nusabali

Kasus Alat Antigen Bekas Jangan Sampai Ditemukan Lagi

  • www.nusabali.com-kasus-alat-antigen-bekas-jangan-sampai-ditemukan-lagi

JAKARTA, NusaBali
Penggunaan alat swab antigen bekas di Bandara Internasional Kualanamu, Medan, Sumatera Utara oleh oknum PT Kimia Farma membuat anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi masalah kesehatan, I Ketut Kariyasa Adnyana angkat bicara.

Menurut Kariyasa, hal tersebut sangat membahayakan. Apalagi, saat ini ada varian baru Covid-19. "Oleh karena itu, jangan sampai ini terjadi di bandara lainnya, termasuk di Bali," ujar Kariyasa kepada NusaBali, Selasa (4/5). Jika itu sampai ditemukan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai akan memberi image tidak bagus bagi Bali. Lantaran Bali adalah daerah pariwisata.

Bahkan, bila 70 persen penduduk telah divaksin, pariwisata Bali bakal dibuka pada Juli 2021 nanti. Untuk itu, para petugas di Bandara Internasional Ngurah Rai serta bandara lain di tanah air harus ketat dalam mengawasi penggunaan alat swab antigen maupun alat-alat kesehatan lainnya yang bekas pakai pemeriksaan Covid-19.

Para petugas dan pemerintah daerah juga perlu melakukan sidak maupun mengawasi pintu-pintu masuk atau proses pemeriksaan swab antigen. Kemudian, lembaga yang ditunjuk melakukan swab antigen di bandara perlu melakukan pengawasan terhadap petugasnya. Tak ketinggalan, penumpang dapat berpartisipasi pula.

"Caranya, mereka bisa mengecek langsung alat tersebut agar tidak ada oknum tertentu yang mencari keuntungan," ucap Anggota Fraksi PDIP ini. Kariyasa sendiri mengapresiasi langkah pemerintah yang bertindak cepat dengan memecat oknum pengguna alat swab antigen bekas. Usai reses pada 5 Mei, Kariyasa bersama anggota dan pimpinan Komisi IX DPR RI berencana membahas itu dalam Rapat Kerja. Tidak menutup kemungkinan, mereka akan memanggil pihak Kimia Farma. Lantaran memakai alat bekas sangat membahayakan karena dapat menularkan kepada yang lain.

"Yang paling mengkhawatirkan adanya varian baru Covid-19. Ini jangan sampai masuk ke Indonesia. Kita tidak ingin terjadi gelombang kedua seperti di India dan negara lainnya. Pemerintah perlu membuat skema agar itu tidak terjadi. Terlebih, baru saja terjadi peristiwa kerumunan di Tanah Abang dan daerah lain serta nanti ada yang mudik," kata Kariyasa.

Kariyasa pun, mengimbau agar pemerintah melakukan pengawasan lebih ketat lagi guna menghindari ledakan pandemi kedua. Bila itu sampai terjadi akan membahayakan. RS sebagai benteng terakhir dalam pelayanan kesehatan dikhawatirkan tidak bisa melayani lonjakan pasien. *k22

Komentar