nusabali

Eco Mangrove Voyage, Potensi Wisata Baru di Kedonganan

  • www.nusabali.com-eco-mangrove-voyage-potensi-wisata-baru-di-kedonganan

MANGUPURA, NusaBali.com
Pulau Dewata Bali memang terkenal akan kekayaan alam dan menjadi destinasi wisata andalan yang telah diakui dunia. Pandemi Covid-19 begitu memukul dan berdampak pada pariwisata Bali yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Bali itu sendiri. Mau tidak mau, masyarakat pun menjadi kreatif mencari alternatif demi tetap bertahan hidup.

Seperti yang terjadi pada Desa Adat Kedonganan. Jika mendengar daerah ini, biasanya pikiran kita langsung mengarah pada wisata pasar ikan yang telah ada sejak tahun 2011. Adanya pandemi membuat aktivitas pasar sempat ditiadakan selama hampir tiga bulan. Wayan Mertha, Bendesa Desa Adat Kedonganan, akhirnya memutar otak agar kegiatan masyarakat tidak terhenti dan masyarakat bisa tetap mendapatkan pemasukan.

Masyarakat Desa Adat Kedonganan memang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Bahkan ada beberapa kelompok nelayan yang telah dibentuk untuk mewadahi para nelayan ini. Desa Adat Kedonganan sendiri terbagi ke dalam dua area yakni barat dan timur. “Selama ini area pantai barat lebih terkenal, padahal ada juga konservasi mangrove di pantai timur ini,” ujar Mertha.

Mertha yang juga merupakan dosen Politeknik Pariwisata atau yang dulunya dikenal dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, Bali, akhirnya mengajak beberapa mahasiswa magisternya untuk mengembangkan potensi wisata mangrove yang berada di area timur Kedonganan ini.

Pada akhir tahun 2020 lalu, proyek ini mulai dikerjakan dengan melibatkan warga setempat, termasuk kelompok nelayan Segara Ayu yang mengelola mangrove ini.

“Dengan konsep utama ‘kembali ke alam’ eco-mangrove sendiri berarti mengutamakan ekosistem mangrove yang dikembangkan sebagai potensi wisata tersembunyi yang ada di Desa Adat Kedonganan ini,” jelas Mertha lagi.



Kedonganan Eco-mangrove Voyage sendiri memiliki beberapa jenis experience yang telah disiapkan. Ada tur area mangrove dengan sampan milik para nelayan, bermain kano, memancing ikan dan minum air kelapa di atas kano. Itu semua bisa dinikmati saat air sedang pasang.



Selain tur area mangrove, pengunjung juga diajak melalui area bawah tol sehingga mendapatkan pengalaman tersendiri dan berbeda. Tenang saja, para nelayan di sini sudah mengetahui betul waktu-waktu air pasang dan surut. Terdapat 30 sampan dan kano milik para nelayan sehingga bisa mengunjungi tempat ini ramai-ramai bersama rombongan keluarga dan teman-teman.



Sementara, jika air surut, terdapat experience menanam bibit bakau dan menangkap kerang hijau yang ada di sekitar area mangrove. Mangrove ini sendiri memiliki luas 6 hektare.

Guide juga disediakan dan merupakan salah seorang nelayan yang ada disini. “Senang sekali karena sudah mulai terendus adanya wisata mangrove ini, kami harap semoga bisa segera dibuka untuk umum,” ujar I Ketut Adi Suwila, selaku tour guide mangrove dan juga merupakan Wakil Ketua kelompok nelayan Segara Ayu.

Eco-mangrove ini sendiri merupakan area konservasi yang dilindungi. “Kami sedang mengusahakan segala perizinannya. Karena harapannya dengan adanya eco-wisata mangrove ini juga untuk menjaga mangrove kita dan menolong warga atau nelayan yang terdampak pandemi,” jelas Mertha.

Saat ini jika ingin mengunjungi Kedonganan Eco-Mangrove Voyage dan merasakan pengalaman tur mangrove dengan sampan, bisa via pesan Instagram @kedonganan.ecomangrove.voyage . Semua experience ini masih merupakan free trial by reservasi. *

Komentar