Dalang se-Bali Terdata 386 Orang
Penyuluh Bahasa Bali berhasil mendata 386 dalang di seluruh Bali pada kurun tahun 2017-2018 ini.
SINGARAJA, NusaBali
Pendataan dalang tersebut dimaksudkan untuk memetakan pelestarian bahasa Bali selama ini yang dilakukan melalui pagelaran wayang kulit. Ratusan dalang itu pun dibuatkan biografi singkat agar terdokumentasi dengan baik.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, Nyoman Suka Ardiyasa, Kamis (20/12) kemarin mengaku memilih dalang dalam pendataan mengingat dalang merupakan profesi terdepan dalam upaya pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali. Dalang dalam pementasan wayangnya selalu memakai bahasa Kawi, bahasa Bali tengahan, serta alur cerita yang dibawakan diambil dari berbagai sastra.
“Jadi sensus yang kami lakukan saat ini terhadap jenis-jenis kekayaan budaya, selain untuk mendapatkan data yang pasti, ke depannya kami memiliki dasar untuk direkomendasikan untuk mendapatkan perhatian d ari pemerintah dan masyarakat. Mengingat dalang ini merupakan pucuk pelestari bahasa dan sastra Bali sampai saat ini,” kata dia.
Ia pun menyebutkan data tersebut akan dipakai pijakan untuk membuat perencanaan selanjutnya, mengingat saat ini kendala yang masih dihadapi soal regenerasi dalang yang masih sangat minim dan sepi peminat. “Kalau datanya sudah klop, kami tahu bagaimana kondisinya, di sana baru bisa dibuatkan program, apakah perlu pelatihan, regenerasi, atau membangkitkan pakem tertentu dalam perguruan tinggi. Banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan dengan pendataan ini,” imbuh Suka.
Dari hasil pemetaan sementara dengan jumlah total 386 orang dalang, Suka pun mengklaim, masih banyak masyarakat Bali yang menggeluti profesi dalang. Hal ini pun diharapkan Suka dapat bertahan seterusnya. Sehingga dalang sebagai profesi yang mutlak dalam pelestraian bahasa, sastra dan aksara Bali dapat terus menjaga eksistensi Bali dengan bahasa ibunya. *k23
Pendataan dalang tersebut dimaksudkan untuk memetakan pelestarian bahasa Bali selama ini yang dilakukan melalui pagelaran wayang kulit. Ratusan dalang itu pun dibuatkan biografi singkat agar terdokumentasi dengan baik.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, Nyoman Suka Ardiyasa, Kamis (20/12) kemarin mengaku memilih dalang dalam pendataan mengingat dalang merupakan profesi terdepan dalam upaya pelestarian bahasa, aksara dan sastra Bali. Dalang dalam pementasan wayangnya selalu memakai bahasa Kawi, bahasa Bali tengahan, serta alur cerita yang dibawakan diambil dari berbagai sastra.
“Jadi sensus yang kami lakukan saat ini terhadap jenis-jenis kekayaan budaya, selain untuk mendapatkan data yang pasti, ke depannya kami memiliki dasar untuk direkomendasikan untuk mendapatkan perhatian d ari pemerintah dan masyarakat. Mengingat dalang ini merupakan pucuk pelestari bahasa dan sastra Bali sampai saat ini,” kata dia.
Ia pun menyebutkan data tersebut akan dipakai pijakan untuk membuat perencanaan selanjutnya, mengingat saat ini kendala yang masih dihadapi soal regenerasi dalang yang masih sangat minim dan sepi peminat. “Kalau datanya sudah klop, kami tahu bagaimana kondisinya, di sana baru bisa dibuatkan program, apakah perlu pelatihan, regenerasi, atau membangkitkan pakem tertentu dalam perguruan tinggi. Banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan dengan pendataan ini,” imbuh Suka.
Dari hasil pemetaan sementara dengan jumlah total 386 orang dalang, Suka pun mengklaim, masih banyak masyarakat Bali yang menggeluti profesi dalang. Hal ini pun diharapkan Suka dapat bertahan seterusnya. Sehingga dalang sebagai profesi yang mutlak dalam pelestraian bahasa, sastra dan aksara Bali dapat terus menjaga eksistensi Bali dengan bahasa ibunya. *k23
Komentar