nusabali

Operasi Pengecilan Lambung

  • www.nusabali.com-operasi-pengecilan-lambung

Puluhan Dokter Bedah Umum dan Digestif Ikuti 1st Bali Bariatric Surgery Forum

Operasi Bedah Bariatric Bukan Operasi Kosmetik


DENPASAR, NusaBali
Buat pertama kalinya Bali Bariatric dan Bali Royal (BROS) Denpasar bekerjasama mengadakan seminar Bali Bariatric di rumah sakit setempat, Rabu (23/1). Seminar yang dilaksanakan selama satu hari ini ingin mengenalkan bahwa operasi bedah bariatric bukan operasi kosmetik untuk melangsingkan badan. Melainkan operasi bedah bariatric adalah untuk menyelamatkkan pasien dari ancaman komplikasi penyakit akibat diabetes dan penyakit lainnya akibat dari obesitas.

Ketua Bali Bariatric Surgery, dr Gede Eka Rusdi Antara, SpB KBD, MARS mengatakan, seminar ini melibatkan peserta dari ahli bedah umum dan bedah digestif dari hampir seluruh Indonesia. “Forum ini sebenarnya sudah direncanakan, dan bedah bariatric juga baru berkembang satu windu ini. Seminar ini kita adakan berkolaborasi dengan berbagai bidang ilmu diantaranya, dari bedah digestif, anastesi, nutrisi, ketua perhimpunan dan manajemen,” ujarnya.

Operasi bedah bariatric mulai dikembangkan di RSU Bali Royal sebagai salah satu produk unggulan. Sekaligus ini adalah salah satu pengembangan medical tourism.

Ida Ayu Oka Purnamawati SS MM selaku Direktur Pengembangan Bisnis PT Putra Husada Jaya mengatakan, hingga saat ini, banyak pasien dari luar negeri terutama Australia dan New Zealand yang melakukan operasi bedah bariatric. “Ada satu dari lokal dengan berat mencapai 230 kg, itu sudah turun sebanyak 40 kg dalam waktu enam bulan. Tapi ini memang harus diikuti dengan pola makan yang sehat. Bedah bariatric ini merupakan salah satu pengembangan medical tourism di RSU Bali Royal,” ungkapnya.

Karena operasi bedah bariatric berhubungan dengan mengurangi besarnya lambung, maka menurut Ketua Kolegium Bedah Digestif, Prof Dr Ign Riwanto SpB KBD, ini merupakan area bedah digestif. Bedah digestif sendiri merupakan bedah yang yang berhubungan dengan sistem pencernaan yang dimulai dari kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, hati, pankreas, limfa, dan saluran empedu.

“Tapi karena operasi bariatric ini perkembangannya baru belakangan, kendala utama bagi kita untuk berkembang mungkin dari sisi pasiennya. Karena mungkin mereka ada yang ingin sebetulnya, tapi tidak semudah itu bisa dioperasi. Kita harus tahu bahwa perilaku makan itu berubah antara sebelum dan sesudah (operasi). Sehingga kita harus edukasi dulu. Karena kalau tidak mau berubah, resiko stres setelah operasi besar,” ungkapnya.

 Ketua Perhimpunan Bedah Endo Laparoskopi Indonesia, dr Errawan Wiradisuria SpB KBD MKes menambahkan, biaya operasi bariatric cukup mahal karena belum dicover oleh asuransi. Hal ini karena baik dari institusi pemerintahan, lembaga kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bahkan asuransi masih menganggap operasi bariatric ini adalah operasi untuk kecantikan. Berbeda dengan di luar negeri yang menganggap kegemukan atau obesitas adalah penyakit, sehingga operasi bariatric bersedia ditanggung oleh asuransi.

“Kita harus berusaha memberikan pengertian dari pihak asuransi, bahwa ini bukan kosmetik (untuk kecantikan, red). Bedah bariatric hanya mengecilkan volume lambung. Tujuan utamanya, menurunkan berat badan dan memperbaiki atau mengobati diabetes,” katanya.

Maka dari itu dr Errawan berharap, forum ini bisa menghasilkan beberapa keputusan strategis berupa guide line atau panduan tentang bedah bariatric agar seragam di seluruh Indonesia. Serta dibentuknya task force atau gugus tugas untuk membantu masyarakat yang menderita severe obese di wilayah Indonesia. Termasuk dibentuknya training center untuk peningkatan kompetensi dalam penanganan obesitas dari sisi bedah digestif.

Ditambahkan oleh spesialis bedah digestif, Dr dr Reno Rudiman SpB KBD,  pada bariatric surgery dilakukan pengecilan volume lambung sehingga terjadi perubahan proses metabolisme dan pencernaannya, disertai dengan perubahan pola hidup sehingga pada bedah bariatric, penurunan berat badannya akan secara keseluruhan, dan fisiologi badannya akan menyesuaikan dengan situasi yang baru. “Jadi penyakit seperti diabetes dan hipertensi dapat membaik,” tegasnya.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (PP IKABI), dr Nurhayat Usman SpB KBD mengatakan, pihaknya tengah mencoba publikasi kepada asuransi swasta terlebih dulu untuk mengcover operasi bedah bariatric. Sedangkan untuk diskusi dengan BPJS Kesehatan dirasa belum memungkinan, mengingat saat ini banyak perampingan yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan, temasuk penyakit apa saja yang dicover. “Saya rasa asuransi swasta lebih memungkinkan untuk diskusi, bahwa ini adalah suatu penyakit (obesitas) sehingga lebih mengerti dan bisa mengcover ini,” katanya. *ind

Komentar