nusabali

Tidak Ada Kontestan, Tak Ada yang Merasa Kalah Maupun Menang

  • www.nusabali.com-tidak-ada-kontestan-tak-ada-yang-merasa-kalah-maupun-menang

Sepanjang sejarah, baru kali pertama diperebutkan jabatan Kelian Adat di Desa Pakraman Pinggan, dengan tugas khusus tangani pelaksanaan upacara ke Teben seperti Pitra Yadnya.

Sementara, I Made Punia, 57, terpilih menjadi Kelian Banjar Adat (Kelian Adat). Mantan Kepala Dusun (Kadus) Pinggan ini terpilih dengan unggul suara cukup jauh atas rival-rivalnya, seperti Mangku Parta, I Nengah Tarka, dan Jro Mekel Kumpul. 

Sedangkan untuk jabatan Sekretaris Adat Desa Pakraman Pinggan, ada dua figur yang terpilih. Keduanya sosok dari generasi muda, yakni I Komang Arcana, 36, dan I Putu Ariasa, 33. Komang Arcana adalah mantan pekerja kapal pesiar yang merupakan putra bungsu dari tokoh Desa Pinggan, almarhum I Made Rauh Ariasa. Sedangkan Putu Ariasa adalah guru pengajar SDN 1 Pinggan yang putra sulung dari Nengah Tarka (kandidat Kelian Adat).

Untuk jabatan Bendahara Adat Desa Pakraman Pinggan, juga terpilih dua tokoh muda, masing-masing I Gede Doser, 35, dan Jro Nyoman Parsa, 44. Gede Doser dijawat (dilamar) krama desa karena dianggap sukses mengelola LPD Desa Pakraman Pinggan. 

Sebaliknya, dua tokoh Forum Sameton Pinggan Perantauan, Jro Made Oka, 46, dan I Ketut Kajeng Wahyudi, 52, dipilih krama sebagai Ketua Perancang Pembangunan. 

Keduanya sama-sama terpilih dengan selisih suara tipis, di mana Jro Made Oka selaku incumbent berada di posisi tereatas. Mereka menyingkirkan pesaing terdekatnya yang tinggal di kampung, yakni Jro Nyoman Gina, 45.

Dalam paruman kedua, juga dipilih dengan metode yang sama dua prajuru Inventaris Desa Pakraman Pinggan. Mereka yang terpilih adalah Jro Made Landuh, 42 (incumbent), dan I Gede Pasek, 40. Seluruh prajuru adat yang terpilih ini nantinya akan mengemban tugas besar pertama dalam pelaksanaan pujawali di Pura Bale Agung Desa Pakraman Pinggan pada Purnamaning Kadasa, 23 Maret 2016. Sebelum itu, tugas pertama mereka, terutama Kelian Adat, adalah Tawur Agung Kasanga rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938 pada 8 Maret 2016.

Baik Bendesa Pakraman Pinggan, Jro Guru Made Seden, maupun Perbekel Ketut Janji menyatakan sangat bersyukur, proses demokrasi pemilihan prajuru adat kali ini berjalan lancar, tanpa gejolak. “Dengan terpilihnya sejumlah figur baru di posisinya, kita harapkan terjadi penyegaran menuju efektivitas dan peningkatan kinerja,” jelas Jro Guru Seden.

Salah satu yang paling melegakan, kata Jro Guru Seden, tentu saja terisinya jabatan bari Kelian Adat. Sepanjang sejarah keberadaan Desa Pakraman Pinggan, memang belum pernah ada jabatan Kelian Adat. Desa Pinggan merupakan salah satu desa di wilayah pegunungan Kintamani yang terdiri dari satu banjar, yakni Banjar Pinggan. Selama ini, tugas-tugas dan fungsi Kelian Adat diambil-alih secara keroyokan oleh Guru Tengen dan Guru Kiwa.

“Nantinya, Kelian Adat (yang dijabat Nengah Punia, Red) akan berperan untuk melaksanakan upacara ke Teben, seperti Pecaruan dan Pitra Yadnya. Sedangkan Guru Tengen dan Guru Kiwa berperan melaknasakan upacara ke Loan (di pura-ura, yakni Dewa Yadnya),” jelas Perbekel Ketut Janji. “Sedangkan Bendesa Pakraman Pinggan membawahi semua prajuru, termasuk Guru Tengen, Guru Kiwa, dan Kelian Adat,” sambung Jro Guru Seden. 7 nar

Komentar