nusabali

Pamedek Membeludak Tiap Hari Raya

Panglukatan Pura Panca Tirtha di Desa Nongan, Karangasem

  • www.nusabali.com-pamedek-membeludak-tiap-hari-raya
  • www.nusabali.com-pamedek-membeludak-tiap-hari-raya

AMLAPURA, NusaBali - Panglukatan di Pura Panca Tirtha, di Banjar Bujaga, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem, berlokasi di sebuah tebing di bawah pohon rindang.

Ada lima pancuran yang selama ini disucikan krama. Ada juga dua palinggih, masing-masing satu palinggih tempat muspa saat matur piuning untuk menyampaikan permohonan dan palinggih satu lagi, stana be (ikan) Julit putih dan be Julit hitam.

Sedangkan lima pancuran itu yakni satu pancuran tempat mohon tirtha untuk panyengker karang agar tidak mudah dimasuki kekuatan ilmu hitam, 2 pancuran tempat mohon obat, dan 2 pancuran lagi tempat mohon restu. Misalnya agar sukses jadi pedagang, mohon keturunan atau karier.

Selama ini kebanyakan pamedek yang datang, untuk mohon obat terutama yang kena serangan desti (ilmu hitam khas Bali), papasangan (benda yang diisi kekuatan gaib), teluh, trangjana, moro, aji wegig, sokik (ilmu hitam asal Sasak), suanggi (ilmu hitam dari Flores), dan penyakit gaib lainnya. Banyak juga krama datang kesini untuk mohon keturunan, bahkan banyak yang telah dikaruniai keturunan, anak kembar.

Bagi pamedek yang kena serangan penyakit ilmu hitam, datang dengan membawa banten pejati dan beberapa pasang canang. Setelah banten dihaturkan, kemudian pamedek menulis nama yang hendak malukat mohon obat, selanjutnya banten diantarkan Jro Mangku Ketut Mekel. Jro mabgku menyampaikan permohonan di hadapan Ida Bhatara Dalem Kupa, dan Ida Bhatara Balian Sakti, perihal permohonannya dengan menyebut nama pamedek agar segala penyakit non medis disembuhkan sampai tuntas.

Usai Jro Mangku Ketut Mekel matur piuning, pamedek dipersilakan memulai malukat, sesaat sebelum malukat kembali dipandu Jro Mangku Ketut Mekel. Pamedek disarankan menyembah air pancuran, kemudian air pancuran diraup tiga kali, diminum tiga kali, selanjutnya badan diguyur air pancuran, mulai dari kepala sampai kaki. 

Reaksi dari kekuatan gaib air pancuran akan segera muncul, jika pamedek yang tengah malukat menderita penyakit desti. Pamedek langsung beraksi. Ada yang menjerit, ada yang gemetar, ada yang meronta-ronta, ada yang mengaku merasakan hawa panas, dan sebagainya.

Jika pamedek mengeluarkan reaksi aneh seperti itu, Jro Mangku Ketut Mekel, langsung mengambilalih dengan memegang rambutnya agar tetap dalam posisi diguyur air pancuran. 

Jro Mangku Ketut Mekel memohonkan lagi untuk meningkatkan tensi hawa panas, agar penyakit yang bersarang di tubuh pamedek semakin terbakar, pada akhirnya minta keluar dari tubuh disertai muntah-muntah.

Saat itu Jro Mangku Ketut Mekel juga melakukan percakapan dengan penyakit yang diderita pemedek, perihal jenis penyakit, asal usul penyakit, serta alasan menyakiti. Jika sang penyakit membandel, belum bersedia keluar dari tubuh pamedek itu, Jro Mangku Ketut Mekel tetap menahan di air pancuran agar penyakitnya terus merasakan kepanasan.

Jika pamedek merasakan enak, dan tidak lagi merasakan sakit, malukat diakhiri, kemudian berganti pakaian dan diakhiri muspa di depan palinggih. Biasanya, pamedek malukat, ada sampai 5 kali, hingga 11 kali, tergantung jenis penyakit gaib tersebut, tujuannya agar benar-benar sampai bersih. "Di sini berobat dengan cara malukat, air pancuran itu adalah obat, mesti dimohon untuk diminum agar penyakit dalam diri cepat keluar," jelas Jro Mangku Ketut Mekel, pamangku sejak tahun 2014 menggantikan ayah kandungnya Jro Mangku Dana, di lokasi panglukatan Banjar Bujaga, Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat (6/5).

Setiap hari banyak pamedek yang berdatangan, bahkan di hari raya, Purnama, Tilem dan Kajeng Kliwon, pamedek antre, malukat dari pukul 09.30 Wita hingga pukul 02.00 Wita.
Setiap pamedek yang malukat terutama yang menderita penyakit akibat ilmu hitam, tuntasnya tidak menentu. Jika penyakitnya cukup parah, malukat bisa sampai dua jam, jika tidak ada penyakit di dalam tubuhnya malukat sekitar 15 menit.

Pamedek yang dapat giliran malukat di malam hari, sambil menikmati sejuknya air pancuran, juga menyaksikan gemerlap kunang-kunang beterbangan, bagaikan berlian jatuh. Menurut Jro Mangku Ketut Mekel, panglukatan itu sebenarnya diawali tahun 1981, saat itu ayah kandungnya yang melayani pamedek datang, hanya saja lokasi ini masih sangat sederhana. Setelah Jro Mangku Dana meninggal tahun 2004, kemudian putra keempatnya Jro Mangku Ketut Mekel, yang masih kerja di BRI Cabang Klungkung, sering mimpi didatangi seorang pendeta dan arwah sang ayah, berpesan agar melanjutkan ngayah melayani umat sedharma. Maka Jro Mangku Ketut Mekel mengundurkan diri jadi pegawai Bank BRI tahun 2012, kemudian mawinten tahun 2014, dan sejak itu melayani umat yang datang. 

Satu hal keajaiban yang terjadi, katanya, jika penyakit non medis bisa disembuhkan saat tengah malukat di pancuran ditandai kemunculan Be Julit putih atau Be Julit hitam, di aliran air yang bisa disaksikan setiap pamedek yang datang.

Piodalan di Pura Panca Tirtha setiap Purnama Karo. Salah satu pamedek yang telah empat kali malukat karena menderita penyakit gaib, Ni Komang Juliani dari Jalan Sudirman BTN Taman Asri Amlapura mengatakan, saat malukat awalnya badan terasa panas, gemetar, dan tubuh terasa kaku. Setelah beberapa kali malukat penyakit berangsur menghilang. "Saya memang puluhan tahun menahan sakit non medis ini, tetapi Tuhan, Sang Maha Penyayang, memberkati perlindungan, saya terselamatkan," ucapnya sumringah.7iwayan nantra

Komentar