nusabali

Dolpin Lovina Mulai Stres

  • www.nusabali.com-dolpin-lovina-mulai-stres

Pemandu wisata mengemudikan perahu bermesin dengan kecepatan penuh dan terkesan mengejar dolpin.

Ekosistemnya Dikoyak Banyak Perahu Wisata


SINGARAJA, NusaBali
Keberadaan hewan mamalia dolpin di perairan laut Buleleng menjadi maskot pariwisata Bali utara. Namun tingginya minat wisatawan untuk menyaksikan aksi dolpin di Pantai Lovina dan sekitarnya menjadi ancaman besar bagi keberadaan dolpin tersebut. Antara lain, ikan ini terancam stress hingga bermigrasi ke laut lain.

Untuk menjaga hewan ini dan agar tetap ada di kawasan tersebut, Pemkab Buleleng mulai menata wisata dolpin melalui sosialisasi tentang hewan yang dilindungi itu. Hasil penelitian Yayasan Cetacean Sirenian Indonesia (CSI) tahun 2016, menunjukkan sejumlah fakta buruk bagi pelestarian dolpin. Director CSI Dr Putu Liza Mustika, Rabu (14/9) siang di kawasan Pantai Penimbangan, Buleleng, mengatakan dari hasil penelitiannya terlalu banyak kapal wisata yang dapat mengancam ekosistem dolpin di sekitar perairan Buleleng. Sebab para pemandu wisata mengemudikan perahu bermesin dengan kecepatan penuh dan terkesan mengejar dolpin.

Selain itu, dari kesan wisatawan asing yang menyaksikan dolpin di tengah laut menunjukkan angka kepuasan biasa saja. Mereka kebanyakan mengeluhkan cara pemandu wisata dolpin dalam hal ini kapten kapal dengan cara mengemudi kapal yang tidak ramah dengan dolpin. Dari delapan spesies dolpin di Pantai Lovina, kata Icha, begitu ia biasa disapa, hanya satu jenis dolpin Spiner yang biasanya muncul.

Namun dari keadaan tersebut, ia menyimpulkan tidak dapat menghentikan wisata dolpin yang merupakan sumber penghasilan sejumlah masyarakat setempat, hanya karena ancaman ekosistem dolpin. Hal tersebut pun yang menginspirasinya sejak saat itu untuk terus mensosialisasikan bagaimana ketentuan dalam melakukan pemanduan wisata dolpin. “Sekarang bapak-bapak kapten kapal sudah mulai menunjukkan perubahan, dengan mengemudikan kapalnya perlahan, mematikan mesin kapal 50 meter dari dolpin untuk tetap menjaganya tetap lestari,” kata Icha.

Menurutnya, jika kapal terlalu dekat akan dapat membuat dolpin depresi dan kemungkinan terbesar berpindah ke daerah lain. Selain itu juga dapat mengancam keselamatan dolpin jika masih menghidupkan mesin saat berada dekat dengan mereka. Kemungkinan terburuk baling-baling dapat melukai dolpin yang sedang bermain dan mencari makan di seputaran laut.

Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Suko Wardono juga hadir dalam sosialisasi ikan yang dilindungi tersebut. Ia  menyatakan sejauh ini pemerintah telah mengupayakan konservasi ikan yang dilindungi. Khusus untuk ikan yang dilindungi pemerintah mengatur pemanfaatannya yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, seperti dikonsumsi. Tapi ikan itu dapat dimanfaatkan melalui tontonan untuk destinasi wisata. Hal tersebut pun terkadang tidak banyak diketahui masyarakat sehingga perlu terus ada sosialisasi kelestarian dolpin ini.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Buleleng Ni Made Arnika. Kata dia, saat ini Pemkab Buleleng tengah menyusun SOP (standar operasi prosedur) terkait penataan wisata bahari lumba-lumba di Pantai Lovina. Salah satunya dengan medata pemandu wisata, pengawasan dari kelompok masyarakat setempat serta pelatihan pemandu wisata untuk mendapatkan sertifikasi dan izin sebagai pemandu wisata lumba-lumba. “Karena kemarin kami pemerintah bersama masyarakat, pemandu wisata dan juga PHRI untuk bertanggungjawab terhadap konservasi di Lovina dengan warisan keindahan alam dan jenis ikan langka dilindungi yang ada disini,” ungkap dia. * k23

Komentar