exposition (IPITEX) 2023.

Tim Denpasar IT Community 1 terdiri dari 8 orang siswa dari berbagai sekolah diantaranya siswa SMP Cipta Dharma Denpasar yaitu Gede Naya Adipradnya (Kelas 9) dan Kadek Bina Adipradnya (Kelas 9); siswa SMP Negeri 1 Denpasar yiatu I Putu Eka Jati Sanjaya (Kelas 9); siswa SMP Negeri 9 Denpasar yaitu, Putu Nawa Traya Saucana (Kelas 7); siswa SMK Negeri 1 Denpasar yaitu Dewa Gede Rai Candra Palguna (Kelas 12); siswa SMP Negeri 8 Denpasar yaitu I Gusti Made Devananda Ary Putra (Kelas 9); serta siswa SMAN 7 Denpasar yaitu I Gusti Suryabrata Satrya Cahaya Natha (Kelas 11) dan I Gusti Muktisubhuti Satrya Bhagaskara Natha (Kelas 10).



Foto: Tim Denpasar IT Community 1. - IST

Dalam ajang bergengsi ini, mereka menampilkan produk Inovasi ‘Social Distancing Bag’ (Tas Jaga Jarak) yang terinspirasi pandemi Covid-19. 

Ketua Tim Denpasar IT Community 1, Putu Nawa Traya Saucana menerangkan tertarik mengambil isu tersebut sebab saat proses perancangan  sedang marak-maraknya  pandemi Covid-19.

Social distancing bag itu dirancang sedemikian rupa agar pada saat ada orang yang mendekat dengan jarak  kurang dari 1 meter, tas itu akan mengeluarkan suara untuk memberitahu orang tersebut untuk menjauh dan menjaga jarak,” ujar Nawa Traya, Rabu (22/2/2023).

Bahan dalam pembuatan tas tersebut, sebut Nawa Traya, bisa menggunakan segala jenis tas karena sifatnya dapat di-custom. Tas tersebut nantinya  akan dimodifikasi dengan memberikan speaker, arduino, sensor jarak, modul MP3 yang berfungsi sebagai alarm jarak seseorang.

Selanjutnya coding dimasukkan agar perangkat bisa berjalan sempurna.

Butuh waktu tiga bulan dalam proses pengerjaannya, Nawa mengaku ia dan anggota tim lainnya memiliki beberapa kendala mulai dari hasil suaranya yang kecil menyebabkan harus dilakukannya pergantian bahan speaker.

Inovasi ini dinobatkan meraih medali perunggu dalam ajang yang diselenggarakan The National Research Council of Thailand (NRCT) di Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC), Thailand pada 2-6 Februari 2023.

Setelah diumumkan sebagai peraih medali perunggu, Nawa menjelaskan ia beserta timnya akan terus melakukan inovasi baru dan juga melakukan perbaikan pada produknya yaitu social distancing bag.

“Inovasi ini akan dikembangkan agar lebih canggih lagi. Kami akan terus berjuang dan menjadi generasi pencipta inovasi-inovasi terbaru yang bisa bermanfaat bagi kehidupan dan tentunya kami akan ikut lomba lagi ke depannya,” terangnya.

Sementara itu sukses juga diraih oleh Tim Denpasar IT Community 2.

Terdiri dari 7 orang siswa dari SMPN 9 Denpasar, anggota tim tersebut antara lain I Komang Jordan Adi Arthana (Kelas 9), I Nyoman Pradnya Paramartha (Kelas 9), Komang Frima Putra Dinata (Kelas 9), Ni Kadek Viona Rosita Dewi (Kelas 9), I Made Pramanata Yuana (Kelas 7), I Kadek Rangga Permana (Kelas 9), dan Kadek Fadly (Kelas 9).

Foto: Tim Denpasar IT Community 2. - IST

Tim Denpasar IT Community 2 yang diketuai  I Komang Jordan Adi Arthana, kompak mengangkat inovasi terkait  lingkungan  ‘Auto Trash Machine’. Inovasi ini  berupa tempat sampah yang bisa berjalan menggunakan remote control dan bisa terbuka dan tertutup secara otomatis.

“Karena ini dilatar belakangi dengan menurunnya kesadaran teman-teman dalam membuang sampah terutama di kelas. Nah saya ada ide kalau ada tempat sampah yang bisa dikendalikan dan mendekati kita jadi lebih seru dan membuang sampah jadi makin menyenangkan,” ujar Jordan.

Proses pengerjaan produk selama dua  bulan, bahan-bahan yang digunakan tong sampah dengan ukuran mini, arduino nano dan arduino uno, bluetooth HC-05, dinamo (motor DC), driver motor L298N, servo, sensor ultrasonic, baterai VTC4 dan powerbank.

“Alat-alat tadi dirangkai sesuai skema yang sudah dibuat, kemudian dibuatkan codingnya, dan dilakukan tes terhadap coding tersebut jalan atau tidaknya. Bisa lebih lama lagi karena kita menggunakan baterai charge. Jadi tempat sampah kami tahan lama bisa sampai 2 minggu,” tuturnya.

Inovasi yang tak biasa ini, disebutkan Jordan masih menemukan kendala saat proses pembuatan seperti penggunaan bahan akrilik yang mudah patah, sehingga timnya harus menyiapkan cadangannya. 

Namun ke depan bebernya akan diperbarui kembali dengan bahan yang lebih kuat.

“Kami akan mengembangkan inovasi ini. Semoga ke depan makin banyak adik-adik kelas yang menjadi inovator seperti kami dan kami akan mencoba menyempurnakan inovasi ini untuk dilombakan pada event lainnya,” harapnya.

Kompetisi di Thailand ini  diikuti oleh 400 tim dari 28 negara. Berdasarkan hasil seleksi panitia terhadap proposal yang telah diajukan, Tim Denpasar IT Community 1 dan 2 terpilih sebagai finalis dan berhak melaju ke babak penjurian pameran expo dan mempresentasikan karya berbahasa Inggris  di hadapan dewan juri secara langsung di BITEC, Bangkok. 

Pada saat pengumuman pemenang sekaligus penutupan, Senin (6/2/2023), juri memutuskan Tim Denpasar IT Community 1 dan 2 terpilih sebagai penerima medali perunggu untuk produk yang telah ditampilkan.

“Saya bangga atas prestasi anak didik saya. Mereka patut saya acungi jempol karena berkat kerja keras dan pantang menyerahnya untuk melaju ke tahap Internasional. Selain itu juga mereka juga di dukungan penuh orangtua,” ujar pembina Denpasar IT Community, I Ketut Nugraha Swadharma SE SPd MM.


Foto: Pembina Denpasar IT Community, I Ketut Nugraha Swadharma, SE SPd MM. -IST

Walaupun kebanyakan anak didiknya masih berstatus siswa SMP dan belum mendapatkan ilmu soal perakitan sistem informasi, dirinya mendukung penuh kegiatan inovasi produk yang dilakukan mahasiswa pada kompetisi tingkat internasional di negara gajah putih. 

Ajang ini pun dijadikan  implementasi Kurikulum Merdeka.

“Karena masih siswa pemula, jadi saya ajarkan terlebih dahulu soal belajar pasang kabel dan perakitan. Sehingga mereka bisa selesai tepat waktu dan mereka bisa melakukannya,” tutur pria yang juga sebagai Pembina Ekstra SIC (Spensya IT Community) SMPN 9 Denpasar ini.

Ketut Nugraha mengatakan, sebelum anak didiknya menjadi sebuah tim, dilakukan proses seleksi ketat olehnya berupa keterampilan berbicara berbahasa Inggris, perakitan alat, dan membuat poster atau desain.

“Jika ada dari mereka yang tidak memenuhi syarat itu saya suruh mereka untuk belajar terlebih dahulu untuk mengisi bagian-bagian yang kosong. Maka dari itu, ada satu kelompok dari berbagai sekolah. Karena tujuannya mereka nanti untuk mencari sekolah dan saya sebagai pembina ingin membina mereka berlomba guna mewakili Indonesia, tidak hanya untuk satu sekolah saja,” sebutnya.

Ia pun berharap nantinya inovasi yang sudah dilombakan akan diperbaharui kembali serta akan menambah inovasi baru dan mengirim inovasi baru serta alat yang diperbaharui pada event lainnya.

“Mudah-mudahan dengan adanya ajang event seperti ini generasi muda bisa menjadi generasi pencipta dan bisa membantu masyarakat,” pungkasnya. *ris

Komentar