nusabali

Songket Beratan Jadi Warisan Budaya Nasional

  • www.nusabali.com-songket-beratan-jadi-warisan-budaya-nasional

Bersama tari Teruna Jaya dan tradisi Nyakan Diwang, kerajinan Songket Beratan selanjutnya diusulkan masuk sebagai  warisan dunia.

SINGARAJA, NusaBali
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemndikbud) RI, akhirnya menetapkan kerajinan songket di Desa Pakraman Beratan Samayaji, Kelurahan Beratan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng sebagai warisan budaya nasional. Songket Beratan merupakan salah satu dari tiga tradisi dan budaya asal Buleleng yang ditetapkan sebagai warisan budaya nasional selain Tari Teruna Jaya dan tradisi Nyakan Diwang.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Gede Komang, Jumat (5/10) siang kemarin mengatakan, penetapan tradisi dan kebudayaan Buleleng sebagai warisan budaya nasional akan diumumkan pada tanggal 10 Oktober mendatang di Jakarta, dengan penyerahan sertifikat dari Kemendikbud.

“Awalnya yang diumumkan lolos sebagai warisan budaya nasional dari Buleleng hanya dua, yakni Tari Teruna Jaya ciptaan maestro Gde Manik dan tradisi Nyakan Diwang, yang hingga kini masih dilakukan oleh warga Kecamatan Banjar, saat pergantian puncak Nyepi ke ngembak geni. Ternyata kemarin menyusul satu lagi yakni Songket Beratan,” kata dia.

Menurut Gede Komang, kerajinan Songket Beratan yang dimiliki dan diciptakan oleh krama Desa Pakraman Beratan Samayaji merupakan salah satu kerajinan unggulan khas Buleleng. Kain songket Beratan juga dinilai tidak hanya memiliki motif yang unik jika dibandingkan dengan produksi tenun songket daerah lain, tetapi juga dari segi kualitas dan ketebalan kain juga nomor satu.

“Motifnya tidak mudah ditiru, anyaman songket juga lebih rapat, sehingga bisa bertahan lebih lama,”kata dia. Dengan diumumkannya tiga budaya dan tradisi Buleleng sebagai warisan budaya nasional, juga akan diteruskan untuk diusulkan kepada UNESCO, untuk menjadi warisan budaya dunia. Dengan penetapan tersebut, Gede Komang pun menjelaskan ke depannya, pemerintah otomatis wajib memberikan daya dukung dan daya ungkit, dari sarana, prasarana, dana, hingga langkah strategi untuk pelestarian.

“Bimbingan ke depannya jelas akan kami lakukan, jangan sampai setelah jadi warisan budaya, justru alatnya hilang, perajin tidak ada, modal sulit. Jadi pemerintah harus hadir dalam kendala yang dihadapi,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala Lingkungan Beratan Samayaji, Kelurahan Beratan, Nyoman Suharta dihubungi terpisah mengaku sangat bahagia kerajinan songket warisan leluhurnya diakui menjadi warisan budaya nasional. Hanya saja saat ini, warga Beratan seperti sedang bergantung di sebuah jembatan yang sudah rapuh.

Saat ini perajin songket Beratan yang sangat terkenal, kini tinggal hanya tiga orang saja, bahkan dua di antaranya sudah lansia. Jika alat tenunnya disebut masih ada sekitar 10 unit yang masih bagus. Pihaknya bersama beberapa tokoh di wilayahnya, terus berjuang untuk mempertahankan kelestarian dan keberadaan songket Beratan agar tidak sampai punah.

“Sebenarnya kami mengalami kendala di regenerasi. Karena dianggap tak menjanjikan, kerajinan songket ini tidak ada yang menekuni. Apalagi salah satu tokoh kami yang selama ini menampung hasil kerajinan juga kena musibah kemalingan,” kata dia.

Tantangan kondisi ini pun disebutnya menjadi keadaan yang bserba sulit. Ia pun berharap pemerintah Kabupaten Buleleng ke depannya dapat memberikan jalan keluar dan solusi setelah Songket Beratan ditetapkan menjadi warisan budaya nasional. Terutama dalam hal pemasaran dan promosi. “Sebenarnya kami di Beratan terus berupaya untuk membangkitkan lagi budaya yang kami punya, seperti mengenakan songket setiap piodalan, bahkan pecalang pun kami pakaikan songket dalam acara-acara tertentu untuk promosi tak langsung. Harapannya ke depan pemerintah dapat membantu kami, ya misalnya jangan hanya pakai seragam endek saja, ya songket juga mestinya dipakai,” ungkapnya.*k23

Komentar