nusabali

Teror 26 Jam di Jatim Telan 26 Nyawa

  • www.nusabali.com-teror-26-jam-di-jatim-telan-26-nyawa

Pelibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme di Surabaya me-rupakan modus baru, untuk kelabui aparat

4 Pelaku Bom Bunuh Diri di Polrestabes Surabaya Juga dari Satu Keluarga

SURABAYA, NusaBali
Dalam 26 jam terakhir sejak Minggu (13/5) pagi pukul 06.30 WIB hingga Senin (14/5) pukul 08.50 WIB, terjadi serentetan ledakan bom di Jawa Timur. Serangan teror bom ini menyebabkan 26 orang tewas, termasuk 14 terduga teroris.

Serangan bom bunuh diri hari pertama, Minggu pagi, terjadi di 3 gereja di Surabaya, Jawa Timur, yakni Gereja Katolik Santa Maria, Gereja Kristen Indonesia Surabaya, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Pelakunya satu keluarga beranggotakan 6 orang yang terdiri dari suami, istri, dan empat anaknya.

Total korban tewas dalam ledakan bom bunuh diri di tiga gereja ini mencapai 18 orang, termasuk 6 pelaku sekeluarga: Dita Oeprianti, Puji Kuswati, 43 (istri dari Dita Oeprianti), YF, 18, dan FA, 16 (anak lelaki dari pasutri Dita Oeprianti dan Puji Kuswati), serta FS, 12, dan FR, 9 (anak perempuan dari dari pasutri Dita Oeprianti dan Puji Kuswati).

Ledakan bom hari kedua terjadi di Polrestabes Surabaya, Jalan Sikatan Surabaya, Senin pagi pukul 08.50 WIB. Pelakunya juga 4 orang sekeluarga yang terdiri dari suami, istri, dan 2 anaknya. Pasutri tersebut adalah Tri Murtiono, 50, dan Tri Ernawati, 43. Mereka tewas semua bersama 2 anak lelakinya.

Keempat pelaku teror bom bunuh diri sekeluarga di Polrestabes Surabaya kemarin pagi menggunakan dua sepeda motor, masing-masing nopol L 6629 NN dan L 3559 G. "Mereka datang secara beriringan," jelas Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Frans Barung Magera. Dalam ledakan di Polrestabes Surabaya kemarin pagi, 4 anggota Polri dan 6 warga sipil terluka.

Selain itu, ada 3 terduga teroris yang tewas dalam penggerebekan di kawasan Rasunawa Wonocolo Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu malam pukul 21.20 WIB. Mereka yang tewas dari satu kelarga. Keesokan harinya, Senin pagi pukul 07.30 WIB, kembali dilakukan penggerebekan sarang teroris di Perum Puri Maharani Sidoarjo. Dalam penggerebekan ini, satu terduga teroris tewas, yakni Budi Satrio, 48. Sedangkan dalam penggerebekan sarang teroris di rumah kontrakan kawasan Jedong, Sidoarjo, Senin siang, tak ada korban tewas. Tapi, polisi mengamankan 4 terduga teroris dan 6 bom rakitan.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap, aksi teror di Jawa Timur dalam dua hari terakhir dilakukan oleh jaringan JAD sel Surabaya yang dipimpin oleh Dita Oeprianti. JAD merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia.

Jenderal Tito menyebutkan, ledakan bom di 3 gereja di Surabaya dilakukan keluarga Dita Oeprianti sendiri. Sedangkan ledakan di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo, Minggu malam, terjadi di hunian milik Anton. "Pelaku Anton ini merupakan teman dekat saudara Dita Oeprianti. Mereka aktif berhubungan dan pernah berkunjung ke LP Napi Terorisme tahun 2016," jelas Jenderal Tito dalam konferensi pers di Ma-polda Jatim di Surabaya, Senin kemarin.

Bom yang sedang dipersiapkan Anton meledak sebelum penyerangan. Bom yang ada di hunian Anton ini mirip dengan bom yang belum sempat meledak di Gereja di Surabaya. Anton bersama istri dan seorang anaknya tewas malam itu. Sementara 3 anaknya yang lain selamat dalam kondisi terluka, mereka kini dirawat di RS Siti Khadijah Sidoarjo.

Menurut Jenderal Tito, 4 orang sekeluarga yang tewas dalam ledakan bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya, Senin pagi, juga dari kelompok Dita Oeprianti. Mereka terdiri dari suami, istri, dan dua anaknya. Sementara satu anaknya yang masih kecil, selamat dari maut karena terlempar.

"Kenapa aksinya di Surabaya? Ya, karena mereka mengusasi daerah ini. Kenapa mereka melakukan ini, karena pimpinan mereka di Jawa Timur ditangkap. Selain Aman Abdurrahman ditahan di Rutan Mako Brimob, juga karena instruksi dari ISIS sentral yang terdesak," tegas Jenderal Tito.

Jenderal Tito mengatakan, fenomena bom bunuh diri dengan pelaku wanita seperti yang terjadi di Surabaya, bukanlah yang pertama di Indonesia. Sebelumya, sudah terjadi serentetap ledakan bom bunuh diri yang melibatkan wanita. Namun, baru kali ini (aksi pertama) berhasil. “Ini yang pertama berhasil," katanya.

Setahun lalu, kata Jenderal Tito, Polri berhasil menggagalkan serangan bom bunuh diri yang dilakukan Dian Yulia Novi, 28, wanita asal Jawa Barat saat berusaha menyerang Istana Kepresidenan Jakarta. Novi kemudian ditangkap dan dibawa ke Rutan Mako Brimob. Saat diperiksa, Novi diketahui dalam keadaan hamil.

"Setelah di Rutan Mako Brimob, kemudian yang bersangkutan melahirkan. Waktu melahirkan bayi itu yang menolong dan mengurusi Novi dan bayinya itu adalah Iptu Sulastri, Polwan yang dipukul," kenangnya.

Iptu Sulastri adalah salah satu sandera yang selamat saat para napi teroris di Rutan Negara Cabang Salemba di Mako Brimob melakukan kerusuhan dan penyanderaan, 8-9 Mei 2018 lalu. Sebanyak 5 dari 9 polisi yang disandera ratusan napi teroris saat itu gugur. Sedangkan Novi dan bayinya selamat setelah dievakuasi.

Perempuan dan anak dilibatkan dalam aksi terorisme di Surabaya, me-rupakan modus baru. Tujuannya, untuk mengelabui aparat. "Ini model baru, tapi sudah saya duga sebelumnya karena mereka mudah mengelabui petugas dan intelijen," kata pengamat terorisme, Stanislaus Riyanta, dilansir detikcom, Senin kemarin.

Stanislaus mengatakan, pada Desember 2016 lalu percobaan teror dengan bom panci pernah dilakukan seorang wanita dengan target Istana Negara, namun berhasil digagalkan. Meski begitu, Stanislaus menyoroti pengeboman dengan melibatkan satu keluarga ini dikhawatirkan menjadi modus yang bakal ditiru para teroris lainnya.

Aksi pengeboman Dita Oepriarto dan keluarganya ini menunjukkan bukti kuatnya doktrin yang tertanam di keluarga yang baru pulang dari Suriah ini. "Justru kalau dilakukan bersama-sama, itu menunjukkan ideologi radikal sudah tertancap kuat di keluarganya. Mereka di Suriah itu dapat doktrin kuat, niat melakukan aksi sudah cukup kuat. ISIS di Suriah dan Timur Tengah terdesak, di sini mereka tidak punya siapa-siapa mereka melakukan aksi itu dengan harapan mendapatkan hal yang baik. Ini yang berbahaya mengorbankan nyawanya demi tujuan yang dia yakini mulia," tandas Stanislaus. *

Komentar