nusabali

Mek Kembar Lestarikan Jajanan Tradisional Bali Sejak 2006

  • www.nusabali.com-mek-kembar-lestarikan-jajanan-tradisional-bali-sejak-2006

MANGUPURA, NusaBali
Meski zaman telah berubah, namun penganan tradisional Bali masih tetap eksis seakan tak lekang oleh jaman.

Di area perkotaan sendiri, kue-kue tradisional Bali masih dijual hingga kini meskipun diproses dengan lebih modern. Namun, para penjual kue tradisional yang berada di wilayah pedesaan masih setia menggunakan kayu bakar sebagai sarana untuk membuat aneka jajanan tradisional. 

Mek Kembar, salah satunya. Wanita yang bersama keluarganya setia berjualan jajanan tradisional Bali sejak 2006 di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung ini masih tetap menggunakan sarana kayu bayar dalam proses pembuatan kue-kuenya.

Kesibukan di rumah wanita bernama asli Ni Wayan Arsi ini dimulai pada pukul 4 pagi. Di waktu-waktu subuh tersebut keluarga Mek Kembar telah sibuk mempersiapkan berbagai jenis adonan untuk kemudian dibuat menjadi berbagai macam jajanan Bali, tak lupa, kelapa parut dan gula merah cair yang menjadi pemanis alami jajanan tradisional. 

“Banyak jenis. Ada jajan lupis, giling-giling, injin, bubur sumsum, laklak, sama pisang rai,” ujar Ni Wayan Arsi kepada tim NusaBali yang berkesempatan melihat langsung proses pembuatan kue tradisional di rumahnya yang berlokasi di Desa Blahkiuh, Sabtu (27/6).

Rata-rata, untuk adonan yang menggunakan tepung seperti pisang rai, Mek Kembar membuat adonan yang terdiri dari satu setengah kilogram tepung, yang bisa digunakan untuk membuat satu jenis kue dalam jumlah banyak. Apalagi jika terdapat tambahan lain seperti pada pisang rai. “Yang dipakai pisang raja dan pisang ijo. Satu setengah kilo adonan paling-paling pisangnya pakai dua ijas,” jelas Ni Wayan Arsi.

Dalam pembuatan jajanan tradisional ini juga, Mek Kembar tak pernah menggunakan pewarna atau pengawet buatan. Rasa, warna, dan aroma selalu ia dapatkan dari bahan-bahan alami, seperti daun suji untuk pewarna hijau dan daun pandan untuk aroma kue yang harum. “Pakai pandan biar harum. Ini daun suji untuk pewarna. Takut, kalau pakai itu (pewarna buatan),” lanjut Ni Wayan Arsi.

Kue-kue tradisional ala Mek Kembar ini juga bisa didapatkan dengan harga murah, satu porsinya yang berisi beragam jenis kue tradisional ini, cukup dibeli dengan harga Rp 5.000 saja. Mek Kembar sendiri tidak berjualan di rumahnya yang menjadi tempat produksi penganan tradisional ini, melainkan di kiosnya yang terletak di pinggir jalan raya, tak jauh dari rumahnya. Warung ini dibuka sejak pukul sepuluh pagi hingga sore, dengan rata-rata ramainya pelanggan yang datang sekitar pukul 12 siang.*cr74

Komentar