nusabali

Dekatkan Diri ke Rakyat dengan Terjun Bawa Pengobatan Sekala-Niskala

  • www.nusabali.com-dekatkan-diri-ke-rakyat-dengan-terjun-bawa-pengobatan-sekala-niskala

Awal-awalnya, warga canggung untuk diobati Bupati Eka Wiryastuti. Namun, begitu melihat Eka Wiryastuti tulus ngayah tanpa sekat antara pejabat dan rakyat, justru warga antre untuk dideteksi dan diobati langsung sang Bupati

Kisah Bupati Tabanan Putu Eka Wiryastuti yang Tekuni Dunia Spiritual dan Usadha Bali (2-Habis)

TABANAN, NusaBali
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti, 41, belakangan aktif terjun ke masyarakat dengan membawa pengobatan sekala-niskala, sebagai bagian upaya mendekatkan diri ke rakyat. Jauh sebelum punya kemampuan mengobati, dia punya pengalaman unik saat kampanye Pilkada 2010. Calon Bupati (Cabup) Tabanan yang diusung PDIP ini kala itu sering diserang secara mistik, hingga kakinya susah digerakkan, lidah pun terasa kelu untuk ucapkan kata-kata.

Dalam Pilkada Tabanan 2010 maupun Pilkada Tabanan 2015, Putu Eka Wiryastuti berpasangan dengan I Komang Gede Sanjaya sebagai tandemnya di posisi Calon Wakil Bupati (Cawabup). Di kedua event pemilihan kepala daerah tersebut, pasangan Eka Jaya (Eka Wiryastuti-Sanjaya) keluar sebagai pemenang.

Menurut Eka Wiryastuti, serentetan serangan mistik intens dialaminya saat Pilkada Tabanan 2010. Karena serangan mistik itu pula, Eka Wiryastuti bersama tim suksesnya rutin minta bantuan pengobatan secara niskala kepada pinisepuh Perguruan Siwa Murthi Bali, Dr Made Subagia. “Waktu itu serangan mistik begitu kuat. Mulai dari seperti lumpuh hingga muntah-muntah, sering saya alami,” kenang Eka Wiryastuti kepada NusaBali, belum lama ini.

Bahkan, lanjut Eka Wiryastuti, gangguan non medis masih sering dialami setelah menjabat sebagai Bupati Tabanan 2010-2015 (periode pertama). Benda mistik bukan hanya masuk ke dalam ruangan, tapi juga dikirimkan ke sandal jepitnya. Eka Wiryastuti bersyukur, karena Ida Sang Hyang Widhi selalu bersamanya, sehingga luput dari serangan ilmu hitam.

Menyusul serangan-serangan mistik itu, Eka Wiryastuti yang sudah rajin meditasi dan puasa seminggu sekali sejak usia 23 tahun semakin percaya dengan kekuatan Tuhan sebagai pelindung. Mulailah Bupati Wanita Pertama di Bali ini mempertebal keyakinannya, dengan rajin matirtayatra (sembahyang ke sejumlah pura), memanfaatkan waktu libur panjang atau long weekend.

Selain itu, Srikandi PDIP ini juga belajar spiritual kepada pinisepuh Perguruan Siwa Murthi Bali, Dr Made Subagia, di kawasan Denpasar. Setelah makin intens sembahyang dan khusyuk meditasi, Eka Wiryastuti merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Kadang merasa panas tak tertahankan, kadang disergap dingin hingga menusuk tulang. “Saya bertanya kepada guru, katanya kundalini hidup. Saya disarankan ngayah usadha, mengobati sesama,” jelas istri dari I Made Dwi Suputra ini.

Saat kundalini hidup, Eka Wiryastuti mengaku sudah bisa mendeteksi seseorang yang mengalami sakit non medis. Bahkan ayahnya, Nyoman Adi Wiryamata (Ketua DPRD Bali yang mantan Bupati Tabanan dua periode) dan ibundanya, Nyoman Suastiningsih, sering minta jasanya untuk dideteksi dan dibersihkan secara niskala.

Selain dimanfaatkan untuk mengobati keluarganya, sanak famili termasuk tetangga yang mendengar kabar bahwa Eka Wiryastuti katakson (punya kekuatan supranatural), pun pun berdatangan ke rumah Bupati di Banjar Tegeh, Desa Angseri, Kecamatan Baturiti, Tabanan untuk diobati. “Saya tidak ada buka praktek di rumah,” tandasnya.

Sedangkan untuk masyarakat umum, Bupati Eka Wiryastuti merancang pengobatan sekala-niskala secara massal. Dia meminta camat setempat untuk mengumumkan kepada warga bahwa ada pengobatan secara medis oleh Dinas Kesehatan Tabanan dan pengobatan non medis dari Perguruan Siwa Murthi Bali. Nah, saat pengobatan sekala niskala di masyarakat itulah, Bupati Eka Wiryastuti ikut terjun mengobati warga secara niskala.

“Saya siap ngayahin krama. Saya datang bersama Perguruan Siwa Murthi Bali untuk menggelar pengobatan niskala,” imbuh Srikandi PDIP kelahiran 21 Desember 1975 ini.

Bagi Eka Wiryastuti, datang ke tengah masyarakat dalam pengobatan gratis secara sekala-niskala merupakan bagian upaya mendekatkan dirinya sebagai Bupati dan pelayan rakyat. Awal-awalnya, warga canggung untuk diobati oleh Bupati Eka Wiryastuti. Namun, begitu melihat Eka Wiryastuti tulus ngayah tanpa sekat antara pejabat dan rakyat, justru warga antre untuk dideteksi dan diobati langsung oleh sang Bupati.

“Saya ini tulus ngayah. Saya tidak canggung pegang kaki dan tangan rakyat. Saya ingin dekat dengan rakyat,” jelas Eka Wiryastuti. Bagi putri sulung Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama ini, rasa tulus mengabdi dan perhatian kepada rakyat merupakan investasi hati dan menabung karma baik.

Eka Wiryastuti, yang mendapatkan anugerah malianin (mampu melakukan pengobatan tradisional Bali), merasa bersyukur sukses mengobati pasien yang kena bebaian dan penyakit non medis lainnya. Sebagai wujud syukur atas anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi, Eka Wiuryastuti pun siap lebih banyak lagi turun ke masyarakat memanfaatkan waktu long weekend, agar perkerjaan kantor tak terganggu, untuk menggelar pengobatan gratis.

Desa-desa terpencil di wilayah Kecamatan Pupuan, Kecamatan Selemadeg Barat, dan Kecamatan Selemadeg Timur yang masih kental kepercayaannya soal penyakit non medis, akan disasar bersama Perguruan Siwa Murthi Bali pimpinan Dr Made Subagia. “Saya menggelar pengobatan secara gratis, saya tak ada buka praktek di rumah,” tandas Bupati yang kini menjadi Dewan Penasihat Perguruan Siswa Murthi Bali ini. * k21

Komentar