nusabali

Jenazah Si Sulung Dibakar, Sementara Adiknya Dikubur di Pintu Masuk Setra

Pengabenan Dua Jenazah Bocah Kakak Adik Penderita Perut Membesar Diwarnai Isak Tangis

  • www.nusabali.com-jenazah-si-sulung-dibakar-sementara-adiknya-dikubur-di-pintu-masuk-setra

Jenazah si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani tidak boleh masuk setra, karena semasa hidupnya, bocah 6 tahun ini belum ketus gigi. Pembakaran jenazahnya pun simbolik menggunakan pengawak dari kayu tingkih

SEMARAPURA, NusaBali

Suasana pilu mewarnai pengabenan jenazah dua bocah perempuan kakak adik pende-rita perbut membesar, Putu Cantika Dewi, 8, dan Kadek Yuli Puspita Yani, 6, di Setra Desa Adat Tulang Nyuh, Desa Tegak, Kecamatan Klungkung pada Anggara Wage Gumbreg, Selasa (14/1) siang. Prosesi pengarakan jenazah dari rumah duka menuju setra ditingkahi isak tangis keluarga. Karena semasa hidup belum ketus gigi, jenazah si bungsu dikubur di pintu masuk setra, sementara jenazah kakaknya dibakar.

Pantauan NusaBali, jenazah bocah Putu Cantika Dewi dan Kadek Yuli Puspita Yani diberangkatkan dari rumah duka di Banjar Tulang Nyuh, Desa Tegak menuju setra yang berjarak sekitar 500 meter, Selasa pagi pukul 10.00 Wita. Selama perjalanan menuju setra, jenazah kakak adik penderita perut membesar ini dituntun oleh kedua orangtuanya, Komang Rupawan, 28, dan Putu Yuliartini, 26.

Jenazah si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani, yang semasa hidupnya belum ketus gigi (lepas gigi), tampak hanya dibalut kain kasa. Jenazah bocah berusia 6 tahun ini disangkil (dibopong) oleh pamannya, I Gede Kesian. Sedangkan jenazah si sulung Putu Cantika Dewi, yang sudah ketus gigi semasa hidupnya, dimasukkan ke dalam peti kayu. Jenazah bocah malang berusia 8 tahun ini diarak krama adat menggunakan paga dari bambu. Selama dalam perjalanan dari rumah duka ke setra, banyak keluarga dan kerabat terlihat menangis. Demikian pula kedua orangtua bocah kakak adik itu.

Setelah tiba di Setra Desa Adat Tulang Nyuh, prosesi pembakaran jenazah bocah kakak adik ini harus dipisah dalam jarak sekitar 25 meter. Pasalnya, sesuai tradisi yang berlaku, si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani yang belum ketus gigi tidak bisa masuk ke setra. Karena itu, jenazahnya hanya dikubur di Setra Pemangkalan, yakni pada pintu masuk Setra Desa Adat Tulang Nyuh.

Maka, ketika prosesi pembakaran dimulai, Selasa siang pukul 11.00 Wita, yang dibakar bukannya jenazah Kadek Yuli Puspita Yani, melainkan pengawakannya saja yang dibuat sebagai simbolis menggunakan kayu tingkih. Sebaliknya, jenazah sang kakak Putu Cantika Dewa pada saat bersamaan dibakar langsung di dalam setra menggunakan kompor mayat.

Kedua orangtua si bocah, Komang Rupawan dan Putu Yuliartini, tampak berusaha tegar selama prosesi pengabenan jenazah putrinya di setra. Namun, mereka berlinang air mata. Saat jenazah putrinya dibakar, pasutri Komang Rupawan san Putu Yuliartini bersandar pada pohon kelapa di setra.

Setelah pembakaran jenazah Putu Cantika Dewi selesai, pasutri ini berjalan untuk duduk di samping tempat penguburan si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani. Nah, saat itulah Putu Yuliartini kembali menangis, hingga harus ditenangkan oleh keluarganya. Tak banyak yang bisa dikorek dari kedua orangtua bocah kakak adik penderita perut membesar, karena mereka masih berduka.

Sementara itu, setelah pembakaran jenazah kemarin siang dilanjutkan dengan prosesi ngereka di setra. Habis itu, dilanjut dengan prosesi ngayut yang dilakukan di Tukad Apet kawasan Desa Selat, Kecamatan Klungkung.

Menurut Bendesa Adat Tulang Nyuh, I Wayan Sudarna, meski sudah dilaksanakan pengabenan, namun upacara ngeroras untuk bocah kakak adik penderita perut mem-besar ini belum bisa dilakukan. “Upacara ngeroras baru akan dilaksanakan bersamaan dengan ngaben massal di Desa Adat Tulang Nyuh yang digelar 5 tahun sekali. Ngaben massal berikutnya akan dilaksanakan tahun 2022 mendatang,” ujar Wayan Sudarna saat ditemuai NusaBali di Setra Adat Tulang Nyuh, Selasa kemarin.

Si sulung Putu Cantika Dewi, sebagaimana diberitakan, meninggal dunia lebih dulu, Senin (6/1) lalu, sementara adiknya yakni Kadek Yuli Puspita Yani menyusul berpulang pada Rabu (8/1). Putu Cantika Dewi yang didignose mengalami penyakit kista di hati, menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUD Klungkung. Demikian pula si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani, yang didiagnose menderita pembengkakan limfa.

Kedua bocah malang ini sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Mereka, antara lain, sempat dirawat bersamaan di RSUP Sanglah, Denpasar, Juni 2019 lalu. Menurut ibundanya, Putu Yuliartini, kedua putri ciliknya sudah lebih dari 3 tahun sakit, hingga mereka harus bolak balik rawat inap di rumah sakit. Si sulung Putu Cantika ketahuan memiliki gangguan hati ketika memasuki usia sekolah TK.

“Kakaknya mulai masuk TK sekitar umur 5 tahun, saat itulah baru kelihatan sakitnya. Saat itu saya ajak dia imunisasi JE (Japanese Encephalitis) di TK. Karena tidak tahu anak punya sakit seperti ini, dua hari setelah suntik JE, dia langsung panas dan muntah darah. Dari situ baru tahu kalau anak sakit,” kenang Yuliartini saat ditemui NusaBali di RSUP Sanglah, beberapa waktu lalu.

Sedangkan si bungsu Kadek Yuli Puspita Yani, kata Yuliartini, awalnya mengalami gejala sesak napas saat umur 3 bulan. Memasuki usia 1,5 tahun, mulai terjadi pembengkakan pada perutnya. Gejala muntah darah baru terjadi di usia 3 tahun. Bocah malang ini didiagnose mengalami sumbatan di dalam organ hati dan limfanya membengkak. Itu sebabnya, terlihat perutnya membengkak. Bocah malang ini mulai sering bolak balik masuk RS untuk menjalani perawatan inap sejak usia 3 tahun. *wan

Komentar