nusabali

Tiga Zona Hijau di Bali Sudah Siap Terima Turis

Cok Ace Yakin Pariwisata Bisa Buka

  • www.nusabali.com-tiga-zona-hijau-di-bali-sudah-siap-terima-turis

DENPASAR, NusaBali
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, yang juga Ketua BPD PHRI Bali, optimistis pariwisata untuk turis mancanegara bisa dibuka seusai rencana, Juli 2021 depan.

Alasannya, selain kawasan zona hijau sudah siap terima wisatawan, masyarakat Bali juga disiplin menjalankan protokol kesehatan cegah Covid-19. Hal ini disampaikan Cok Ace dalam dalam kegiatan webinar bertajuk ‘Persiapan Bali untuk Open Border Internasional’, yang melibatkan komponen pariwisata Bali, Selasa (22/6) malam. Dalam paparannya, Cok Ace menyebutkan kesiapan open international border atau pintu pariwisata internasional Bali tersebut mengacu dengan indikator pendukungnya.

"Indikator itu menyangkut kesiapan pemerintahnya, kesiapan kesehatan masyarakatnya, dan kesiapan fasilitas penunjang pariwisata yang sudah sangat baik. Apalagi, bicara ketaatan masyarakat Bali pada Prokes (protokol kesehatan) yang sangat luar biasa," ujar Cok Ace.

Cok Ace menyatakan indikator kesiapan Bali itu, salah satunya, dari sisi kesehatan di mana Provinsi Bali menunjukkan progres kencang dalam program vaksinasi. "Dari target 70 persen penduduk Bali tervaksinasi, saat ini realisasinya sudah melebihi 50 persen. Lalu untuk Prokes, masyarakat Bali di posisi teratas secara nasional dalam disiplin pemakaian masker," terang tokoh pariwisata asal Puri Agung Ubud, Kelutrahan/Kecamatan Ubud, Gianyar ini.

Menurut Cok Ace, program vaksinasi juga sudah menunjukkan efek baik yang menjanjikan bagi Bali, di mana dalam beberapa bulan terakhir angka kasus harian Covid-19 sudah di angka dua digit. Selain itu, kata Cok Ace, kesiapan Bali untuk buka pariwisata juga ditunjukkan adanya 1.000 hotel dengan fasilitas pariwisata berstandar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment).

Saat ini, kata Cok Ace, 3 kawasan yang telah dirancang sebagai zona hijau (bebas penyebaran Covid-19) juga sudah siap menerima wisatawan. Ketiga zona tersebut adalah Zona Hijau Kawasan Nusa Dua (Kecamatan Kuta Selatan, Badung), Zona Hijay Kawasaan Sanur (Kecamatan Denpasar Selatan), dan Zona Hijau Kawsan Ubud (Kecamatan Ubud Gianyar). "Polanya untuk wisatawan dari mulai datang, karantina, dibolehkan ke kawasan hijau, hingga kembali ke negaranya sudah kami siapkan," tegas Cok Ace.

Menurut Cok Ace, Bali sejatinya sudah berencana membuka pariwisata, September 2020 lalu. Namun, karena kondisi di lapangan, akhirnya dijadwalkan ulang untuk dibuka Juli 2021 nanti. "Kami semua sangat berharap Juli nanti pariwisata dibuka, meskipun belum 100 persen seperti dulu. Peluangnya terbuka lebar, dengan pola-pola yang aman," katanya.

Meski demikian, menurut Cok Ace, tentu tidak hanya kesiapan Bali saja yang menentukan bisa atau tidaknya pariwisata dibuka. Faktor eksternal juga menentukan, seperti kondisi negara asal wisatawan. Dan, keputusan untuk membuka pariwisata Bali sepenuhnya ada di tangan pemerintah pusat.

Cok Ace sendiri berterima kasih atas dukungan banyak pihak untuk Bali. "Bali sudah membuka pintu wisatawan domestik. Tren untuk datang ke Bali pun terus meningkat. Kita akan berupaya menjaga keamanan dan kesehatan teman-teman yang berwisata ke Bali," papar mantan Bupati Gianyar 2008-2013 ini.

Di sisi lain, Kepala Kantor Perwakilan BI Bali, Trisno Nugroho, mendukung kesiapan Bali untuk open border international. "Pemerintah Provinsi Bali sangat konsen mengendalikan pandemi dan menjaga ekonomi. Setelah dengan upaya pembukaan border domestik, Bali terus berupaya membuka border internasional. Ini didukung dengan upaya peningkatan fasilitas kesehatan dan vaksinasi masyarakat Bali," ujar Trisno Nugroho.

Menurut Trisno, saatnya sekarang wisatawan domestik menikmati pariwisata Bali sebagai ikon nasional. “Objek wisata yang sudah siap, masyarakat yang tervaksinasi juga sudah banyak. Lalu, zona hijau di Sanur, Nusa Dua, dan Ubud juga sudah siap. Rumah sakit pun dipersiapkan, sehingga Bali menjadi tempat wisata yang nyaman di Bali," katanya.

Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Bali (membidangi pariwisata dan perekonomian), Ida Gede Komang Kresna Budi, meminta jangan lagi ada penundaan buka pariwisata Bali. Menuruit Kresna Budi, tidak ada alasan lagi untuk menunda pembukaan pariwisata Bali. Jika ditunda terus, ekonomi akan semakin terpuruk.

Kresna Budi pun meminta pemerintah lebih gencarkan pengawasan protokol kesehatan untuk lalulintas orang masuk Bali, ketimbang menunda pembukaan pariwisata. "Ya, pengawasan Prokes diperketat. Solusinya hanya itu. Kalau tunda lagi buka pariwisata Bali, saya khawatir ekonomi masyarakat semakin terpuruk," ujar Kresna Budi di Denpasar, Rabu (23/6).

Kresna Budi menyebutkan, saat ini ada yang mengaitkan melonjaknya kasus Covid-19 di Bali dengan adanya Work from Bali (WFB). Padahal, WFB membantu perputaran ekonomi masyarakat Bali, terutama sektor pariwisata. "Yang membuat kasus itu naik bukan karena program WFB-nya pemerintah pusat, tetapi disiplin Prokes orang per orang. Sekarang lanjut saja WFB dan buka pariwisata, tapi Prokes jalan terus,” tandas politisi Golkar asal Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng ini. *nat

Komentar