nusabali

Bongan Jadi Desa Wisata Kampung (Jalak Bali)

  • www.nusabali.com-bongan-jadi-desa-wisata-kampung-jalak-bali

Banjar Bongan Kauh Kelod, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan diresmikan menjadi Desa Wisata Kampung Jalak Bali, Kamis (14/7).

TABANAN, NusaBali
Predikat ini diberikan berkat keberadaan pusat penangkaran dan pengembangbiakan Jalak Bali oleh komunitas ‘Kicau Bali’ pimpinan I Ketut Gede Jiwa Artana, 36, di banjar setempat. Peremian predikat Desa Wisata Kampung Jalak Bali ini dilakukan Ketua DPRD Tabanan, I Ketut 'Boping' Suryadi, saat terjun langsung meninjau pusat penangkaran dan pengembangbiakan Jalak Bali di Banjar Bongan Kauh Kelod, Desa Bongan, Kamis (14/7) siang pukul 11.00 Wita. Peresmian Desa Wisata Kampung Jalak Bali ditandai dengan penandatanganan prasasti yang dilakukan sang Ketua Dewan, disaksikan Camat Tabanan I Gusti Ayu Supartiwi dan Kepala Desa (Perbekel) Bongan, I Ketut Sukarta.

Ketut ‘Boping’ Suryadi menyatakan sangat mendukung uapaya penangkaran dan pengem-bangbiakan yang dirintis Ketut Gede Jiwa Artama cs. Apalagi, populasi burung langka Jakal Bali di penangkaran milik Kelompok ‘Kicau Bali’ tersebut saat ini sudah mencapai 160 ekor. “Ini adalah langkah positif sebagai ajang penyelamatan satwa langka, selain juga bisa dijadikan bisnis yang menjanjanjikan. Ini gila, karena berawal dari sekaa demen (kelompok senang-senang), bisa menghasilkan burung Jalak Bali sebanyak ini," ujar Boping Suryadi.

Boping Suryadi menyatakan, pihaknya mendukung penuh adanya penangkaran Jalak Bali di Banjar Bongan kauh Kelod, Desa Bongan hingga diresmikan menjadi Desa Wisata Kampung Jalak Bali. "Nanti bisa dijadikan konservasi di sini, sehingga banyak orang yang akan datang ke Tabanan," terang politisi yang mantan Ketua DPC PDIP Tabanan 2010-2015 ini. Penangkaran dan pengembangan Jalak Bali yang tergabung dalam Kelompok ‘Kicau Bali’ di bawah pimpinan Ketut Gede Jiwa Artana ini melibatkan beberapa warga pecinta burung yang tersebar di berbagai kawasan di Tabanan. Saat ini, anggotanya mencapai 20 orang.

Menurut Ketua Kelompok ‘Kicau Bali’, Ketut Gede Jiwa Artana, dirinya sejak kecil jadi pecinta burung. Dia kemudian mengajak teman-temannya sesama penghobi burung untuk ikut menangkarkan burung langka Jalak Bali. Pada 2012 lalu, Jiwa Artana bersama teman-temannya mulai merintis penangkaran Jalak Bali. “Kami sudah menghabiskan biaya lumayan besar, kisaran Rp 600 juta,” jelas Jiwa Artana dis ela acara peresmian Desa Wisata Kampung Jalak Bali, Kamis kemarin.

Menurut Jiwa Artana, pihaknya tidak hanya melakukan penangkaran dan pengembangbiakan Jalan Putih, tapi sekaligus menjadikannya sebagai lahan bisnis. Pihaknya menjual Jalak Putih hasil pengembangbiakan di pengangkaran ini. Untuk sepasang Jalak Bali berumur 2-3 bulan (kategori anak-anak), biasanya dijual seharga Rp 8 juta. Sedangkan sepasang Jalak Bali usia dewasa (yang sudah mau bertelor), dihargai Rp 40 juta. "Selama ini, biasanya orang lebih berminat membeli Jalak Putih usia 2-3 bulan,” papar Jiwa Artana. Mereka yang membeli Jalak Bali hasil penangkarannya sebagian besar dari lokal Bali dan Jawa.

Saat ini, populasi Jalak Putih di penangkaran milik Kelompok ‘Kicau bali’ pimpinan Jiwa Artama mencapai 160 ekor. Rinciannya, 30 pasang induk (60 ekor) dan 100 ekor lainnya masih usia anak-anak. "Ini baru jumlah yang di penangkaran saja. Belum termasuk milik anggota di rumahnya masing-masing yang bisa mencapai 3 pasang atau lebih,” katanya.

Kepada NusaBali beberapa waktu lalu, Jiwa Artana sempat mengisahkan awal mula dia dan teman-temannya menangkar dan kembangbiakkan Jalak Bali, burung langkla yang sudah di ambang ke;punahan. Untuk usahanya ini, Jiwa Artana harus jual sapi dan beragam burung peliharaan lainnya, sebagai modal awal buat membeli bibit Jalak Bali di Jogjakarta.


SELANJUTNYA . . .

Komentar