nusabali

Istri Meninggal, Duda Gantung Diri

  • www.nusabali.com-istri-meninggal-duda-gantung-diri

Korban juga kerap didengar ngobrol sama anak perempuannya yang baru berusia dua tahun menyampaikan bahwa korban akan mati.  

GIANYAR, NusaBali
Diduga frustasi pasca istri meninggal sekitar enam bulan lalu, seorang duda I Nyoman Arsana,34, di Banjar Basangambu, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.

Dua yang istrinya meninggal karena sakit kanker mulut ini, gantung diri menggunakan tali plastik biru di pohon Manggis, beberapa meter timur sanggah (tempat persembahyangan) korban, Jumat (18/1) sekitar pukul 18.00 Wita. 

Tragisnya, jasad korban baru diketahui oleh ipar korban, Ni Kadek Yastiti,34, pada keesokan harinya, Sabtu (19/1) sekitar pukul 07.00 Wita. Yastiti adalah istri dari kakak korban. Sebelum tewas mengenaskan, korban yang sehari-hari bekerja sebagai buruh angkut pasir ini berulang kali menyebut ingin bunuh diri. Bahkan korban kerap mengatakan agar kedua anaknya, masing-masing I Wayan Arta Wiguna,11, dan Ni Kadek Ratna Dewi,2, dirawat ketika ia tiada.

Menurut Yastiti, terakhir kali ia bertemu korban pada Jumat (18/1) sore. Saat itu, korban usai membuatkan air hangat untuk memandikan anak korban yang kedua. Setelah air hangat siap, seperti biasa ipar korban dimintai bantuan untuk memandikan putri kecilnya itu. Bahkan korban sudah menyiapkan pakaian pengganti untuk si kecil. Setelah itulah, korban menghilang tanpa jejak. 

“Tiyang kira, kakak ipar tiyang ini pergi matuakan (minum tuak) atau mengangkut pasir. Karena ia terbiasa kerja malam, biasa juga matuakan sampai larut malam. Jadi gak ada curiga apa-apa waktu itu,” jelas Yastiti saat ditemui di rumah duka, Minggu (20/1). 

Ia mengaku sempat mendengar suara aneh di lokasi korban gantung diri. Namun karena suasana sudah malam, ia mengira suara tersebut hanya buah kelapa yang jatuh. Barulah keesokan harinya, Yastiti bermaksud mengecek sumber suara itu bersama mertua dan suaminya. Betapa kagetnya ia. Ternyata setelah tiba di tegalan, Yastiti melihat tubuh korban sudah menggantung di pohon Manggis. Tubuh korban menggantung sekitar 3,5 meter dari atas permukaan tanah, memakai tali plastik biru, bekas tali jemuran pakaian. Seketika itu pula ia kaget dan bergegas minta bantuan tetangga untuk menurunkan korban. “Saat tiyang lihat tubuhnya sudah kaku. Pas diturunkan, langsung dibawa ke bale dauh,” jelasnya. 

Pihak keluarga langsung melaporkan kejadian itu kepada Kelian Adat Basangambu dan Bendesa Adat Basangambu untuk berkoordinasi tentang penguburan korban. Karena di wilayah tersebut sedang ada kegiatan Piodalan di Pura Mrajapati. “Karena ada odalan, Sabtu tengah malam baru ngubur jenazah di Setra Adat Basangambu,” jelasnya.

Mengenai motif gantung diri, Yastiti enggan menduga-duga. Hanya saja, semenjak istrinya meninggal dunia, korban selalu tampak murung. Korban juga kerap didengar ngobrol sama anak perempuannya yang baru berusia dua tahun menyampaikan bahwa korban akan mati. “Bapak kal mati nah Na. Kal kalain Bapak mati nah Na,” ujar Yastiti menirukan perkataan korban. 

Kepada kakaknya, I Wayan Wargita,36, korban juga sudah menyampaikan untuk menitip anaknya. “Diminta untuk bantu merawat anak-anaknya, karena mereka masih kecil,” terang Yastiti. Mendengar curhatan korban, pihak keluarga sejatinya sudah mengantisipasi. Korban sering dinasehati agar tegar dan jangan berbuat aneh-aneh. Namun apa daya, korban tetap nekat menyusul istrinya. Pihak keluarga menerima dengan ikhlas kejadian itu sebagai suatu musibah.*nvi

Komentar