nusabali

Dandim Buleleng Jadi Penyintas Donor Plasma Konvalensen

  • www.nusabali.com-dandim-buleleng-jadi-penyintas-donor-plasma-konvalensen

SINGARAJA, NusaBali
Sempat terkonfirmasi positif Covid-19, Dandim 1609/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto ikut jadi penyintas dalam kegiatan donor plasma konvalensen yang digelar di RSAD Buleleng, Kamis (7/1) pagi.

Letkol Windra diambil plasma darahnya untuk didonorkan kepada pasien Covid-19 yang sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Letkol Windra, yang dulu terkonfirmasi positif Covid-19 awal Desember 2020 lalu, menjalani donor plasma konvalensen bersama 9 orang lainnya. Dari jumlah itu, 8 orang di antaranya adalah anggota Kodim 1609/Buleleng dan Yonif Raider 900/Satya Bhakti Wirotama. Sedangkan satunya lagi merupakan keluarga anggota TNI.

Dalam donor plasma konvalensen yang digelar di RSAD Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja, Kamis kemarin, seluruh penyintas diambil plasma darahnya mulai pagi pukul 10.00 Wita oleh petugas Unit Transfusi Darah (UTD) Provinsi Bali. Sebelum berdonor, Letkol Windra dan penyintas lainnya lebih dulu diperiksa kembali kondisi kesehatan hingga tensinya. Bukan hanya itu, sehari sebelum donor plasma, mereka mereka juga telah menjalani screening untuk menentukan lolos atau tidak sebagai pendonor plasma konvalensen.

Letkol Windra mengaku bersedia menjadi penyintas dalam donor plasma konvalensen ini, karena menyadari pentingnya plasma darah untuk menyelamatkan sesama. “Saya pribadi selagi bisa bantu, kenapa tidak? Ini sebagai amal kita di hadapan Tuhan. Kebetulan, saya pernah terkonfirmasi Covid-19 dan diberi kesempatan sembuh, berkativitas kembali, dan berkesempatan berbuat baik. Kita kan tidak tahu juga darahnya mau dikasi siapa,” ujar Letkol Windra saat bincang-bicang de-ngan NusaBali.

Dandim 1609/Buleleng ini sebelumnya dinyatakan terkonfirmasi Covid-19 pada 1 Desember 2020 lalu. Saat dinyatakan positif Covid-19, Letkol Windra mengaku tidak merasa sakit. “Saya waktu itu tidak bergejala. Tidak tahu juga pastinya tertular dari siapa dan di mana? Karena aktivitas tinggi, kemungkinan bisa kena di mana saja dan kapan saja saat kondisi tubuh sedang tidak fit,” papar Letkol Windra.

Menurut Letkol Windra, dirinya ketahuin tertular virus Covid-19 setelah salah satu personel Kodim 1609/Buleleng dinyatakan terkonfirmasi, 30 November 2020. Kemudian, setelah dilakukan tracing, didapatkan kontak erat satu personel yang bekerja di rumah jabatan Dandim 1609/Buleleng. Saat Letkol Windra dirapid test, hasilnya reaktif. Dia kemudian mendatangi RS Pratama Giri Emas di Desa Giri Emas, Kecamatan Sawan, Buleleng untuk uji swab. Ternyata, hasilnya positif Covid-19. Demikian pula sang istri.

“Saya dan istri kena dan dinyatakan positif 1 Desember 2020. Sedangkan 2 anak saya aman. Beruntung, tidak bergejala, hasil pemeriksaan toraks dan tes darah aman. Setelah selama 10 hari isolasi mandiri, saya dan istri dinyatakan sembuh 11 Desember 2020,” kenang perwira asal Maradua Oku, Sumatra Selatan ini.

Menurut Letkol Windra, dirinya sempat tidak percaya ketika dinyatakan terkonfirmasi Covid-19. Pasalnya, selama bertugas di luar rumah, dia menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Hanya saja, Letkol Windra mengaku sempat terbangun tengah malam pada 26 November 2020, karena piyama dan sepraynya basah oleh keringat. Tetapi, setelah melanjutkan istirahat dan bangun keesokan harinya, tidak merasakan gejala sakit atau tak enak badan.

Selama 10 hari menjalani isolasi mandiri, tentara berperawakan tinggi ini mengaku hanya minum vitamin C 1.000 miligram yang diberikan oleh dokter. Selebihnya, dia tidak melakukan terapi lain. Ternyata, Dandim 1609/Buleleng ini dan istrinya dinyatakan sembuh.

Pengalamannya sebagai mantan pasien Covid-19 yang tidak bergejala, diakui sangat mengkhawatirkan. Pasien Covid-19 tanpa gejala memang tak merasakan perubahan secara fisik. “Saat ini tidak tahu siapa kena atau tidak, hanya dapat dinyatakan dengan hasil swab. Sekarang bagaimana caranya masyarakat benar-benar disiplin. Saya evaluasi dari pengalaman diri, ternyata dengan Prokes ketat 3M (memakai masker, mencicu tangan, menjaga jarak fisik, Red) juga harus ditambah dengan menjaga imun tubuh sehingga menjadi 4M,” jelas Letkol Windra.

Letkol Windra menyebutkan, saat ini minat pendonor plasma konvalensen masih rendah dan tidak bisa dipaksakan, karena bersifat pribadi. Namun, sebagai Komandan Kodim 1609/Buleleng, Letkol Windra terus mendorong personelnya untuk menjadi pendonor. Dia pun berharap apa yang dilakukan personel dan jajarannya yang melakukan donor plasma, dapat mengetuk hati masyarakat yang pernah menjadi pasien Covid-19 untuk ikut berdonor.

“Karena plasma darah kita ini sangat diperlukan betul untuk membantu saudara kita yang sedang kritis. Maka, bagi masyarakat Buleleng yang memenuhi syarat dan ikhlas, bisa mengkonfimasi keikutsertaan yang selalu ditunggu dokter UTD,” harap perwira TNI yang jadi Dandim 1609/Buleleng sejak Desember 2019 ini.

Sementara itu, Kepala Bidang Litbang dan Mutu UTD PMI Bali, dr Candra Indria Sari, mengatakan donor plasma konvalensen memang sangat diperlukan saat ini, terutama bagi pasien Covid-19 yang bergejala sedang hingga berat. Permintaan plasma darah saat ini sangat tinggi, bukan hanya dari rumah sakit yang ada di Bali, tetapi juga luar Bali. Banyak yang antre untuk mendapatkan plasma darah dari pendonor.

“Kebutuhannya sangat banyak, bahkan antrean untuk mendapatkan donor plasma ini menumpuk di seluruh Indonesia. Sejauh ini, memang sangat kesulitan mendapat pendonor yang bersedia. Data pasien Covid-19 yang sembuh banyak, tetapi saat dihubungi, jarang yang berkenan menjadi pendonor plasma dengan berbagai alasan,” jelas dr Candra.

Kendala lainnya dalam penyediaan donor plasma konvalensen, kata dr Candra, karena setelah mendapatkan pendonor yang bersedia, hanya 30 persennya yang benar-benar dapat diambil plasma darahnya. Sedangkan sisanya, tak dapat menjadi pendonor karena terbentur persyaratan ketat donor plasma.

“Seperti di Buleleng ini, awalnya ada 22 orang yang mendaftar. Namun, setelah dilakukan screening dan pengecekan syarat sebagai pendonor plasma konvalensen, tidak semuanya bisa lolos. Memang susah sekali menemukan antibodi yang memenuhi syarat dan dapat memberikan efek terapi kepada pasien,” katanya.

Menurut dr Candra, untuk menjadi seorang penyintas Coovid-19, pendonor dipastikan pernah terkonfirmasi positif Covid-19 dan telah dinyatakan sembuh total. Mereka dibatasi berusia 17-60 tahun, dengan berat badan minimal 52 kilogram.  Khusus untuk pendonor perempuan, tidak diperkenankan bagi mereka yang memiliki riwayat pernah hamil, sedang mengkonsumsi obat, dan memiliki penyakit penyerta. Seorang penyintas pun hanya diambil plasma darahnya sebanyak 400 mililiter.

Proses donor plasma ini, kata dr Candra, dapat dilakukan lebih dari satu kali. Seorang penyintas sudah dapat mendonorkan kembali plasma darahnya maksimal 2 bulan setelah melakukan donor secara konvensional. Namun, jika donor dilakukan dengan metode apheresis, penyintas kembali dapat mendonor dua minggu pasca donor pertama.

Sejak awal pandemi Covid-19 hingga 4 januari 2021 lalu, UTD PMI Provinsi Bali sudah mengambil 265 kantong plasma darah konvalensen di seluruh Bali. Donor plasma konvalensen itu terdiri dari 61 kantong golongan darah A, 70 golongan darah B, 8 kantong golongan darah AB, dan 126 kantong golongan darah O. Dari total plasma darah yang telah diambil, sudah terdistribusi untuk 133 pasien di Bali dan luar Bali.

“Pendistribusian ke pasien, kami menerima permintaan dari masing-masing rumah sakit. Biasanya, satu pasien memerlukan dua kantong masing-masing 200 mililiter sekali terapi. Dua kali terapi dilakukan pada hari ke-0 dan ke-3 atau hari-1 dan ke-4. Kesembuhan pasien dengan terapi ini cukup tinggi, mencapai 70 persen. Sedangkan sisanya yang tidak berhasil, biasanya memiliki komorbit,” papar dr Candra. *k23

Komentar