nusabali

Pawintenan Massal di Besakih Diikuti 350 Peserta

  • www.nusabali.com-pawintenan-massal-di-besakih-diikuti-350-peserta

Sebanyak 350 umat Hindu menjalani pawintenan massal di Pura Penataran Agung Besakih, pada Jumat Paing Pahang bertepatan dengan Tilem Karo, Jumat (30/8).

AMLAPURA, NusaBali

Pawintenan yang dilaksanakan oleh Pasraman Pamangku Sidha Swasti juga diikuti oleh umat Hindu dari Jakarta, Jogjakarta, Sumatrera, Sulawesi, dan Surabaya. Pawintenan massal diikuti beragam dari berbagai kelompok usia, termasuk balian.

Salah seorang pengurus pasraman, Jro Ketut Suryadi,  mengatakan usia paling muda yang ikut pawintenan massal yakni 17 tahun. Pelaksanaan pawintenan ini pada dasarnya untuk melakukan peningkatan ritual, penyucian tubuh, dan rohani. Setelah diwinten, harus terus belajar mengisi ilmu tentang spiritual agar mampu melayani umat dan tidak boleh sombong setelah diwinten. “Ibaratnya di dalam tubuh pamangku atau pinandita itu lampunya sudah dihidupkan sehingga perlu terus belajar agar lampu yang ada nyalanya bisa lebih terang dan mampu menarik laron untuk datang. Itu tugas para pamangku dan pelayan umat,” pesan Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti yang melakukan pawintenan bersama dua sulinggih lainnya, Ida Bhagawan Viveka Dharma (dari Monang-Maning Denpasar) dan Ida Pedanda Bajra Sikara (Griya Saraswati Klungkung).

Pawintenan di Pura Besakih mayoritas adalah Pawintenan Dasaguna. Selain itu, peserta juga ada yang menjalani prosesi Pawintenan Ganapati dan Panca Rsi. Pawintenan Dasaguna dilakukan ketika ingin belajar jadi pamangku, undagi, dan sangging. Sedangkan Pawintenan Ganapati yang diperuntukkan bagi mereka yang menjadi balian maupun serati. “Sementara Pawintenan Panca Rsi adalah tingkatan pawintenan yang harus dilakukan bagi pamangku Kahyangan Tiga,” jelas Jro Ketut Suryadi. Sedangkan Pawintenan Bunga (Sari) yang bisa dilakukan mulai dari bayi berusia tiga bulan, serta Pawintenan Saraswati yang harus dilakukan sebelum seseorang mempelajari sastra. “Pawintenan Sarii dan Saraswati sengaja tidak kami gelar. Karena jika dilakukan, peserta akan lebih membeludak lagi,” imbuhnya.

Ketua PHDI Kabupaten Karangasem, I Wayan Astika, yang diwakili Wakil Ketua I PHDI Karangasem, Ida Made Pidada Manuaba, mengapresiasi acara pawintenan massal ini. Diharapkan ritual ini bisa dilaksanakan setiap tahun karena sangat membantu umat, terutama pamangku. Sebelumnya Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti juga menegaskan bahwa jika mengikuti ritual ini secara bersama-sama, akan mampu membangun rasa kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan, juga penghematan secara ekonomi dan yang paling penting adalah membangun kesetaraan.  “Ke depan kami akan membuat acara massal lainnya, seperti matatah massal dan sapuh leger yang diupayakan gratis,” tegas Ida Pandita Dukuh Celagi. *mao

Komentar