nusabali

Dagang ‘Dibunuh’ Selingkuhan

  • www.nusabali.com-dagang-dibunuh-selingkuhan

Korban Ni Ketut Dania ditemukan tewas tergeletak di jalan dengan tubuh tertindih motor Mio dalam kondisi mesin hidup

Sebelum Tewas, Korban Pamitan Mau Kirim Buah
Pelaku Sempat Titip Anak Angkat Korban

TABANAN, NusaBali
Kematian tragis Ni Ketut Dania, 45, dagang buah asal Banjar Abang, Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan yang tewas dibantai selingkuhannya, I Nengah Parna, 47, menyisakan sederet cerita unik. Sebelum tewas dibunuh selingkuhannya, Rabu (15/6) dinihari, korban Ketut Dania pamit hendak kirim buah ke Pasar Baturiti dan sempat beri uang bekal makemit untuk suaminya. Sementara, pelaku Nengah Parna sempat menitipkan anak angkat korban yang berusia 5 tahun ke Desa Bangli, Kecamatan Baturiti.

Sepenggal cerita ini diungkapkan suami korban, I Made Partayasa, 41, kepada NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Abang, Desa Pakraman Baturiti, Kamis (16/6). Made Partayasa mengisahkan, sebelum peristiwa maut, dia
bersama istrinya, korban Ketut Dania, sempat tangkil (sembahyang) ke  Pura Pucak Pengungangan, Desa Pakraman Baturiti, yang berjarak hanya sekitar 300 meter arah timur rumahnya pada Anggara Kasih Dukut, Selasa
(14/6). Selain istri, anak angkatnya yang masih kecil, Agus Gunawan, 5, juga ikut sembahyang ke pura.

Kemudian malamnya, Selasa sekitar pukul 20.00 Wita, korban Ketut Dania pamitan kepada suaminya hendak
pergi kirim buah ke Pasar Baturiti. “Saya sempat diberi bekal untuk  makemit (begadang di pura). Saya sebagai pecalang malam itu memang meneruskan makemit di pura,” kenang Partayasa.

Partayasa baru tahu jika istrinya, Ketut Dania, jadi korban pembunuhan, Kamis pagi, atau sehari pasca mayatnya ditemukan tergeletak tertindih motor Mio di jalan umum rute Desa Baturiti-Desa Bangli (Kecamatan Baturiti,
Tabanani), setelah mendapat kabar dari polisi. “Saya menyangka istri  saya meninggal karena kecelakaan lalulintas. Sebab, waktu itu dilihat warga tertindih motor dalam kondisi mesin hidup,” jelas Partayasa.

Partayasa memaparkan, saat istrinya ditemukan tewas tertindih motor di jalan tanjakan sebelah timur Puskesmas Pembantu Baturiti di kawasan Desa Bangli, dia mendapat informasi dari pamangku Pura Pengungangan. “Di HP
istri saya ada nomor berisi nama Pak Mangku. Nomor itu ditelepon polisi  dan Jro Mangku meneruskannya kepada saya,” tutur Partayasa.

Setelah mendapat kabar duka itu, Partayasa pun langsung berangkat ke Desa Bangli yang berjarak sekitar 3 kilometer arah timur rumahnya, melewati jalan pintas. Saat itu, Rabu (15/6) dinihari, dia memutuskan membawa
jenazah istrinya ke rumah duka dan menolak permintaan polisi untuk dilakukan otopsi. “Saya ikhlaskan kepergian istri dan saya tolak otopsi.Saya ingin arwah istri tenang dan tidak diperlakukan seperti binatang,” tandas Partayasa.

Menurut Partayasa, korban Ketut Dania yang diduga tews dibunuh selingkuhan ini merupakan istri keduanya. Sebelum menikah pada 20 Agustus 2010, korban Ketut Dania kala itu menyandang status janda. Korban pernah menikah dengan I Wayan Degdeg, asal Desa Bangli, Kecamatan Baturiti. Dari perkawinan pertama istrinya itu, ada
dua anak lelaki: I Wayan Sunarsa, 25, dan I Kadek Partayasa, 21.

Partayasa sendiri mengaku tidak kenal dengan Nengah Parna, pelaku pembunuhan yang diduga sebagai sopir sekaligus selingkuhan istrinya. “Saya tidak kenal lelaki itu. Memang kalau ke pasar, istri saya bawa mobil, tapi saya tak tahu siapa sopirnya,” jelas Partayasa.

Dia mengatakan, pekerjaan istrinya selama ini adalah berjualan buah ke pasar. Buah beragam jenis tersebut dibeli dari sejumlah petani di berbagai kawasan. “Kemarin (sebelum ditemukan tewas) pas kirim buah anggur (markisa, Red) ke pasar,” papar Partayasa yang kemarin didampingi anak tirinya, Wayan Sunarsa, dan sang anak kandung Agus Gunawan. Setelah mengetahui istrinya bukan tewas lakalantas, melainkan dibunuh, Partayasa pun menuntut agar pelaku diproses secara hukum.

Sementara itu, putra sulung korban Ketut Dania dari pernikahannya dengan Wayan Degdeg, yakni Wayan Sunarsa,
menceritakan sebelum peristiwa maut, dirinya sempat didatangi pelaku Nengah Parna di Banjar/Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Selasa (14/6) malam pukul 23.00 Wita. Kedatangan Nengah Parna malam itu adalah untuk
menitipkan adik titinya yang kini berusia 5 tahun, Agus Gunawan. Selama ini, bocah Agus Gunawan memang selalu ikut ibundanya, almarhum Ketut Dania, ke pasar walaupun malam hari. Namun, entah kenapa, malam itu anak tersebut dititipkan ke rumah kakak tirinya di Desa Bangli.

Menurut Wayan Sunarsa, malam itu pelaku Nengah Parna datang tergesa-gesa meniitipkan Agus Gunawan, dengan alasan ibundanya masih lama di Pasar Baturiti. Sedangkan Nengah Parna selaku sopir harus buru-buru ke Denpasar untuk urus surat perceraian anaknya. “Saya tak ada firasat apapun, tapi sempat curiga dengan Nengah Parna yang titipkan adik tiri saya ke rumah,” cerita Sunarsa di rumah duka, Kamis kemarin.

Berselang beberapa jam kemudian, kata Sunarsa, warga kembali mendatangi rumahnya dan mengabarkan bahwa ibunya yang telah menikah lagi ke Banjar Abang, Desa Baturiti ditemukan meninggal di jalan sebelah timur Pustu Baturiti, dengan tubuh tertindih motor Mio tanpa plat yang dalam kondisi mesin masih hidup. “Saya menyangka ibu kecelakaan dalam perjalanan pulang dari Pasar Baturiti,” katanya.

Setelah mengetahui ibunya tewas dibunuh, Sunarsa pun menuntut pelakunya diproses sesuai hukum. Sunarsa
mengaku kenal dengan pelaku Nengah Parna sebatas sebagai buruh serabutan dan kadang menjadi sopir ibunya. Terkait dugaan hubungan gelap  (perselingkuhan) ibunya dengan pelaku, Sunarsa tidak mengetahuinya.

Sunarsa sendiri menganggap suami kedua ibunya, Wayan Partayasa, sudah sebagai
ayah kandung. Sebab, sejak ibunya kawin lagi, Sunarsa sering ikut ibu dan diperhatikan oleh ayah tirinya. Saat berumah tangga, barulah Sunarsa tinggal pisah ke Banjar Bangli, Desa Bangli. 7 k21

Komentar