nusabali

Pemikiran Putrayasa Dalam Patung Gurita Raksasa

  • www.nusabali.com-pemikiran-putrayasa-dalam-patung-gurita-raksasa

Octopus Giant, Visual Art Project di Pantai Berawa

DENPASAR, NusaBali

Sebuah seni instalasi bambu ‘Octopus Giant’ berwujud Gurita Raksana berdiri kokoh di Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Mahakarya ini diinisiasi oleh Ketut Putrayasa selaku pematung, Wayan Seriyoga Parta (kurator), dan I Made Dwijantara (Direktur Bumdes Tibubeneng). Gurita raksasa ini merupakan pemikiran yang mengangkat spirit kelautan.

Octopus Giant merupakan art project yang digelar serangkaian Berawa Beach Art Festival (BBAF) ke-2 dengan tema ‘Deep Blue Spirit’. Kabarnya, anyaman gurita tersebut menghabiskan hingga 18 ton bambu dan digarap oleh kurang lebih 50 orang pekerja dalam kurun waktu selama 3 minggu. Bahan bambu yang dipergunakan, secara khusus didatangkan dari daerah Bangli dengan menggunakan tiga unit truk.

Sang kreator, Ketut Putrayasa mengatakan, octopus giant upaya mengangkat ‘spirit kelautan’ dengan intensi yang lebih kuat sebagai suatu “manifesto kesadaran”. Octopus giant ini inspirasi visual yang punya konten sebagai metafor kecerdasan dalam membangun narasi spirit kelautan nusantara. dalam kontek ke-Indonesiaan, kelautan adalah soal yang sangat luas dan menentukan dalam konstelasi negara bangsa serta peradaban.

“Kelautan sebagai kosmosa ekologis dan kultural dengan segala dimensinya. Spirit kelautan ‘blue spirit’ bisa menjadi tagar kunci dalam wacana dan sosialita kelautan, bisa memicu tagar turunan, seperti ‘blue cultural’, ‘blue economic’, dan sebagainya,” ujarnya.

Sementara Bali dalam tatanan kosmologi, menempatkan segara atau laut sangat vital sebagai sumber budaya dan spiritual. Esensi kosmologi kelautan Bali adalah keharmonisan berkesinambungan dalam pola hubungan hita karana manusia dan alam. “Suatu intensi kedalaman spirit yang kemudian melahirkan kearifan lokal, yang kini terformalkan dalam dresta desa mawecara, semacam regulasi adat yang menjadi koridor praksis pada masing-masing wilayah praktek kebudayaan,” papar Putrayasa.

Octopus Giant digambarkan megah dan kuat. Kepalanya bulat mendongak, mata selalu awas dan delapan lengannya menelusuk endapan pasir seakan menggenggam ibu pertiwi. Tanpa tulang, binatang cerdas ini bisa masuk ke dalam atau ke luar ruang yang tergolong sempit. Karena tempat tinggalnya penuh dengan sampah plastik, ia keluar dan kini berada kokoh seperti penjaga Pantai Berawa. Bahkan, masyarakat setempat memanfaatkannya sebagai tempat pertunjukan seni akbar dengan kolaborasi tata cahaya yang kuat. “Bali kini berada pada situasi orkestra kompleks, antara keriuhan ritus ritual, perlombaan eksploitasi sumber daya alam, serta berbagai kepentingan yang beresiko menghasilkan disharmoni peradaban,” imbuhnya.

Gurita raksasa ini dibentuk dari anyaman bambu yang acak. Beberapa obyek lain, seperti ikan juga dari anyaman bambu, melengkapi nuansa ekologis kelautan. “Pemilihan gurita sebagai objek utama, karena memiliki alasan inspiratif. Wujud alamiahnya yang unik, memiliki potensi metaporik dan simbolik yang luas,” tandasnya. *ind

Komentar