nusabali

Harga Gula RI Lebih Mahal dari Pasar Global

  • www.nusabali.com-harga-gula-ri-lebih-mahal-dari-pasar-global

Produksi gula Indonesia akan menurun di tahun 2020-2021 menjadi 2,05 juta ton.

JAKARTA, NusaBali

Kepala Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Amanta mengatakan harga gula Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan harga gula internasional.

Ia mencontohkan, harga gula kristal putih (GKP) di tingkat pedagang besar dalam sebulan terakhir berada sedikit di atas Rp12 ribu per kilogram (kg). Sementara GKP internasional di tingkat pedagang besar hanya di level Rp5 ribu per kg.

"Kami melihat harga gula kita dua hingga tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan harga gula internasional," ujarnya dalam webinar bertajuk 'Menjaga Kestabilan Harga Gula Melalui Kebijakan Non-Tarif dan Produktivitas Gula Nasional', seperti dilansir cnnindonesia.com, Kamis (29/4).

Mengacu pada analisis CIPS, harga gula di Indonesia juga masih tergolong tinggi dibandingkan dengan di negara tetangga. Pada Februari 2021, misalnya, harga gula di Indonesia mencapai Rp12.600 per kg sementara harga gula di Malaysia dan Thailand masing-masing Rp10.307 per kg dan Rp10.491 per kg.

"Harga GKP ini pun jauh di atas harga acuan yang ditetapkan Peraturan Menteri Perdagangan. Harga acuan gula harusnya di tingkat Rp12.500 per kg tapi sepanjang 2020-2021 rata-rata harga gula selalu di atasnya," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian Supriadi mengatakan mahalnya harga gula dalam negeri ketimbang internasional dikarenakan keberpihakan pemerintah terhadap petani tebu.

"Memang harga gula nasional dalam negeri lebih mahal dari luar negeri karena kita ada tebu. Karena kita melindungi pendapatan petani juga," jelasnya.

Jika harga ditekan, memang konsumen bakal mendapatkan harga yang lebih murah. Namun hal tersebut tak baik untuk keberlangsungan industri gula nasional.

"HPP tebu saja itu sudah Rp9.100 per kg. Makannya kita ada HET Rp12.300 per kg untuk melindungi konsumen. Jadi memang karena hal itu dan GKP nggak boleh tercampur sama gula kristal rafinasi yang diimpor," pungkasnya.

Di sisi lain,  CIPS memprediksi produksi gula Indonesia akan menurun di tahun 2020-2021 menjadi 2,05 juta ton. Penurunan produksi gula Indonesia antara lain karena makin menyempitnya lahan kebun tebu. Sebagai informasi, tebu merupakan bahan baku untuk gula.

"Luas lahan kebun untuk tebu sudah menurun sejak tahun 2015 hingga 2019. Alhasil akibatnya produksi gula dari tebu menurun sekitar 2,53 juta ton di tahun 2015 menurun menjadi 2,23 juta ton di tahun 2019," ujarnya dikutip dari kompas.com.

Lebih rinci dia menyebutkan, pada 2016 produksi gula dari perkebunan tebu Indonesia mencapai 2,36 juta ton. Angka ini kembali turun menjadi 2,19 juta ton di tahun 2017 dan turun kembali menjadi 2,17 juta ton di tahun 2018.

"Dan kalau melihat prediksi USDA, ini akan menurun lagi menjadi 2,05 juta ton di 2020-2021," ungkapnya.

Padahal lanjut dia, konsumsi gula Indonesia masih terbilang tinggi. Diprediksi konsumsi gula Indonesia mencapai setara dengan 7,2 juta ton gula mentah di tahun 2020/2021. Konsumsi gula ini pun, kata dia, akan dipakai untuk beberapa kebutuhan seperti konsumsi manusia yang diperkirakan sebesar 3,2 juta ton gula pasir atau setara dengan 3,4 juta ton gula mentah.

Lalu untuk kebutuhan industri setara 3,7 juta gula mentah. "Jadi kalau dihitung konsumsi per kapita kita itu 13 kilogram per tahun per kapita," ungkap dia. *

Komentar