nusabali

Warga Manikliyu Minta Museum Dilanjutkan

  • www.nusabali.com-warga-manikliyu-minta-museum-dilanjutkan

Masyarakat Desa Manikliyu, Kecamatan Kintamani, Bangli, berharap pembangunan museum peninggalan prasejarah dilanjutkan kembali.

BANGLI, NusaBali
Saat ini museum masih berupa bangunan terbuka tanpa tembok panyengker. Perbekel Desa Manikliyu, I Ketut Garis, menyampaikan peninggalan arkeologi yang ada di Desa Manikliyu meliputi sarkofagus, nekara, benda perunggu, gerabah, dan manik-manik. Benda-benda tersebut dititipkan di Balai Pelestarian Cagar Budaya karena tempatnya belum memadai untuk menyimpan peninggalan pra sejarah. “Sebelumya sempat akan diserahkan kembali pada kami, namun kami belum siap sehingga sampai sekarang masih dititipkan,” ungkap Ketut Garis, Minggu (7/6).

Benda yang dititipkan berupa manik-manik, sementara sarkofagus, tutup nakara masih di Desa Manikliyu. Ada satu sarkofagus yang masih utuh dan dua sarkofagus tanpa tutup. Peninggalan prasejarah tersebut ditemukan sekitar tahun 1997. Sekitar tahun 2000-an, Pemkab Bangli mendirikan bangunan menyerupai wantilan untuk tempat penyimpanan benda-benda pra sejarah itu. “Peninggalan tersebut ditemukan di lahan milik warga dan di lokasi tersebut langsung didirikan bangunan untuk penyimpanan. Hanya saja hingga kini bangunan belum tuntas,” ungkapnya.

Dikatakan, lokasi peninggalan pra sejarah itu berada di tengah-tengah perkebunan kopi milik masyarakat. Ketut Garis berharap bisa dibuat bangunan yang lebih baik sehingga peninggalan pra sejarah itu tersimpan dengan aman. Sehari-harinya, ada dua petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya yang merawat peninggalan tersebut. “Selama ini ada saja pengunjung yang datang untuk melihat peniggalan tersebut,” ujarnya. Ketut Garis mengatakan, saat ditemukan peninggalan pra sejarah itu, krama Desa Manikliyu sempat nunas baos (minta petunjuk melalui orang pintar), hasilnya krama diminta menggelar upacara pengabenan.

“Kami diminta melaksanakan upacara ngaben dan harus menggunakan lembu, dipuput sulinggih. Sementara masyarakat kami saat ngaben tidak menggunakan lembu dan sulinggih. Mungkin dulunya kerajaan,” sebutnya. Pada tahun 2005, karma menggelar upacara ngaben berbarengan dengan ngaben massal krama Desa Manikliyu. Terpisah, anggota DPRD Bangli I Nengah Sugiman berharap ada tindaklanjtut dari instansi terkait sehingga benda purbakala terawat dengan baik. Jika didukung infrastruktur memadai, lokasi tersebut  bisa dijadikan objek wisata. “Yang datang masih segelintir orang. Itu pun para mahasiswa yang melakukan penelitian,” ujar Sugiman. *e

Komentar