nusabali

Inilah Kartini Bernyali…

  • www.nusabali.com-inilah-kartini-bernyali

Perjuangan Kartini terus menginspirasi wanita Indonesia. Tiga wanita ini menjadi trending topic yang tak bosan dibicarakan. Siapa mereka?

Ir Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. 
Risma, demikian ia biasa disapa, menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai Walikota untuk periode 2010-2015.  Ia kemudian dipercaya kembali untuk masa kerja lima tahun berikutnya. Ia terkenal sebagai sosok tegas dan tak kenal kompromi. 

Risma juga tercatat sebagai wanita pertama yang dipilih langsung menjadi walikota melalui pemilihan kepala daerah sepanjang sejarah demokrasi Indonesia di era reformasi dan merupakan kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.

Sebelum menjadi walikota, Risma menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko) hingga tahun 2010. Risma meniti karier sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) Kota Surabaya sejak dekade 1990-an.

Risma dikenal sebagai pejabat yang berwawasan lingkungan. Paru-paru kota ia perbanyak di Surabaya. Salah satu bukti kegemilangan Risma di Surabaya adalah menjadikan Taman Bungkul sebagai taman terbesar dan terkenal di kotanya. Ia juga membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang Jalan Basuki Rahmat hingga Panglima Sudirman. Taman Bungkul mendapatkan penghargaan sebagai taman terbaik se-Asia, 2013 (The 2013 Asian Townscape Sector Award).

Taman-taman kota yang dibangun Risma adalah pemugaran Taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya. Selain itu Risma juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman.

Kiprah Risma terus bergerak. Negeri terhenyak saat menyaksikan ceritanya di Mata Najwa, Metro TV.  “Saya selama ini sudah berikan yang terbaik untuk warga Surabaya. Semua yang saya miliki sudah saya berikan. Saya sudah tak punya apa-apa lagi, semua sudah saya berikan, ilmu saya, pikiran saya, bahkan kadang anak saya pun tidak saya urusi. Tapi, saya percaya, kalau saya urusi warga Surabaya, anak saya diurusi Tuhan. Saya sudah berikan semuanya, jadi saya mohon maaf.” 

Ia ingin memimpin melewati sekat-sekat fisik sebuah kota, dan mulai menyentuh persoalan kemanusiaan. Beberapa waktu lalu, berbagai media menuliskan, ‘Walikota yang Siap Mati Demi Ditutupnya Prostitusi’. Kesiapannya dan keikhalasan untuk mati ia kisahkan kembali di Mata Najwa dengan air mata yang tertahan, kesiapan melawan sebuah ‘kekuatan besar’.

Bagaimana Risma berkomitmen menutup Dolly, lokalisasi di Surabaya? Pada Juni 2014, lokasi prostitusi terbesar se-Asia Tenggara itu resmi ditutup. Bukan persoalan mudah menutup lokasi prostitusi yang sudah berusia 100 tahun itu. Berbagai penolakan disampaikan warga Dolly kepada Risma.

Namun, di balik gemerlap dunia seks di Dolly, Risma melihat banyaknya praktik penindasan dan perlakuan sewenang-wenang yang dilakukan pihak tertentu terhadap pekerja seks komersial (PSK) di sana.

Perlakuan sewenang-wenang yang dimaksud Risma adalah saat para PSK diikat dengan skema utang yang tidak masuk akal. Akibatnya, mereka terus dipaksa bekerja di sana.
Kemudian, dia juga menemukan sejumlah fakta sosial menyedihkan di lapangan. 

Misalnya, saat dia mendatangi salah satu PSK yang sudah berumur 60 tahun di suatu wisma lokasi prostitusi di Surabaya, Jawa Timur. Risma begitu terkejut mengetahui pelanggan PSK itu mulai dari anak SD atau SMP. "Soal penyebaran penyakit, di lokasi prostitusi itu pasti. Saya tidak bicara surga neraka atau halal haram, tapi ada praktik penindasan di sana," kata Risma, medio 2014 lalu. Iinilah yang membangkitkan semangat Risma untuk membongkar Dolly.

Risma menyadari besarnya perputaran uang di Dolly. Menurut hitungan AFP, dalam sehari semalam, uang yang berputar di kawasan Dolly mencapai Rp 300 juta hingga Rp 500 juta (25.000 dollar AS-42.000 dollar AS). Adapun para PSK mendapatkan penghasilan sebesar Rp 10 juta hingga Rp 13 juta per bulan (850 dollar AS-1.100 dollar AS). Meski demikian, ia tetap membongkar kawasan Dolly.

Tak sekadar menutup, Risma juga memberi solusi kepada pihak-pihak yang kehilangan mata pencarian akibat penertiban Dolly. Pemerintah Kota Surabaya membeli semua wisma di sana. Sementara Kementerian Sosial dan Pemprov Jawa Timur memberi uang kepada ribuan PSK dan mucikari sebagai modal usaha.

Lokasi prostitusi itu dikembangkan sebagai pusat perekonomian baru. Masing-masing mendapatkan bantuan sosial sebesar Rp 5.050.000, dengan rincian, bantuan modal usaha Rp 3 juta, bantuan biaya hidup Rp 1,8 juta, dan biaya pulang ke daerah asal Rp 250.000.
Meskipun tidak keseluruhan PSK mengambil uang kompensasi, tangan dingin Risma menutup kawasan prostitusi ini perlu diapresiasi. PSK eks Dolly dan warga setempat diberi pelatihan, seperti membuat produk makanan olahan, batu akik, dan menjahit pakaian.

Di tangan dingin Risma, kota Surabaya menjadi lebih “adem”. Kota ini juga dipercaya menjadi tuan rumah Konferensi Habitat III Juli mendatang. Sekitar  3 ribu peserta dari 193 negara, akan berkunjung ke kota ini. Konferensi Habitat adalah sebuah forum bagi negara-negara yang memiliki kepedulian akan permasalahan perkotaan. Forum ini sudah diadakan dua kali, yaitu Konferensi Habitat I di Vancouver, pada 1976, dan Konferensi Habitat II di Istanbul pada 1996.

Menyelaraskan kiprah Menteri Susi di bidang perikanan, Risma mengikutinya dengan menghidupkan kampung nelayan menghidupkan kembali kampung nelayan di pesisir pantai Kenjeran. 

Walikota menginginkan pengolahan ikan di daerah itu harus higienis, supaya konsumen yang akan membeli ikan para nelayan tidak ragu tentang kebersihannya. Jadi tidak boleh sembarangan menjemur ikan. Ia berharap upaya ini menarik perhatian dunia dan mampu mengembangkan perekonomian masyarakat. 

Risma yang belum lama meraih penghargaan Ideal Mother Award dari Universitas Kairo, Mesir ini juga terus melengkapi dan mempercantik kota. Paling gres, yang pembukaannya untuk umum akan diresmikan saat hari jadi Surabaya Mei nanti adalah Jembatan Kenjeran. 

Jembatan sepanjang 800 meter itu seakan melingkar di pesisir Pantai Kenjeran, Surabaya. Jalannya luas, khusus tiga lajur dengan satu arah. Sepanjang jalan itu dihiasi lampu dan beberapa tanda lalu lintas. Tepat di tengah jembatan itu, terdapat lokasi selfie yang berbentuk bulat dan lebih lebar daripada jalan jembatan biasanya.

Jembatan Kenjeran tampak indah dengan air mancur menari di tengah laut. Tarian itu berasal dari perpaduan variasi lampu dengan semprotan air mancur yang di-setting oleh Dinas Pekerjaan Umum Surabaya. Air mancur ini menari dengan iringan lagu Surabaya oh Surabaya dan Jembatan Merah. 

Selanjutnya...

Komentar