nusabali

Akhirnya Bali Kembali Inflasi

  • www.nusabali.com-akhirnya-bali-kembali-inflasi

DENPASAR,NusaBali
Bali kembali mengalami inflasi setelah beruntun mengalami deflasi sejak Mei hingga Oktober lalu.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat  pada November 2020  Bali mengalami inflasi sebesar 0,22 persen (mtm), meningkat setelah bulan sebelumnya  mengalami deflasi sebesar -0,24 persen (mtm).

Inflasi Bali berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,28 persen(mtm). Inflasi terjadi pada kota Denpasar sebesar 0,20 persen (mtm) dan kota Singaraja (0,37 persen mtm). Secara tahunan, inflasi Bali tercatat sebesar 0,81 persen (yoy), juga lebih rendah dibandingkan juga lebih rendah dibandingkan dengan nasional yang sebesar 1,59 persen (yoy).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia  Provinsi Bali Trisno  memperkirakan inflasi pada Desember 2020 akan tetap terkendali. “Meskipun demikian, tingginya curah hujan di Bali perlu diwaspadai yang dapat kembali meningkatkan harga kelompok barang volatile food,” ingatnya.

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten/Kota dan Provinsi,  kata Trisno Nugroho, terus berupaya untuk menjaga 4K, yaitu ketersediaan pasokan, kestabilan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif. Dengan demikian inflasi tetap terkendali.

Sebelumnya inflasi di antaranya dipicu kenaikan harga Kelompok volatile food  2,60 persen (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatkan harga terlihat untuk komoditas bawang merah, cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang putih.

Peningkatan harga komoditas hortikultura disebabkan  menurunnya hasil panen di penghujung tahun akibat curah hujan yang tinggi. Demikian juga dengan daging ayam ras, implementasi kebijakan pengurangan DOC (Days Old Chicken) menyebabkan turunnya pasokan.

Kelompok barang administered price mencatat penurunan harga sebesar 0,24 persen (mtm). Penurunan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara dan tarif listrik. Turunnya tarif angkutan udara masih disebabkan  subsidi silang oleh pemerintah. Adapun penurunan tarif listrik merupakan kelanjutan dari kebijakan pemerintah untuk menurunkan tarif dasar listrik pelanggan non-subsidi.

Kelompok barang core inflation penurunan harga sebesar 0,18 persen (mtm) dibandingkan dengan bulan Oktober. Penurunan tekanan inflasi ini terjadi terutama pada canang sari, emas perhiasan, dan air kemasan. Harga canang sari masih menunjukkan tren menurun sejalan dengan normalisasi pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Adapun penurunan harga emas perhiasan menurun sejalan dengan turunnya harga emas dunia pasca redanya ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, masih rendahnya daya beli masyarakat juga menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang tahan lama. *k17

Komentar