nusabali

Puri Satria Kawan Gelar Lukat Geni

  • www.nusabali.com-puri-satria-kawan-gelar-lukat-geni

Krama Puri Satria Kawan, Desa Pakraman Sampalan, Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung, kembali menggelar tradisi Lukat Geni.

SEMARAPURA, NusaBali
Tradisi ini rutin dilaksanakan pada Hari Pangrupukan untuk menyambut pergantian Tahun Baru Isaka.Pada Pangrupukan, Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (16/3), menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1940, puluhan pemuda Puri Satria Kawan, Paksebali melaksanakan tradisi Lukat Geni di Catus Pata (Perempatan) Desa Paksebali. Tradisi Lukat Geni merupakan suatu cara pembersihan menggunakan sarana api (Brahma) untuk keseimbangan Bhuana Alit dan Bhuana Agung.

Panglingsir Puri Satria Kawan AA Gde Agung Rimawan menuturkan, Lukat Geni bermakna pembersihan/panglukatan diri dan alam menggunakan sarana api (Dewa Brahma). Lukat Geni atau dikenal dengan perang api ini menggunakan sarana dari daun kelapa kering yang diikat sebanyak 36 lembar. Angka 3 dan 6 jika dijumlahan akan jadi sembilan, atau sembilan penjuru mata angin atau Dewata Nawa Sanga sebagai pelindung atau benteng keselamatan. Selain itu, obor 33 buah juga melengkapi pelaksanaan tradisi ini. Jumlah 33 ini sebagai kekuatan yang terbagi sesuai arah mata angin dan warna. Dari arah timur sebanyak lima buah, selatan sembilan buah, barat tujuh buah dan utara empat buah serta posisi tengah sebagai poros utama sebanyak delapan buah. “Panglukatan itu ada berbagai jenis sarana. Ini kami pakai api (Brahma) sebagai panglukatan,” ujar Rimawan.

Selain sebagai pembersihan diri, tradisi Lukat Geni dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan Bhuana Alit dan Bhuana Agung, menjaga alam beserta isinya. Sehingga, umat dalam melaksanakan catur brata Panyepian keesokan harinya dapat berjalan dengan baik dan hikmad. “Semoga dengan adanya tradisi ini semakin mempererat persatuan dan kesatuan serta sebagai pedoman bagi generasi muda disini untuk menjaga warisan leluhurnya,” harapnya.

Dengan diiringi tabuh Baleganjur, 18 pasang pemuda mengikuti tradisi ini. Mereka terlibat saling pukul dengan bara api daun kelapa kering tersebut. Tidak ada rasa sakit dan demdam di antara mereka. Semua dilakukan dengan suka cita.

Peserta Lukat Geni, AA Gde Ngurah Putra Yasha mengaku senang mengikuti tradisi ini. Selain dapat berbaur dengan kerabat ataupun saudara, juga bisa melestarikan warisan leluhur yang sudah lama vakum dan kini dibangkitkan kembali. “Saya bangga bisa ikut dalam kegiatan ini, karena bisa melestarikan warisan leluhur,” ungkap pemuda yang sudah empat kali mengikuti tradisi ini. Dia berharap, tradisi ini dapat terus berjalan secara turun temurun, sehingga kedepan bisa menjadi icon/ciri khas dari wilayah Puri Satri Kawan dan Klungkung.*wan

Komentar