nusabali

Desa Adat Selat Gelar Siat Sarang Jelang Usaba Dimel

  • www.nusabali.com-desa-adat-selat-gelar-siat-sarang-jelang-usaba-dimel

AMLAPURA, NusaBali
Krama Desa Adat Selat, Kecamatan Selat, Karangasem menggelar ritual siat sarang dengan menggunakan sarang (alas bekas membuat jajan uli) sebagai senjata.

Ritual unik ini bertujuan menetralisir kekuatan bhuta kala sajebag Desa Adat Selat. Selain itu untuk memerangi musuh-musuh dalam diri (ripu) jelang pelaksanaan Usaba Dimel. Siat sarang ini berlangsung di Catus Pata Banjar Selat Kaja, Desa Adat Selat, Kecamatan Selat, Karangasem pada Redite Umanis Merakih, Minggu (19/2) pukul 16.00 Wita. Sedangkan Usaba Dimel akan berlangsung di Pura Dalem pada Buda Wage Merakih, Rabu (22/2). Atraksi siat sarang digelar sehari setelah tuntas membuat jajan uli untuk keperluan Usaba Dimel. Sarang yang sebelumnya digunakan untuk alas membuat jajan uli dikumpulkan, kemudian dijadikan senjata dalam siat (perang) menggunakan sarang.

Tradisi siat sarang di Desa Adat Selat berlangsung setiap tahun. Tradisi ini digelar agar saat Usaba Dimel tidak ada gangguan dari unsur bhuta kala.

Sebelum puncak siat sarang, prosesinya berawal dari rumah masing-masing, krama mulai pagi ngunggahang (mempersembahkan) satu kemasan tenge (berisikan kemasan daun gegirang, bambu, gunggung, dan aba) yang dihias bergambar makhluk bhuta kala di pekarangan rumah.

Setelah sore hari, tenge yang terpasang dikumpulkan krama, dimasukkan ke dalam sarang. Sarang selanjutnya ditempatkan di lebuh (dekat pintu halaman rumah) untuk memikat kekuatan bhuta kala masuk ke dalam sarang. Maka, sarang yang diyakini telah memiliki kekuatan bhuta kala itu dibawa warga ke Pura Bale Agung untuk mendapatkan labaan (pemberian kurban kepada makhluk yang lebih rendah tingkatannya) berupa banten pacaruan, sekaligus menyomiakan sifat-sifat bhuta kala.

Berlanjut prajuru Desa Pakraman Selat di bawah koordinasi Bendesa Jro Mangku Gede Mustika bersama Penyarikan Jro Mangku Nyoman Gede Winata menggelar upacara petabuhan di depan palinggih Sila Majemuh, dengan banten patabuhan kurban anjing bang bungkam dan kepala babi.

Di saat siat sarang berlangsung, upacara patabuhan juga berjalan, upacara patabuhan sendiri diantarkan Jro Mangku Linggih.

Siat sarang itu melibatkan dua kelompok pemuda setelah Bendesa Adat Selat Jro Mangku Gede Mustika memberikan arahan makna dan tujuan siat sarang itu, serta melemparkan dua sarang ke arah utara dan selatan pertanda siat dimulai.

Selanjutnya kelompok pemuda yang berperang, saling timpug, saling pukul, saling lempar, hingga sarang benar-benar hancur. Perang terbagi tiga babak, tiap babak berlangsung sekitar 5 menit yang diatur pecalang. Perang berakhir setelah puluhan sarang ringsek tidak bisa dipakai. Bendesa Pakraman Selat Jro Mangku Wayan Gede Mustika, mengingatkan makna siat sarang untuk menyomiakan atau menetralisir unsur bhuta kala yang ada di sajebag Desa Adat Selat. “Setelah bhuta kala somia, harapan nanti lancar melaksanakan Usaba Dimel,” jelasnya. *k16

Komentar