nusabali

Siswa SMA Bunuh Diri Usai Dimarahi Wakasek

  • www.nusabali.com-siswa-sma-bunuh-diri-usai-dimarahi-wakasek

Korban ulahpati Kade Birawa dikenal sebagai siswa Kelas I SMAN 2 Negara yang berprestasi di sepakbola, bahkan sempat tanding hingga ke Singapura.

 “Memang siswa bersangkutan (korban) semapt dimarah, karena diduga akan berbuat mesum. Karena tidak terima dimarahi, yang bersangkutan pilih nekat bunuh diri,” papar Sudarma Putra di Negara, Minggu (1/5).

Sementara, informasi yang dihimpun NusaBali di lapangan, peristiwa maut bunuh diri siswa Kelas I SMA ini bermula saat korban mengikuti kegiatan ektrakulikuler drama di sekolahnya, Sabtu sore pukul 16.00 Wita. Ketika mengikuti ektrakulikuler sore itu, kebetulan seorang petugas waker sekolah memergoki korban Kade Birawa bersama pacarnya, Ni Putu DR, 16, yang notabene teman sekelasnya. Dua sejoli ini dipergoki masuk bersama ke kamar mandi sekolah.

Petugas waker SMAN 2 Negara pun langsung mengamankan kedua sejoli yang sempat masuk kamar mandi bersama ini, untuk kemudian dilaporkan kepada Wakasek Bidang Kesiswaan. Kebetulan, Wakasek Bidang Kesiswaan SMAN 2 Negara, nengah Dwi Adnyana, sedang menghadiri kegiatan Pramuka di Stadion Pecangakan yang dekat dari sekolahnya.

Begitu menerima laporan dari sang waker, Wakasek Dwi Adnyana langsung meluncur ke SMAN 2 Negara untuk memberikan pembinaan terhadap korban dan pacarnya. Namun, dalam melakukan pembinaan sore itu, Wakasek asal Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana ini diduga melakukannya dengan cara cukup keras, bahkan mengancam akan kelurkan korban dari sekolah. Ancaman itulah yang diduga membuat korban Kade Birawa yang sejatinya sudah sangat malu dengan perbuatannya menjadi kian tertekan secara psikogis.

Nah, sepulang dari ekstrakurikuler di mana sempat dimarahi Wakasek Bidang Kesiswaan, korban Kade Birawa langsung masuk kamar. Dalam sekejap, korban ditemukan ibundanya, Ayu Putu Antari, dalam kondisi menggantung di dalam kamar, Sabtu sore pukul 16.30 Wita atau hanya berelang 30 menit pasca ekstrakurikuler drama di sekolahnya.

Ibunda korban, Ayu Putu Antari, tahu putranya gantung diri berselang 20 menit setelah pulang dari sekolah. Begitu pulang dari sekolah, korban langsung masuk ke kamar. Ibunya sempat panggil-panggil putranya ini untuk disuruh kasi makan ayam. Karena tidak ada sahutan, Ayu Putu Antari pun menengok putranya ke dalam kamar. Ternyata, korban sudah gantung diri.

Korban merupakan anak bungsu dari dua bersaudara keluarga pasangan suami istri I gede Arjana, 48, dan Ayu Putu Antari, 46. Sedangkan kakak korban adalah perempuan, yakni Ni Putu Ari Krisnawati, 23.

Saat NusaBali berkunjung ke rumah duka di Banjar Berawan Salak, Desa Pakraman Banyubiru, Kecamatan Negara, Minggu kemarin, ayah korban yakni Gede Arjana tampak masih shock dan sangat kehilangan atas kematian tragis putranya. Namun, ayah korban berusaha tabah. Sedangkan sang istri, Ayu Putu Antari, yang sangat terpukul atas kehilangan putranya, beberapa kali lunglai sehingga harus dipapah kerabatnya.

Menurut ayah korban, Gede Arjana, dirinya tidak dapat firasat buruk sebelum peristiwa maut merenggut nyawa putranya, Kade Birawa yang bercita-cita jadi polisi. “Kami sama sekali tidak memiliki firasat apa pun. Hanya saja, adik kandung saya yang tinggal di Denpasar, Komang Sukaharta, mengaku sempat mimpi aneh tiga hari lalu. Dalam mimpinya, anak saya dikatakan meninggal. Itu baru saya tahu ketika pas saaya telepon dia tadi (kemarin),” tutur Gede Arjana yang juga Ketua Anak Ranting PDIP Banjar Berawan Salak, Desa Banyubiru, kepada NusaBali.

Gede Arjana menyebutkan, sebelum peristiwa maut sore itu, korban tidak ada pesan apa pun. “Saya tidak menyangka akan terjadi peristiwa seperti ini,” keluh buruh proyek yang kemarin didampingi sang istri, Ayu Putu Antari, dan putri sulungnya, Putu Ari Krisnawati ini.

Korban Kade Birawa seniri dikenal memiliki segudang prestasi olahraga cabang sepakbola. Saat ini, korban merupakan pemain beck tengah Bali Putra Dewata FC. Menurut Gede Arjana, putranya yang tewas ulahpati ini pernah mengikuti turnamen sepakbola hingga ke Singapura tahun 2011 silam. Selain dikenal sebagai pemain bola, korban Kade Birawa juga aktif sebagai anggota Sekaa Baleganjur di desanya.

Gede Arjana mengisahkan, pihak keluarga tidak terima dengan latar belakang aksi ulahpati putranya, yang sempat dimarahi di sekolah. Apalagi, dari penuturan pacar korban, Ni Putu DR, yang sempat melayat ke rumah duka, langkah pembinaan oleh Wakasek Bidang Kesiswaan SMAN 2 Negara dinilai terlalu berlebihan. Dari yang didengarnya, selain terus didesak, putranya sudah tidak bisa berkata apa dan terus menangis, juga sempat dipermalukan dengan dipertontokan di hadapan sejumlah anggota OSIS SMAN 2 Negara sore itu.

Kemudian, kata Gede Arjana, HP putranya juga sempat dirampas secara paksa oleh sang Wakasek. Hingga kini, HP-nya masih ditahan. “Kemudian, yang saya kira berat menjadi pemikiran anak saya adalah ancaman mau dikeluarkan dari sekolah dan dibuat malu. Itu membuat saya tidak terima,” tandas Gede Arjana.

Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMAN 2 Negara, I Wayan Sudiarta, mengaku tidak tahu secara pasti permasalahan korban Kade Birawa hinggadimarahi Wakasek Bidang Kesisawaan saat ekstrakurikuler. Pasalnya, saat kejadian sore itu, dirinya sedang berada di Tabanan. Namun, Kasek Sudiarta mengaku dapat laporan via telepon.

Dari laporan per telepon Sabtu sore itu, kata Kasek Sudiarta, korban Kade Birawa dilaporkan ke Wakasek Bidang Kesiswaan setelah kepergo masuk kamar mandi berua dengan pacarnya. “Karena perilaku seperti itu memang tidak mungkin dilakukan pembiaraan, makanya langsung dilakukan pembinaan,” katanya.

Selaku Kasek SMAN 2 Negara, Sudiarta mengaku sudah minta keterangan Wakasek Bidang kesiswaan, Dwi Adnyana. Sang Wakasek menyatakan tidak ada pemukulan, ancaman, maupun kesengajaan mempemalukan korban beserta pacarnya di sekolah. “Sebenarnya hari ini (kemarin) kami rencana ajak bicara orangtua korban. Kami juga sempat berusaha memberikan penjelasan kepada orangtua korban, tetapi rasanya waktu belum tepat,” ujar Kasek Sudiarta. * ode

Komentar